...Happy Reading....
Di sinilah mereka saat ini.
Mobil mewah Regina berhenti tepat di depan pintu utama sebuah rumah megah yang berdiri sangat kokoh. Regina keluar dari mobil setelah pintu di buka Yogi. Sedangkan di dalam mobil, Giandra tak bergeming memperhatikan rumah megah bertingkat tiga ini. Entah apa pekerjaan suami baru mamanya. Sudah pasti pria itu sangat kaya.
Pintu mobilnya di buka oleh Yogi sehingga menyadarkan dirinya dari rasa kekaguman akan kemegahan dan kemewahan bangunan ini. Giandra segera turun. Yogi mengeluarkan koper Giandra dari bagasi.
"Kamu pulang saja." perintah Regina pada Yogi. Asisten itu patuh. Dia segera pergi dari area halaman luas rumah megah ini menggunakan mobilnya yang terparkir di garasi rumah ini.
Regina melangkah masuk ke dalam rumah.
"Silahkan Nona." kata petugas keamanan pada Giandra. Giandra mengangguk tersenyum. Dia mengikuti langkah Regina dari belakang sambil menarik kopernya."Nona, biar saya bawakan koper Anda." Kata petugas keamanan tadi.
"Tidak perlu pak, saya saja." tolak Giandra halus, lalu kembali mengikuti langkah Regina.
Keduanya tiba di ruang tamu rumah ini. Luar rumah ini saja sudah membuat Giandra kagum, apalagi dalamnya. Benar benar mewah dan indah.
Di ruang tamu tampak sudah menunggu sepasang suami istri di usia senja, tapi masih terlihat cantik dan tampan. Wajah mereka terhias senyum melihat kedatangan Regina dan Giandra.
"Kamu sudah pulang Regina?" tanya wanita tua.
"Iya Oma, Maaf terlambat karena penerbangan tertunda dua jam." Regina cipika-cipiki dengan wanita itu. Dia juga menyalami pria tua di samping Oma.
"Akhirnya kau membawa cucuku ke rumah ini. Kami sudah tak sabar menunggu kedatangannya." kata pria tua menatap Giandra dengan senyuman hangat.
"Kamu pasti Giandra bukan?" tanya pria tua masih dengan senyuman terlukis di wajah. Sama halnya dengan wanita tua di sampingnya.
"I_iya," jawab Giandra masih kaku karena belum terbiasa dengan orang orang ini.
"Sayang, selamat datang di rumah ini." kata wanita tua dengan lembut dan ramah. Dia menatap wajah Giandra beberapa saat yang tepat terlihat sangat cantik di matanya, lalu memeluk Giandra dengan hangat penuh sayang. Giandra kaget mendapat pelukan ini. Tidak menyangka akan di peluk dengan begitu hangatnya oleh orang asing yang baru saja di temui dan di kenal. Tatapan tajam Regina menghilangkan rasa kagetnya, dan membuat dia segera membalas pelukan itu, memeluk Wanita tua ini.
Wanita tua itu melepas pelukannya setelah 10 detik berlalu, terus pria tua itu juga memeluk Giandra, dengan waktu yang lama dan hangat. Giandra dapat merasakan kehangatan pelukan itu, sama seperti pelukan hangat yang dia dapatkan dari almarhum ayahnya semasa dulu.
"Perkenalkan, Aku Dam dan ini istriku Dian. Kamu bisa memanggil kami Opa dan Oma." kata pria tua itu.
"Baik Opa." Kata Giandra ramah. Dia meraih tangan kanan Dam dan di cium, selanjutnya beralih pada Dian juga mencium Tangan wanita tua itu.
"Dia sangat sopan dan santun Opa, aku sangat menyukainya." kelakar Dian melihat sikap santun Giandra yang mencium tangan mereka.
"Kau benar Oma, dia juga lembut dan ramah." sambung Dam. Giandra tersenyum kikuk mendengar pujian itu. Padahal salim dan cium tangan seperti itu memang sudah biasa di lakukan pada orang yang lebih tua darinya.
"Opa Dam dan Oma Dian adalah Opa dan Oma dari suami Mama!" kata Regina menjelaskan status Dam dan Dian. Giandra mengira Opa Dam dan Oma Dian orang tua suami Regina. Terus du mana orang tua suami baru mamanya? pertanyaan itu hanya sampai di tenggorokannya.
Tapi tunggu, sebutan Mama yang di katakan Regina dengan begitu lembut sedikit menggelitik hati Giandra. Sungguh wanita ini bermuka dunia. Saat berdua dengannya Regina tidak menyebut nama Mama, tapi Aku. Ucapannya juga ketus dan kasar. Ucapan dan tingkah laku Regina sangat jauh berbeda saat bicara dengannya dan bicara dengan orang lain. Giandra tersenyum kecut. Benar benar seorang pelakon yang handal bermuka dua.
"Jadi kau bisa memanggil kami Opa dan Oma." kata Opa Dam.
"Iya Opa, Oma!" Giandra mengiyakan.
"Dari tadi hanya ngobrol terus sampai lupa di ajak duduk." kekeh Opa Dam.
"Iya, Oma sampai lupa karena saking senangnya melihat cucu Oma yang cantik ini." Sambung Dian tersenyum.
"Mari duduk Nak." ajak Dam. Mereka segera duduk, Gia duduk di tengah Opa dan Oma karena keinginan orang tua itu.
"Jangan canggung begitu. Kamu kami anggap sudah seperti cucu sendiri." kata Dian melihat kecanggungan Gia.
Seorang pelayan datang membawa minuman dan di letakkan di atas meja.
"Giandra, ini Bibi Fatmala. Dia kepala ART di rumah ini. Kalau kau butuh sesuatu katakan saja padanya." kata Dian menjelaskan status Fatmala.
Art itu tersenyum lembut pada Giandra. Giandra membalas senyumnya, lalu berdiri hendak menyalami tangan Fatma, tapi dengan cepat Fatma menarik tangannya dari genggaman tangan Giandra."Ehh, Nona __!" Fatma terkejut. Sungguh tidak pantas seorang pelayan bersentuhan fisik apalagi sampai dicium tangan oleh majikannya karena pelayan adalah babu, pembantu yang statusnya sangat rendah.
"Itu tidak perlu Giandra. Kau cukup menyapa Bibi fatma saja." kata Regina."Kau adalah majikan di rumah ini, status kamu dan pelayan sangat jauh berbeda, jadi ada batasannya __!" sambungnya kembali.
Giandra terkesiap mendengar perkataan Regina, terdengar sombong dan merendahkan derajat orang lain. Bicara tentang status, bukannya status manusia itu sama di mata Allah? kenapa harus di bedakan hanya karena dia seorang pelayan?
"Tapi Ma, Bibi Fatma adalah orang tua___!"
"Kau benar, tapi dengan menyapa sudah lebih dari cukup sebagai cara kamu menghargai orang lain __!" kata Regina tersenyum, lalu senyum itu menghilang, berganti dengan tatapan datar dan sorotan tajam.
Melihat reaksi wajah Regina, Giandra tak membantah lagi.
"Dia anak yang sopan dan ramah, makanya dia menghormati orang yang lebih tua." kata Opa Dam kagum dengan kepribadian ramah Giandra.
"Sudahlah, Ayo Nak, di minum tehnya." sambung Opa Dam.
Giandra mengikuti ajakan Opa dam. Dia meneguk teh dengan pelan karena masih hangat.
"Maaf, Nathan tidak bisa menyambut kedatangan mu karena dia sedang sibuk dengan pekerjaannya." kata Oma Dian.
"Nathan? siapa Nathan?" tanya Giandra dengan dahi mengerut. Dia menoleh pada Regina, karena Regiana tidak membahas perihal orang yang bernama Nathan dalam perjalanan mereka ke rumah ini.
Opa Dam dan Oma Dian tertawa mendengar pertanyaannya.
"Apa Regina tidak mengatakan kepadamu?" tanya Diana seraya melihat pada Gia dan Regina bergantian.
"Nathan adalah cucu kami, suami mama mu." kata Opa dam menjelaskan.
"Maaf Opa, Oma. Aku tidak memberi tahu Giandra soal Nathan karena ingin menjaga suasana hatinya. Opa dan Oma tahu sendiri Giandra tidak menyukai pernikahan kami. Dia tidak menyukai lelaki yang menjadi suamiku. Aku hanya ketenangan dan kedamaian dalam keluarga ku." kata Regina.
Opa Dam dan Oma Dian mengerti maksud Regina. Karena Regina sudah mengatakan hal tersebut. Giandra tidak suka Regina menikah lagi, dan itu penyebab Giandra tidak hadir pada pernikahan Regina dan Nathan.
"Nanti kamu akan suka dengan Nathan. Dia pria baik meski terlihat dingin dan angkuh. Opa juga yakin, Nathan akan menyayangimu dan menganggap mu seperti anak sendiri." kata Dam.
Giandra hanya diam mendengarkan. Yang ada dalam pikirannya sekarang adalah orang tua papa tirinya.
"Kamu pasti bertanya tanya tentang orang tua Nathan?" tanya Dian.
Giandra senyum sekilas sambil mengangguk.
"Mereka ada di Australia karena urusan pekerjaan. Biasanya balik ke Indonesia sebulan _ dua bulan sekali."
"Nathan anak paling bungsu. Dia memiliki dua kakak perempuan. Tapi keduanya berada di luar negeri karena suami mereka ada kerjaan di sana. Selain itu keduanya juga punya usaha bisnis di sana."
Giandra mengangguk mengerti.
"Jadi, maaf ya Nak, hanya kami yang bisa menyambut kedatangan mu! Nanti kau akan bertemu dan berkenalan dengan mereka." kata Dam mengelus lengan Giandra lembut.
"Gak apa Opa. Sambutan Opa dan Oma yang begitu hangat sudah lebih dari cukup dan membuat aku senang dan berterima kasih karena menerima aku dengan baik di rumah ini." kata Giandra mengulas senyum.
"Kamu sudah seperti cucu kami sendiri, jadi hiduplah bebas dan nyaman di rumah ini. Tak perlu canggung, anggap rumah sendiri. Jika butuh sesuatu katakan pada Fatma atau pada kami." kata Oma Dian.
Giandra lagi lagi mengangguk tersenyum. Dia melihat ketulusan dari kedua wajah orang tua ini.
Makan malam selesai.
"Pergilah istrahat, kamu pasti capek." kata Dian. Dia menyuruh Regina membawa Giandra ke lantai atas.
Regina mengajak Giandra ke lantai dua dengan menggunakan lift. Fatmala mengikuti dari belakang. Dam dan Dian segera ke kamar mereka yang berada di lantai bawah.
"Ini kamar kamu. Pergilah istrahat. Mama mau keluar karena ada urusan penting." kata Regina. Lalu dia segera ke kamarnya yang tadi mereka lewati.
Fatmala membuka pintu kamar Giandra."Silahkan Nona."
Giandra segera masuk. Kamar ini benar benar luas, fasilitas juga lengkap, bahkan memiliki ruang ganti pakaian, Walk In Closet. Cat temboknya menggunakan warna kesukaan Giandra.
"Apa Nona butuh sesuatu?" tanya Fatmala setelah menyimpan pakaian Giandra ke dalam lemari.
"Aku hanya ingin istirahat." kata Giandra.
"Baik, selamat beristirahat. Jika butuh sesuatu beri tahu bibi." kata Fatma ramah.
Giandra mengangguk. Fatmala segera keluar dari kamar itu. Giandra duduk sejenak di ranjang. Benar benar empuk dan bahannya sangat halus. Selanjutnya dia pergi ke kamar mandi untuk bersih bersih karena mau melaksanakan shalat isya. Giandra melepas pakaiannya. Dia melenguh sedih melihat dua tanda merah di lehernya. Bekas Kiss mark karya bibir pria bertopeng itu. Giandra benar benar sedih dan marah atas kejadian buruk yang menimpanya, sungguh dia sangat menyesal. Kehilangan ciuman pertama dan di sentuh oleh pria untuk pertama kali dalam keadaan polos, pria yang sama sekali tidak di kenal dan seorang perampok Bank, buronan polisi. Tapi dia bisa apa? Dia tidak berdaya melawan pria itu. Tapi jujur dia masih bersyukur karena pria bejat itu tidak sampai melakukan hal yang lebih buruk padanya.
Berulang kali Giandra menggosok kedua tanda itu tapi tetap saja tidak hilang, hanya kulitnya yang terasa sangat perih karena mengelupas. Dia sama sekali tidak menceritakan kejadian buruk itu pada Regina. Mana peduli wanita itu pada apa yang terjadi padanya?
...Bersambung....
Karya author:
*Anak Tiri Sang Mafia (On Going)
* Rafa dan Ara (Tamat)
*Arley dan Ana (Tamat)
*Khanza dan Gracio (Tamat)
*Rangga dan Rara ( On Going)
Mampir ya dan beri dukungan. Mkasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Nita Yunita
hadir thor, jgn lupa aku penggemar rara dan Rangga 😘
2023-10-18
0