Ting…ting…ting…ting….
Bel berbunyi 4 kali menandakan pelajaran segera dimulai. Lylia dengan semangat memasuki kelas barunya dan bertemu dengan teman-teman barunya.
Setelah beberapa menit menunggu, guru pelajaran Fisika pun tiba di ruangan itu, tidak banyak yang mereka bahas tentang pelajaran, melaikan perkenalan antara karakter satu dengan karakter lainnya. Karena ini hari pertama di sekolah baru untuk anak-anak baru, maka guru fisika tersebut hanya melakukan perkenalan dan membahas
bab-bab awal belajaran dengan santai.
Hinggal bel berganti pelajaran berbunyi dan guru mata pelajaran kimia kini masuk untuk memaparkan modal pembelajaran untuk anak-anak didiknya yang baru.
Pelajaran berjalan lancar hingga bel istirahat berbunyi dan semua murid-murid dari kelas 7 hinggal kelas 9 berkerumunan keluar kelas untuk melakukan aktifitas istirahat mereka.
Ada yang pergi ke kantin, ke ruang musik dan ke berbagai tempat yang boleh di datangi saat jam istirahat.
Lylia dan Hani yang merupakan teman semejanya mulai akrab dan mereka menuju kantin bersama untuk makan siang.
Lylia yang tidak biasa makan di luar rumah hanya memesan susu coklat hangat dan memakan kotak bekal makanan yang di siapkan bundanya.
...****************...
Ditempat lain di sekolah Ragnala juga suasana yang setiap hari hanya berputar antara jam belajar, istirahat dan bermain membuat sebagian orang merasa sangat bosan. Saat jam istirahat Nala juga hanya memesan susu hangat dan makan bekal makanan dari Bundanya yang mirip dengan punya Lylia.
“Kamu makan apa Nal?” Ucap seoarang gadis yang kini tengah duduk disamping Nala.
“Seperti yang kamu lihat” ucap napa singkat.
“Hmmm dasar es” imbuh gadis itu yang sudah terbiasa dengan sikap dingin Nala.
Nala terkesan dingin dan pendiam, namun tetap saja ia menjadi siswa tertampan dan terbaik di sekolahnya. Bukan hanya pintar dalam pelajaran, Nala juga mahir dalam beberapa cabang olahraga dan sudah ikut beberapa perlombaan, namun Nala hanya menekuni permainan basket walaupun ia juga mampu dalam cabang olah raga lainnya.
Selain kesibukan sekolah, Nala juga belajar ilmu bisnis dari Kedua Ayahnya, bahkan tak jarang Nala di ikutkan dalam rapat bisnis dengan perusahaan-perusahaan penting lainnya.
Ragnala, seperti takdir baik yang menghujani dirinya. Semua kecerdasan di tanamkan dalam benaknya seperti hadiah. Namun dalam kesendirian, ia hanya berfikir bahwa ia adalah orang yang sangat tidak beruntung karena tidak sempat melihat wajah mamanya seperti anak-anak lainnya.
Nala di beritahu ayahnya tentang ibunya ketika ia berusia 17 tahun. Harzaqh berfikir bahwa Nala berhak tau mengenai ibunya.
Walapun merasa sedih namun ia kembali tersenyum mengingat wajah manis bundanya yang tidak sedikitpun membedakan ia dengan Lylia.
Bahkan tidak jarang Bundanya sering memarahi lylia di depannya karena lylia terbilang sedikit keras kepala dan manja namun sangat manis.
Waktu sekolah berakhir dan Nala kini tengah berada di depan gerbang sekolah Lylia.
Setelah beberapa menit Lylia muncul setengah berlari dan langsung menghampiri Nala yang saat ini sedang berada di mobil dan membuka kaca mobilnya.
Lylia yang lari mendekat langsung saja mendekatkan wajahnya untuk mengecup pipi Nala, namun dahinya ditahan Nala dengan cepat.
“Kau bukan anak-anak lagi, jadi tidak usah menciumku mulai sekarang”.
Lylia yang mendengar itu memundurkan kepalanya berputar ke pintu mobil sebelah Nala dan naik dengan raut wajah yang ditekuk.
Sepanjang jalan Lylia tidak biacara, ia hanya menatap keluar jendela.
Nala yang menyadari perubahan sikap Lylia mencoba mencerna kalimat-kalimat yang baru saja ia lontarkan pada gadis remaja itu.
(Apa aku terlalu kasar?) bisik hatinya.
Sampai di loby kediaman mereka, Lylia keluar dari mobil berlari meninggalkan Nala sendirian.
Nala yang paham bahwa Lylia sedang marah memilih untuk diam dan memarkirkan mobilnya ke garasi.
...****************...
Tanpa mengganti baju lya berbaring dalam posisi terlungkup di tempat tidur dan menangis sejadi-jadinya. Pasalnya Nala tidak pernah berkata kasar atau bernada tinggi saat berbicara dengan lylia membuat lylia merasa sangat tidak menyukai perkataan Nala.
Dera yang melihat Lylia masuk kamar dengan tergesah-gesah langsung menyusul putrinya dan memastikan kondisi dari anak gadisnya tersebut.
Lylia yang tengah menangis sesenggukan ditempat tidur membuat Dera bingung.
“Lya sayang, apa kau bertengkar di sekolah?” Tanya Dera dengan suara yang pelan. Tidak ada jawaban dari gadis itu. Lylia hanya terus menangis tanpa menghiraukan sekelilingnya.
Dera mengusap kepala putrinya dengan sayang dan kembali mebujuk lylia.
Namun hal yang serupa juga terjadi, lylia hanya diam tidak memberi respon.
Dera menuju kamar Nala untuk bertanya keadaan lylia, karena Dera tau bahwa Nala lah yang pulang bersama Lylia barusan.
Tok tok tok…
“Masuk” suara berat dan matang terdengar dari sana.
Dera membuka pintu dan mendapati Nala sedang berada di meja belajarnya.
“Nala sayang, apa kau tau sesuatu terjadi pada lylia?” Tanya Dera para putranya.
Nala yang mendengar suara bundanya langsung membalikan badannya menghadap bundanya.
“Memangnya lya kenapa bun? Tanya Nala balik seakan tidak ingat dengan kejadian barusan.
“Jadi kau tidak tau? Bunda fikir kau tau sesuatu saat menjemput lylia dari sekolahnya. Lya saat ini sedang menangis dikamarnya, dia tidak mau bunda bujuk, dia juga tidak menjawab pertanyaan bunda. Apa dia bertengkar dengan seseorang? Tebak Dera lagi.
Nala yang mulai sadar menghembuskan nafasnya berat.
“Biar Nala yang membujuknya” ucap napa kemudian berjalan mendahului bundanya.
Nala masuk ke kamar Lylia kemudian menutup pintu dengan perlahan.
Saat dipintu Nala sudah mendengar isak tangis dari Lylia.
(Kau benar-benar seorang bocah) batin Nala.
Nala mendekat dan mulai menyentuh puncak kepala lylia.
”Maafkan aku, aku tidak bermaksud membentakmu” satu kalimat yang berhasil di ucapkan Nala, berharap lylia bisa mengerti dan segera berhenti menangis.
Namun yang diajak biacara tidak sama sekali memberi respon dan terus menangis.
“Hmmm baiklah, kau boleh menciumku sesukamu, tapi jangan di tempat umum atau orang ramai termasuk keluarga kita” ucap Nala dengan putus asa.
Lylia sesaat terdiam dan mulai bangun dan perlahan menghadap Ragnala.
”Mengapa aku tudak boleh menciummu di tempat umum, kau kan kakak ku, apa salahnya?” Protes Lylia dengan suara yang masih bergetar akibat tangisannya, dengan wajah dan mata yang sembab ditutupi poni-poni halusnya membuat gadis itu terlihat sangat menggemaskan.
“Begini Lya, kita sudah dewasa dan ciuman itu hanya untuk anak kecil” ucap Nala berusaha membuat Lylia mengerti.
“Tidak, kau bohong. Aku melihat ayah cium pipi ibu setiap pagi sebelum berangkat kerja, dan mencium kepalaku juga” jawab Lylia dan butiran bening berhasil lolos di pipinya.
“Baiklah baiklah, kau boleh menciumku kapanku dan dimanapun kau mau, kau puas?” Pasrah Nala.
“Tidak, kau memarahiku” kini Lylia kembali menangis.
Nala yang semakin kebingunganpun tiba-tiba mengecup bibir mungil Lylia dengan harapan lylia akan terdiam.
Benar saja, lylia terdiam seketika karena sebelumnya dia tidak pernah mencium di daerah bibir.
“Apa cium disini juga tidak apaa-apa?” Suara halus keluar dari bibir Lylia saat sentuhan bibir mereka mulai melerai.
“Boleh, tapi kalau disini tidak boleh terlihat orang, kecuali di pipi” ucap Nala dengan suara napasnya yang memburu.
Lylia yang mendengar ucapan Nala hanya diam dan menganggukan kepalanya mengikuti arahan kakaknya.
“Kalau begitu mandilah dan ganti pakaianmu” perintah Nala sambil berlalu meninggalakan Lylia yang sudah berhenti menangis.
Lylia yang paham hanya menganggukan kepalanya dan mulai memasuki kamar mandi utuk bersih-bersih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Afri
ini BKN KK adik kandung kan ??
aaiichhh lyia yg polos
2023-11-10
1