...Happy Reading....
Giandra merenung di balkon memikirkan adik adiknya dan juga hidupnya selanjutnya di rumah Regina dan suaminya. Dia berpikir apa suami dan keluarga mamanya menyukai dirinya? Mereka bukan orang orang jahat kan?
Terdengar ketukan pintu membuyarkan lamunan Giandra. Giandra bangkit berdiri dan berjalan lemah ke pintu. Dia menarik handle pintu. Terlihat Yogi dan pegawai hotel pria membawa makanan. Juga paper bag dan koper berisi semua keperluan Giandra.
"Ini semua keperluan kamu. Makanlah, setelah itu mandi. 40 menit lagi kita akan ke Bandara." kata Yogi.
Setelah keduanya keluar, Giandra segera menyantap makanan karena dia sangat lapar. Dia tidak mau mati kelaparan dan ingin hidup lebih lama demi adik adiknya. Setelah makan Giandra masuk kamar mandi, tidak ingin membuang waktu mengingat penerbangan mereka 40 menit lagi. Nanti Regina akan marah dan melampiaskan pada anak anak jika dia tidak patuh dan menurut.
15 menit Giandra menyelesaikan ritual mandinya. Di keluar dengan handuk pendek dan kepala terbungkus handuk kecil. Tubuhnya terasa segar dan Wangi kembali setelah mandi.
Giandra membuka koper untuk memilih pakaian yang akan di kenakan. Isinya begitu lengkap, semua keperluannya. Pakaian dalam dan pakaian luar. Di dalam paper bag berisi sepatu dan tas punggung kecil untuk anak anak remaja. Regina memang telah mempersiapkan semuanya agar tidak membuatnya malu di depan keluarga suaminya. Dan supaya terlihat peduli dan sayang pada putrinya, Giandra.
Setelah mengambil pakaian dan pakaian dalam yang akan di kenakan dari koper, Giandra meletakkan di atas tempat tidur. Selanjutnya dia duduk di depan kaca cermin meja rias. Melepas handuk di kepalanya dan mengusap ngusap rambutnya yang basah.
Bruk!
Tanpa di sadari seorang pria jatuh mendarat di lantai balkon kamarnya. Pria itu baru saja turun dari lantai atas menghindari kejaran beberapa polisi yang menyamar menjadi warga biasa. Di lantai atas memang sedang terjadi aksi kejar kejaran antara polisi dan buronan pembobol Bank.
Pria yang mengunakan topeng hitam, pakaian serba hitam itu melihat balkon kamar Giandra yang terbuka. Secepatnya dia masuk dan menutup pintu.
Giandra menghentikan gerakan mengusap rambut begitu mendengar suara derit pintu di tutup. Segera dia menoleh ke arah balkon. Dia terkejut melihat seorang pria berada di sana dengan memegang pistol, wajah dan kepala tertutup topeng, hanya mata dan bibir yang terlihat. Giandra yang menyadari ada bahaya segera berteriak dan berlari ke arah pintu untuk keluar. Tapi sebelum tubuhnya mencapai pintu, pria itu menyergap tubuhnya, di seret ke dalam dan di hempas ke atas ranjang. Selanjutnya dia menindih tubuh Giandra, mengurung di bawah tubuhnya. Satu tangannya membekap mulut Giandra yang kembali akan berteriak. Giandra melakukan perlawanan tapi sia sia karena tubuhnya di tekan kuat di atas kasur oleh tubuhnya pria ini. Giandra sangat panik ketakutan.
Sementara Pria itu pun sangat panik tak kala telinganya mendengar beberapa tapak sepatu yang jatuh mendarat di lantai balkon kamar Giandra. Dia yakin tapak sepatu itu milik polisi yang mengejarnya.
"Periksa kamar kamar di area sini!" terdengar perintah dari balkon.
Sama halnya dengan pria itu, Giandra juga terkejut mendengar perintah dengan suara keras itu.
"Ssst, diam jangan bersuara." bisik pria itu tatapan dingin menatap Giandra. Secepatnya dia menarik selimut dan menutup kan ke tubuh mereka.
"Anda mau apa? Tolong Jangan sakiti aku!"
Giandra geleng geleng kepala. Giandra takut pria ini akan melecehkannya. Dia teringat berita yang di tayangkan di TV tadi. Sekolompok Mafia yang membobol Bank. Tubuh Giandra bergidik, tegang setelah menyadari kalau pria yang Kini sedang berada di atas tubuhnya ini adalah salah satu dari kelompok mafia itu. Ciri ciri pria ini sama dengan yang di beritakan. Ternyata para Mafia ini bersembunyi di hotel ini. Giandra semakin ketakutan, air matanya mengalir di kedua ujung matanya.
Pria itu melepas bekapan tangannya dari mulut Giandra melihat ketakutan dan air mata gadis ini."Jika kau berteriak, peluru di dalam pistol ini akan menembus kepalamu." ancamnya seraya menekan moncong pistol di pelipis Giandra, sembari menarik pelatuknya. Giandra merinding ketakutan setengah mati merasakan ujung pistol yang terasa dingin di kulitnya. Spontan dia menjerit.
"Aaaaaaaaaaaaaa!!!
Tapi jeritan itu hanya memenuhi rongga mulut Giandra, karena dengan cepat pria itu me*lum*t bibir Giandra dan bukan menembakkan pistol ke kepala Giandra seperti ancamannya tadi.
Giandra terbelalak, mata terbuka lebar dengan apa yang di lakukan pria ini. Semakin dia melawan dan berontak, pria itu semakin m*lum*t bibirnya dengan rakus tak memberi kesempatan untuk bernafas apalagi berteriak.
Polisi di luar sana melihat ke dalam kamar Giandra dengan mengendap endap. Pintu balkon tertutup, tapi jendela terbuka. Mereka mendekati jendela dan melihat ke dalam kamar dengan waspada. Terlihat sepasang manusia sedang bergumul di atas ranjang dengan tubuh tertutup selimut.
"Sial __!" ucap sala satu di antara mereka melihat pergumulan panas itu. Petugas polisi itu terkejut ketika sesuatu melayang ke wajahnya. Dia melihat handuk dan pakaian dalam wanita yang sengaja di lempar oleh pria bertopeng yang mengetahui keberadaan mereka di jendela. Lagi lagi kepala polisi itu mengumpat."Sialan __!"
Sementara di dalam selimut, Giandra ketakutan setengah mati karena handuknya di lepas paksa dari tubuhnya hingga membuat tubuhnya telanjang polos. Giandra cepat menutup ke dua buahnya dengan tangan saat handuk itu lepas dari tubuhnya. Untung saja bagian bawah pribadinya tertutupi oleh tubuh pria ini. Dia melingkar kan kedua kakinya di pinggang pria ini untuk menyembunyikan bagian intinya dari penglihatan mata pria ini. Pria bertopeng ini mengerti dengan apa yang dia lakukan dan membiarkannya.
"Sudah ku bilang diam, jangan berteriak dan melawan. Aku bisa melakukan hal yang lebih dari ini jika kau masih bertingkah." gertak pria itu dengan tatapan dingin seraya melirik dada Giandra.
Giandra cepat mengangguk, patuh. Takut pria ini akan menyentuhnya. Dia sangat berharap para petugas kepolisian itu segera pergi dari balkon kamarnya, agar pria ini pun pergi. Juga dia sangat berharap Yogi datang ke kamar untuk menjemputnya.
"Apa kalian menemukannya di bawah sana?" terdengar polisi itu bertanya pada orang di seberang lewat alat yang terhubung pada telinga.
"Tidak ada komdan, sejak tadi kami mengawasi dari bawah. Pria itu berhenti di balkon kamar 326 dan belum turun ke bawah atau ke balkon kamar lain." jawaban dari seberang.
"F*ck....!" umpat pria bertopeng karena para polisi itu masih curiga dengan keberadaannya di kamar ini. Dia memutar lehernya menatap Giandra yang gemetar."Lakukan sesuatu agar mereka tidak curiga keberadaan ku di sini dan segera pergi meninggalkan tempat ini!" kata pria itu.
Giandra tidak mengerti dengan ucapan pria itu."Apa yang harus aku lakukan?" bingung di tengah ketakutan dan air mata yang tak berhenti mengalir. Tapi kemudian dia tiba tiba menjerit tak kala pria itu melabuhkan wajahnya di ceruk lehernya dan menyedot kuat lehernya. Jeritan itu menarik perhatian petugas kepolisian. Mereka melihat kembali ke arah ranjang karena jeritan itu terdengar dari dalam sana. Jeritan Giandra hilang oleh lu*mat*n pria itu. Pria itu terus m*lum*t bibir Giandra yang di rasakan manis dan lembut seperti selembut kapas hingga tak sadar membuatnya ketagihan dan ingin terus menikmati.
"Sebaiknya kita periksa di tempat lain sebelum semakin menjauh." kata kepala polisi yang mulai merasa darahnya panas melihat adegan mesum di ranjang sana. Celananya mulai terasa sesak."Sial __!" melihat bagian pribadinya yang mengembang. Dia bergegas turun ke balkon kamar di bawah sana di ikuti anak buahnya.
Mengetahui para polisi itu telah pergi, pria bertopeng menarik tubuhnya dari atas tubuh Giandra dan turun dari ranjang. Alasan lain dia melepas Giandra, karena melihat Giandra kesulitan bernapas karena ciumannya.
Giandra secepatnya menghirup udara sebanyak banyaknya sembari memiringkan tubuh ketika pria itu menjauh dari tubuhnya. Tangannya meraih selimut dan di tutupi pada tubuhnya. Pria itu menatap Giandra yang menangis, ketakutan, tubuh gemetar di dalam selimut. "Terimakasih." ucapnya singkat, terdengar oleh telinga Giandra. Entahlah ucapan terimakasih untuk apa? Hanya dia yang tahu. Lalu dia segera keluar dari kamar Giandra dan melompat ke balkon sebelah sesuai arahan anak buahnya dari alat yang tersumbat di lubang telinganya.
...Bersambung....
Jangan lupa dukungan buat author ya, Kasih like, komentar, vote, hadiah kopi, bintang lima setelah membaca setiap Bab, makasih.
Follow akun NT aku ya, biar kalian dapat Notifikasi cerita setiap Bab.
Promosi Karya author:
* Rafa & Ara (Tamat)
* Arley &Ana (Tamat)
* Khanza & Gracio (Tamat)
* Rangga & Rara (On Going)
*Anak Tiri Sang Mafia (On Going)
Yang lagi nunggu kelanjutan Karya Rangga dan Rara Nanti akan author lanjut kembali. Di tungguin aja. Terimakasih sudah mampir
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Waah menang banyak nih pria bertopeng..🤣🤣🤣😜
2024-07-30
0
Riss Azzam
Nathan kali ya buronan itu?
2023-11-04
0
Yani Thalib
kasihan giandra, bibirny sdh di nikmati leo, tubuhnya juga dah di liat leo 🥺
2023-10-28
0