Hari-hari berlalu dengan cepat seperti kilat yang menyapa bumi, tidak terasa Lulan-bulan dalam kalender sudah berlalu meninggalkan para penduduk bumi yang hidup ditahun itu.
Nala sudah lulus sekolah sedangkan Lya kini sudah memasuki kelas delapannya.
Lya yang mahir dalam berbagai bidang kecuali olahraga. Lya bukan tidak bisa olahraga, hanya saja ia tidak sejago yang lainnya. Hobinya hanya membaca pelajaran biologi dan buku-buku kedokteran.
Yaaaa Lya sudah membaca buku-buku itu sejak kelas 7 dan sama sekali tidak mengganggu mata pelajarannya yang lain.
Pola fikirnya yang jernih dan baik membuat ia mahir dalam menghafal teori dengan cepat.
...****************...
Ditempat lain, di suatu Universitas ternama di kota M, Nala sedang membiasakan dirinya untuk mencocokan diri dengan mempelajari lingkungan sekitarnya.
Awalnya nala akan di kuliahkan keluar negeri untuk belajar lebih dalam soal bisnis, namun karena ia tidak ingin meninggalkan bunda dan kakenya yang semakin lemah, Nala memilih kuliah di dalam negeri.
Ayah Nala juga tidak melarang Nala untuk memilih kampus manapun yang Nala mau karena Harzaqh yakin dengan kemampuan Anaknya.
Nala memilih untuk mengambil jurusan Management Bisnis, bukan karena ia akan mewarisi perusahaan, namun karena ia memang sangat menyukai dunia bisnis.
“Nala? ini beneran kamu Nal?” Sapa seorang gadis saat melihat orang yang ia kenali.
Nala mengarahkan kepalanya ke sumber suara, dan ia melihat seorang gadis yang wajahnya tidak asing. Namun ia lupa. Nala hanya mengenal Lya dan Safina saja sebegai perempuan. Bertahun-tahun sekolah ia tidak pernah mengingat nama dari teman-teman perempuannya, namun ia dapat mengenali wajah mereka.
“Aku stefi, teman sekelas kamu di SMA. Kamu lupa sama aku? Padahal kita satu kelas.” Ucap stefi dengan suara kecewanya karena respon Nala yang hanya diam saja.
“Maaf aku ingat kamu tapi aku lupa namamu” jawab Nala dengan santai.
“Aku Stefi” ucap stefi sambil mengulurkan tangannya.
“Nala” jawab nala yang mambalas uluran tangan Stefi dengan singkat.
(Akhirnya aku bisa merasakan tangan kamu setelah 3 tahun) batin stefi sambil tersenyum manis ke arah Nala.
“Ohh iya kamu di Fakultas mana” tanya stefi kembali membuka pembicaraan.
“Managemen bisnis” jawan Nala singkat
“Wahhhh aku juga sama, semoga kita sekelas yaa. soalnya aku belum punya teman disini, makanya pas ketemu kamu aku merasa senang karna ada yang aku kenal” ucap Stefi sedangkan yang ditanya hanya tersenyum seklias.
Keduanya berjalan menuju ruang perkuliahan mereka, benar saja ternyata mereka satu kelas.
Langsung saja stefi mengambil tempat duduk yang bersebelahan dengan Nala.
Seharian Stefi menempel dengan Nala dengan alasan belajar.
Nala yang sejak awal sudah di kagumi banyak kaum wanita dan bahkan sampai para pria mengagumi bentuk dari fisik dan perawakan Nala.
Dengan adanya stefi yang terus mengikuti Nala membuat mereka berfikir bahwa Stefi adalah kekasih dari Nala.
Stefi yang mendengar gosip bahwa ia adalah kekasih Nala beredar di kampus membuat stefi semakin senang dan tidak berusaha mengklarifikasi bahwa ia sebenarnya tidak memiliki hubungan dengan Nala.
Sedangkan Nala tidak perduli dengan gosip yang beredar.
“Emm Nala pulang kuliah nanti aku boleh bareng kamu ya, mobil aku lagi dibengkel kemarin masih belum selesai.” Pinta stefi pada Nala.
“Maaf stef, aku punya satu adik perempuan, yang biasa duduk di kursi depan, dia bakalan tau kalau ada orang yang nempatin tempat duduknya, dia akan marah nanti.” Tolak Nala dengan baik.
“Emm kenapa dia marah? Kan aku hanya duduk.” Jawabnya lagi berusaha membujuk Nala.
“Dia aneh aku juga heran, aku hanya tidak ingin bertengkar dengannya, sangat susah membujuknya” sangkal Nala asal yang sebenarnya enggan satu mobil dengan Stefi.
“Baiklah kalau begitu” jawab Stefi pasrah. Harapannya benar-benar pupus saat ini.
...****************...
Ditempat lain di sekolah Lya, ia sedang asik membaca namun tiba-tiba gurunya memangggilnya.
“Ada apa bu?” Tanya Lya yang melihat gurunya tergesah-gesah berjalan ke arahnya.
“Papa kamu di depan mau jemput kamu pulang” jawab gurunya dengan nada terbata.
“Haaa pulang? Kenapa bu? Kan belum selesai sekolah” jawabnya lagi
“Nggak apa-apa mungkin ada hal pening, kamu pulang aja sudah ijin dengan kepala sekolah” Gurunya berusaha meyakinkan.
“Baik bu” akhirnya Lya mengemasi peralatan sekolahnya dan mulai berjalan mengikuti gurunya untuk menemui Papanya.
“Papa…..” teriaknya saat melihat ayahnya di mobil dengan kaca jendela yang di biarkan terbuka.
“Sini cepetan masuk”. Jawab ayahnya dari dalam mobil. Lya pun setengah berlari menaiki mobil Ayahnya.
“Ada apa sih pa kenapa buru-buru?”
tanya Lya yang masih penasaran.
“Kakek kamu sakit nak, kita harus segera pulang”
“Kakek sakit? Yaudah cepetan paa ngebut pa” kini kebalikannya malah Lya yang menyuruh Ayahnya lebih cepat.
Saat mereka sampai di loby, semua orang tertunduk sambil sesenggukan.
“Kak ada apa? Mana kakek ? Kata papa kakek sakitnya parah” tanya Lya berulang kali pada Nala, sedangkan Nala hanya diam tanpa berkomentar.
semua orang kini berada di rumah mereka. Semua saudara berkumpul di kediaman Manaf Hafnafi.
Dokter Tria, merupakan dokter pribadi keluarga Manaf keluar dari pintu kamar sambil menyampaikan berita duka.
Siang ini, tuan Manaf Hafnafi telah meninggalkan kita semua.
Begitu kalimat selesai di ucapkan oleh dokter, langsung disambut tangisan oleh semua orang yang ada di ruangan itu.
Lya yang mendengar itu tersungkur ke lantai yang masih sempat tubuhnya di topang oleh Nala.
Nala membawa Lya ke sofa dengan keadaan tidak sadarkan diri.
Lya adalah orang yang paling di cintai Manaf kakeknya.
setiap malam sebelum tidur Lya pergi keruangan Manaf untuk meminjat kakek rentahnya itu sembari membacakan Komik dan cerita-cerita lucu lainnya.
Lya sama seperti Nala, tidak banyak bicara, namun ia anak yang sangat cerita di depan Kakenya.
Nala yang sudah sangat panik melihat Lya tidak sadarkan diri memanggil dokter Tria untuk membantu memeriksa Lya.
“Tidak apa-apa tuan Nala, dia hanya terkejut, sebentar lagi dia akan bangun” ucap Dokter Tria berusaha menenangkan kepanikan Nala.
Hingga sore hari semua orang sudah bersiap ke pemakaman.
semua orang memakai baju serba hitam dan Lya tubuhnya yang lemas kini di papah oleh bunda dan Ayahnya.
Selama pemakaman berlangsung, selama itu pula lah air mata Lya mengalir.
wajahnya yang sembab dan matanya yang bengkak membuat bundanya sangat iba pada putrinya kini.
Beberapa waktu berlalu kesedihan demi kesedihan perlahan mulai menghilang, para keluarga dan kerabat mulai membiasakan diri untuk ikhlas dalam menerima semua yang sudah menjadi takdir.
Mereka tau bahwa tidaklah baik terus menerus berada dalam kesedihan.
Lya masih belum masuk sekolah, ia masih ijin cuti hingga 2 hari kedepan, sedangkan yang lainnya sudah memulai aktifitas mereka seperti biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments