Nampaklah sesuatu yang menyangkut di dahan pohon. Kepala seorang perempuan dengan rambut panjang, usus terburai dan meneteskan darah.
"Kuyangggggggg!" Ibu-ibu dari klinik bersalin berteriak histeris.
"Apa? Kuyang? Dimana?" Ibu-ibu yang juga melakukan pemeriksaan di klinik itu berhamburan keluar.
"Tenang ibu-ibu, kuyang itu kelihatannya terluka. Dia tidak akan melukai siapapun." Pak No menenangkan Ibu-ibu. Jika tidak ditenangkan bahaya, Ibu-ibu itu bisa bertingkah menjadi bar-bar.
"Assalamualaikum." Kebetulan Pak Ustad Ali lewat.
"Wa'alaikumusalam." Semua menjawab.
"Maaf ada apa ini?" tanya Pak Ustad.
"Itu Pak Ustad ada kuyang." Udin menunjuk ke sebuah pohon.
Pak Ustad melihat ke atas pohon, "Astaghfirullah, jika saya lepaskan apa kamu berjanji akan pergi dari tempat ini?" tanya Ustad Ali.
Si kuyang mengangguk.
"Kenapa tidak dibunuh saja Pak Ustad?" tanya seorang Ibu.
"Iya Pak Ustad, takutnya dia akan memakan bayi dan meminum darah Ibu-ibu di sini." Kata Ibu yang lain.
"Jangan, dia juga manusia. Biarkan dia bertaubat." Cegah Pak Ustad.
"Pak Ustad, tubuhnya kami sembunyikan." Bisik Pak No.
"Bawa tubuhnya kesini." Kata Pak Ustad.
"Baik." Pak No memerintahkan Udin dan Tito membawa tubuh kuyang.
Udin dan Tito beranjak pergi.
"Pak Ustad, apa tidak takut kuyang itu mengingkari janjinya?" tanya Pak No.
"Tidak, saya percaya dia tidak akan ingkar janji." Kata Pak Ustad.
"Permisi Pak Ustad Ali, ada apa ini?" Pak Ridwan dan Bu Marni keluar rumah karena penasaran dengan suara keributan di sekitar rumah mereka.
"Eh Pak Ridwan, Bu. Di sana Pak ada kuyang yang terluka. Saya ingin membiarkannya pergi dari komplek kita." Tunjuk Pak Ustad.
Pak Ridwan dan Bu Marni memperhatikan yang ada di atas pohon.
"Dia baru saja mengganggu anak dan cucu saya, Bapak lempar dengan tali ijuk dan saya pukul dengan sapu lidi." Cerita Bu Marni dengan emosi.
"Pantesan terluka, kenapa gak dibunuh saja Bu?" Kata Ibu-ibu.
"Kami tidak tega, dia juga manusia." Jawab Pak Ridwan.
"Ibu-ibu, menghilangkan nyawa orang itu dosa. Biarkan dia nanti menerima imbalan atas perbuatannya." Pak Ustad memberikan petuah.
"Ini Pak Ustad tubuhnya." Udin dan Tito membawa tubuh kuyang.
"Letakkan di bawah pohon." Pak Ustad berdiri di bawah pohon.
"Ibu-ibu, mohon jangan ada yang mendekat. Jangan melakukan sesuatu yang bisa membahayakan orang." Pak No berusaha menghalang-halangi Ibu-ibu yang berjiwa kepo.
Setelah tubuh kuyang diletakkan, kepala yang berada di atas pohon perlahan turun dan menyatu dengan badannya.
"Suster Erna!" Siti membuka lebar kelopak matanya, membuka rahang hingga bibir dan gigi terpisah, koper yang ada ditangannya terlepas.
"Suster Erna!" Semua orang yang ada disana sama terkejutnya dengan Siti.
"Ampun, maafkan saya." Suster Erna bersembunyi di belakang Pak Ustad.
"Kamu ya, dasar kuyang. Mau cari korban ya." Seorang Ibu melempar batu ke arah Suster Erna.
"Stop Bu, jangan jadi provokator." Tito berdiri di depan Ibu itu.
"Maaf, maaf kan saya, ini bukan kehendak saya. Saya juga baru malam ini melakukannya. Ini sungguh sangat menyiksa saya. Kemarin malam saya pulang ke rumah karena Nenek saya sakit keras, entah kenapa setelah pulang dari rumah Nenek, saya merasakan haus yang luar biasa. Setelah menolong persalinan anak Bu Marni, saya sangat ingin meminum darah. Apa lagi setelah melihat bayinya. Kepala saya tiba-tiba terpisah dengan tubuh dan melayang di udara. Maaf, ampun kan saya." Suster Erna menangis berlutut mengatupkan kedua tangannya memohon belas kasian dari warga.
"Permisi, Pak Ustad, Ibu-ibu sekalian." Abyan dan Dahlia hadir di antara mereka dengan membawa bayi mereka.
Pak Ustad melihat sosok yang ada di belakang Abyan dan Dahlia. Dengan mata batinnya Pak Ustad seolah berdialog dengan sosok tersebut.
"Baiklah saya mengerti kedatangan kalian. Ibu-ibu, ini semua bukan kehendak Suster Erna. Ini adalah sesuatu yang diturunkan kepada Suster Erna dengan terpaksa, karena orang yang mempunyai ilmu ini tidak akan meninggal sebelum mewariskan ilmunya, dan Suster Erna dengan terpaksa menerimanya. Malam ini jika Suster Erna kembali seperti semula saya harap Ibu-ibu semua memaafkan dan memakluminya." Ustad Ali memandangi Ibu-ibu yang ada di sana.
"Baik Pak Ustad, saya sangat mengenal Suster Erna. Ibu-ibu juga pernah kan ditolong olehnya?" salah satu Ibu yang ada di sana, yang lain juga mengiyakan.
Dahlia mendekati Suster Erna, bayi Aira mengeluarkan cahaya dari dalam cahaya itu keluar cahaya kuning seperti kelereng masuk ke dalam kepala Suster Erna. Suster Erna merasakan mual diperut dan memuntahkan seisi perutnya, sampai lemas. Dan perlahan bekas hitam di lehernya menghilang.
Siti menghampiri Suster Erna yang terbaring lemah di tanah.
"Terima kasih Bu, terima kasih Nak, terima kasih Pak Ustad." Kata Suster Erna.
"Oooeee." Aira seolah mengerti yang dikatakan kepadanya.
Siti membawa masuk Suster Erna ke dalam klinik, diiringi Ibu-ibu yang lain yang juga melakukan pemeriksaan di dalam klinik.
"Siapa nama bayinya Bu?" tanya Pak Ustad.
"Aira Pak Ustad." Jawab Dahlia.
"Dia akan menjadi orang yang hebat bersama dengan saudara kembarnya." Pak Ali tersenyum.
Keesokan harinya. Semua kembali berjalan seperti biasa. Suster Erna juga melakukan aktifitas bersama Siti di klinik bersalin. Hari ini Bayi Aira melakukan imunisasi yang pertamanya.
"Pagi Aira." Sapa Suster Erna.
"Pagi, Aira mau imunisasi Suster." Dahlia masuk ke dalam ruangan.
"Tunggu sebentar Bu, Bu Bidan lagi ada tamu." Suster Erna meninggalkan Aira dan Dahlia.
Tiba-tiba bayi Aira menangis sekencang-kencangnya. Dahlia panik, berusaha menenangkan. Dahlia mencek popok Aira siapa tahu Aira pup, ternyata tidak. Dahlia memberikan Asi, Aira tetap mengeluarkan air mata. Aira keluar dari ruangan.
"Maaf sayang, Bu Bidan ada tamu. Aira kenapa?" tanya Bu Bidan.
"Gak tahu Bu tiba-tiba saja Aira menangis."
Bu Bidan mencek suhu Aira juga tidak apa-apa suhu badannya normal, tidak panas. Aira semakin kencang menangis. Dahlia segera keluar dari klinik bersalin. Dahlia terus menjauhkan langkah kakinya dari klinik, Aira mulai tenang tersisa sesenggukan.
"Sayang Mamah, ada apa Nak?" Dahlia mencium-ciumi Aira.
Angin kencang menerbangkan rambut Dahlia yang panjang, tiupannya mendorong kuat tubuh Dahlia. Dahlia memeluk erat Aira. Kembali bayi Aira menangis, "Oooee...Oooee...Oooee!".
Dahlia menahan tubuhnya di tembok, debu-debu berterbangan. Susah payah Dahlia membuka matanya, UHUK! UHUK! Dahlia sengaja batuk untuk menghilangkan debu dari dalam matanya. Tiba-tiba Dahlia merasakan ada yang memegang pundaknya dari arah depan. Perlahan Dahlia membuka kembali pandangannya yang masih samar. Dahlia memejamkan mata dan membukanya kembali.
"AAAAAAAA!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Queen
oh gitu
2023-11-21
1
Queen
kok bisa?
2023-11-21
1
milkchocho
Akhirnya update juga 😍
2023-10-20
2