Ragnala 03

“Apa aku sudah gila” Nala mengusap wajahnya kasar setelah sebelumnya ia membanting pintu kamarnya.

ia mengingat kejadian kurang ajarnya barusan yang ia lakukan pada gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.

Semenjak Nala tau bahwa ia dan Lya berbeda orang tua, Nala merasa aneh setiap kali berdekataan dengan Lya.

Nala memutuskan mandi untuk yang kedua kalinya karena ia merasa saat ini pikiran dan tubuhnya seperti terbakar.

...****************...

Nala, Lya, Mas, Mas harzaqh turun makan.

suara seorang ibu yang setiap hari menyiapkan makanan untuk mereka.

Dirumah yang besar dan dikelilingi banyak pembantu tidak membuat Dera bermanja diri. Dera terbiasa memasak dengan santai dan mencoba menu-menu baru untuk keluarganya.

Sebagai bahan percobaan ia biasanya menyuruh Nala mencicipi masakannya terlebih dahulu.

Semua orang kini tengah menikmati masakan Dera sambil berbincang-bincang masalah pekerjaan.

Hampir satu jam mereka kini sudah mulai beranjak dari meja makan, dan yang tersisa hanya Nala dan bundanya, sedangkan Lya sudah menuju ruang tamu dengan membawa cemilannya untuk menonton TV.

Nala selalu menjadi orang terakhir yang pergi dari dapur karna Nala selalu membantu membereskan meja makan hingga mencuci piring. Hal sederhana ini mereka lakukan tanpa melibatkan pembantu.

Nala terdiam saat Bundanya tersenyum dan berterimakasih karena selalu membantunya membereskan sisa makanan di meja.

Nala mengingat kembali tindakannya yang ia anggap sangat jahat terhadap putri bundanya.

(Kalau bunda tau bagaimana aku memanfaatkan putri bunda, mungkin bunda akan membunuhku) batin Nala sambil berjalan manaiki tangga menuju kamarnya.

Setibanya di kamar Nala langsung tertidur dan berusaha menetralkan pikirannya.

...****************...

Pagi menjelang menampilkan keindahan sinar matahari yang sudah 12 jam disembunyikan oleh malam yang kelam.

Pagi ini semua orang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.

Ada yang sibuk di dapur, anak-anak sibuk bersiap-siap untuk sekolah dan para ayah sibuk untuk persiapan bekerja.

Tuan Manaf sendiri yang semakin rentan dengan usia yg sudah terbilang sangat tua hanya berdiam diri di kamar dengan seorang suster yang telaten merawatnya setiap hari.

Setelah mendengar suara Dera memanggil mereka untuk sarapan, semua serentak turun untuk sarapan bersama.

Sarapan seperti biasa mereka lakukan dengan cepat karena berkejaran dengan waktu sekolah.

Sedangkan para ayah makan dengan santai karena mereka masih ingat bahwa mereka bekerja di perusahaan mereka sendiri.

Ting tong ting tong suara bel rumah berbunyi.

“Siapa yang datang pagi-pagi?” Ucap Dera, semua yang diajak bicara hanya menangkat bahu pertanda bahwa mereka juga tidak tau.

Pintu di buka oleh asisten rumah tangga mereka, muncullah Seno dan safina yang kemudian di ikuti oleh arhan dan Feril yang merupakan sepupu dari dari Lya dan Nala.

“Lohhh anak-anak tumben sekali pagi-pagi kemari?” Tanya Dera yang biasanya ke empat anak dari sepupu suaminya itu tidak pernah datang di waktu pagi.

“Mau menjemput Nala tante, ada tugas bareng” jawab safina yang langsung berhambur memeluk Dera.

“Kalian sudah sarapan? Kalau belum sarapan dulu.

Tawar Dera pada ke empat keponakannya itu.

“Sudah tan, kami nunggu Nala selesai saja”. Jawab Arhan yang di iyakan dengan anggukan oleh lainnya.

Nala hanya diam dan terus menyelesaikan makannya sambil sekali-sekali melirik ke arah Lya yang sedari tadi hanya sibuk makan dan tidak terganggu oleh kedatangan para sepupunya.

Lya memang seperti ini setiap hari, dia ceria dan tidak memperdulikan sekitarnya, lya terbiasa sibuk dengan buku-bukunya agar ia bisa menjadi dokter yang hebat suatu saat nanti.

Beberapa menit menunggu akhirnya Nala dan Lya menyelesaikan sarapan mereka.

Nala yang langsung bergegas bangkit dari duduknya dan berpamitan mencium pipi bundanya kini berjalan ke arah sepupu-sepupunya yang lain.

Lya yang melihat Nala berjalan segera menghampiri bunda dan kedua ayahnya untuk berpamintan sambil mencium pipi ketiga orang terkasihnya itu. kemudian berlari untuk mengejar Nala.

“Aku mau antar Lya dulu, kalian mau langsung pergi?” Tanya Nala pada ke empat sepupunya

“Kita ikut aja Nal” jawab arhan yang di iyakan dengan anggukan oleh yang lainnya.

Lya sudah berada di dalam mobil dan duduk dengan baik, ia memasang sabuk pengamannya walaupun jarak ke sekolahnya sangat dekat.

Diperjalanan tidak ada yang yang mengeluarkan suara, keduanya hening sedangkan Lya sibuk dengan pelajarannya.

Saat sampai di gerbang sekolah, seperti biasa Lya sebelum turun mencium pipi Kakaknya. Nala yang sudah terbiasa dengan hal itu akhirnya pasrah dengan semua kejadian yang saat ini sedang menimpanya.

Saat Nala membalikan wajahnya, berapa terkejutnya ia melihat Lya yang menyodorkan pipinya untuk di cium.

“Emmm” ucap Lya sambil menyodorkan pipinya.

“Ada apa lagi Lya?”

“Kenapa hanya aku yang mencium kakak, kenapa kakak tidak menciumku seperti dulu? Kata bunda kalau ayah menciumnya setiap hari berarti ayah sayang dengan bunda, jika kakak tidak menciumku berarti kakak tidak menyayangi Lya” celotehnya.

Nala benar-benar frustasi dengan gadis ini,

dengan cepat Nala mengecup pipi Lya dan memalingkan wajahnya ke luar jendela. ia melakukannya dengan cepat agar sepupunya yang mengikuti mobil mereka tidak menunggu terlalu lama.

Lya keluar mobil dan menghampiri mobil di belakangnya, Arhan yang menyetir saat itu membuka kaca mobil dan menyambut kedatangan Lya ke arah mereka.

“Kak arhan, kalau pulang sekolah nanti bilangin Kak Nala jemput Lya ya, dia sepertinya sedang banyak fikiran, kemarin dia marah-marah sama Lya” ucap gadis remaja itu dengan gemas.

Arhan yang mendengar penuturan Lya tersenyum manis ke arah sepupunya itu.

”Baik tuan putri” Jawabnya sambil mencubit pipi Lya. Hal itu tidak lepas dari pandangan Nala.

Lya masuk ke lingkungan sekolahnya dan para saudaranyapun berlalu meninggalkan tempat itu.

...****************...

“Aku merasa pertumbuhan Lylia sangat cepat” ucap Feril pada ketiga orang yang ada di dalam mobil.

“Haaaaa iya bener banget, aku juga liat pertumbuhan dia cepet banget dengan usia yang masih duabelas tahun tapi uda punya badan bagus dan paras secantik itu.” Timpal Safina dengan antusias.

“Wajar aja sih, tante Dera juga uda umur segitu masih semangat banget dan masih keliatan 30 an kan.” Tambah Seno.

“Aku makin penasaran sama masa dewasanya Lylia” ucap Arhan sambil tersenyum mencurigakan.

Beberapa menit akhirnya mereka tiba di sekolah mereka.

Mereka semua berjalan menuju kelas mereka, hanya Safina dan Feril yang berbeda kelas dengan mereka, karena merka terbilang lebih muda, sedangkan Arhan, seno dan Nala berusia seumuran.

Sebenarnya tidak ada yang penting mengapa pagi ini mereka menjemput Nala, mereka hanya ingin melihat Lya sepupu mereka yang paling kecil karena sudah sangat lama tidak bertemu dan penasaran dengan wajahnya saat ini. Benar saja, setelah bertemu Lya, mereka semua semakin tidak habis fikir dengan kecantikan gadis itu yang seperti bertambah disetiap tahunnya.

Safina juga gadis yang cantik, namun tetap saja Wajah cantik Lylia mengalahkannya. Hal itu tidak membuat safina iri, ia hanya penasaran dan selalu gemas mempunyai sepupu yang memiliki sifat unik seperti Lya dan juga Nala.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!