...Happy Reading....
Regina beralih melihat pak tua."Aku akan membeli rumah ini. Jadi kau tidak perlu mengeluarkan mereka dari sini. Asisten ku akan menyelesaikan pembayarannya! Berapa harganya?" kata Regina pada pria tua pemilik rumah, lagi lagi dengan nada suara sombong dan tingkahnya yang angkuh.
Giandra dan Rima terkejut. Sedangkan Pria tuan tersenyum sinis penuh arti." Setengah Miliar."
"Bereskan segera!" kata Regina pada Asisten nya tanpa melakukan penawaran, meski dia tahu penawaran yang di beri pak tua terlalu tinggi dengan ukuran rumah yang kecil dan rusak di beberapa tempat, atapnya juga ada yang bocor. Regina bisa saja protes tapi dia tidak mau berdebat karena tidak mau berlama-lama di tempat ini. Banyak urusan yang harus di kerjakan.
Asisten Regina segera menarik paksa tangan Pria tua di teras. Untuk menyelesaikan administrasi pembayaran rumah ini.
Regina berbalik, menatap Giandra dan Rima.
"Apa kalian senang?" tersenyum mengejek.
"Untuk apa mama membantu kami?" meski Giandra senang mendengar perkataan Regina yang mana mereka tidak akan keluar dari rumah ini. Tapi hatinya merasa tidak tenang dengan bantuan ini.
Regina tersenyum setengah. Dia menatap Giandra dengan menilik. Meski memakai pakaian lusuh, tapi anak ini terlihat cantik, malah sangat cantik. Dia tidak menyangka, anak kecil yang di tinggalkan dulu kini telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.
"Kenapa? Apa kau tidak senang? Seharusnya kau senang Giandra. Karena kalian dan anak anak tidak akan Luntang lanting di jalanan, kepanasan dan kehujanan!" kata Regina berjalan mengitari Giandra.
"Seharusnya kau berterima kasih kepada ku!"
Tersenyum sinis.
"Aku tahu orang seperti apa mama. Pasti ada niat buruk di balik bantuan ini." kata Giandra menebak dan curiga.
"Hahaha, anak pintar!" Regina tertawa lepas mengakui kecerdasan Giandra.
Di luar asisten Regina sudah menyelesaikan administrasi pembayaran rumah secara tunai. Dia segera masuk dan pak tua telah pergi dengan senang hati karena telah mendapatkan apa yang dia mau.
"Ini sertifikat rumahnya Bos." kata asisten menyerahkan sertifikat rumah panti pada Regina yang langsung di terima Regina.
"Kalian bebas tinggal di sini. Dan rumah ini menjadi hak kalian, tapi tentu saja tidak ada yang gratis Giandra __!" kata Regina kembali tersenyum sinis penuh arti.
Giandra sudah menebak hal itu. Wanita ini ada maunya. Meski pada anak sendiri pun dia menginginkan balasan untuk keuntungannya. Sungguh tega pada anak anak panti.
"Jujur aku memerlukan dirimu. Tapi aku tidak akan memaksa. Semua terserah padamu. Jika kau setuju katakan iya! Jika kau menolak, silahkan kalian tinggalkan rumah ini sekarang juga!" kata Regina tegas dengan tatapan tajam.
Kedua tangan Giandra kembali terkepal kuat. Regina memanfaatkannya. Sungguh wanita tidak punya hati. Giandra dilema, setuju atau menolak. Dia tidak tahu apa yang diinginkan wanita yang merupakan ibunya ini.
"Aku orang sibuk Giandra, aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu persetujuan atau penolak mu. Aku sangat tahu kau sangat membutuhkan rumah ini untuk tempat bernaung kalian." kata Regina melihat Giandra yang terdiam, yang di yakinnya pasti sedang berpikir memilih. Dan untuk membuat Giandra setuju, maka dia harus sedikit memaksa dan mengancam.
"Waktumu habis Giandra, keluar kalian dari rumah ini Sekarang __!"
"Iya, aku setuju__!" kata Giandra segera.
Sedangkan Rima tercengang mendengar persetujuan nya."Gia__!" sejujurnya dia tidak ingin Giandra menyetujui keinginan Regina yang entah apa. Dia takut Regina akan berbuat buruk pada Giandra.
Gia menatap Rima sambil tersenyum, sendu.
Meminta Rima tenang dan mendukungnya. Lalu dia beralih melihat Regina yang tampak tersenyum senang penuh kemenangan.
"Aku akan mengikuti keinginan mama! Katakan apa yang harus ku lakukan untuk membayar semua kebaikan ini?"
Regina tertawa kecil, tapi kemudian wajahnya berubah datar seketika."Ikuti aku sekarang juga."
"Kemana?" Gia terkejut.
"Nanti kau akan tahu. Tidak perlu Bertanya!"
Rima menarik lengan Giandra hingga gadis itu berada di belakangnya.
"Kamu mau bawa Giandra kemana Regina? Sudah cukup kau menyakiti anakmu setelah sekian lama meninggalkannya juga menelantarkannya! Wanita seperti apa kau Regina? Ibu macam apa kau ini tidak punya hati sedikit pun pada anak sendiri?" teriak Rima menahan amarah.
Regina tertawa."Hey, jangan teriak teriak begitu, bicara pelan pelan saja, aku tidak tuli!"
Rima mendengus kesal.
"Kamu tenang saja Rima, justru dia akan hidup enak dan senang tinggal di rumah ku. Aku akan menebus kesalahanku di masa dulu!" tersenyum penuh arti.
"Kamu pikir aku percaya pada wanita jahat tak punya hati seperti dirimu? Aku yakin kau pasti ingin memanfaatkannya."
"Berhentilah mengoceh, aku tidak mau berdebat. Atau __ pergi kalian dari rumah ini?"
bentak Regina yang habis kesabaran.
"Bik __ sudahlah. Aku akan baik baik saja! Bibi tenanglah di sini dan jaga adik adik!" Giandra segera menenangkan Rima yang terlihat emosi bercampur cemas.
"Aku akan mengambil pakaian ku dulu. Tunggu sebentar." kata Gia.
"Tidak usah. Kau hanya perlu membawa dirimu saja." kata Regina. Lalu segera hengkang dari tempat itu, keluar menuju mobilnya.
"Gia __! Bibi tidak mau wanita itu menyakiti mu lagi. Bibi yakin dia punya niat yang tidak baik! Lebih baik tolak keinginannya. Pasti ada cara lain untuk kita."
"Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk sekarang Bik. Qenan dan Qinan saat ini sedang sakit. Kita akan tinggal di mana jika di keluarkan dari sini? Kasihan adik adik!"
"Tapi Nak, Bibi dan kami semua tidak ingin kamu kenapa napa __! wanita jahat itu pasti....!"
"Bibi Rima benar, wanita itu orang jahat. Nanti dia akan berbuat jahat pada kakak!" timpal Baim.
Giandra menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Sejujurnya dia juga tidak tenang bahkan takut ikut dengan Regina. Tapi mau bagaimana lagi? Lebih baik dia mengorbankan dirinya sendiri dari pada melihat anak anak malang itu hidup menderita di jalanan.
"Aku tahu itu. Bibi dan adik adik semua jangan khawatir. Kak Giandra bukan anak kecil lagi. Kakak sudah besar. Kakak akan menjaga diri dengan baik! Bik, tolong jaga adik adik dengan baik. Bibi juga jaga kesehatan. Nanti aku akan menghubungi bibi." Gia memeluk Rima sebentar. Pamit pada adik adiknya yang langsung menghambur memeluknya."Jangan khawatir, kakak akan baik baik saja. Selama kakak pergi, kalian harus saling membantu, bantu juga bibi Rima, dan rajinlah ke sekolah dan belajar!" katanya terburu. Setelah itu dia menengok Qenan dan Qinan di kamar, lalu segera pergi dengan terburu buru menyusul Regina. Dia segera masuk ke mobil setelah sopir membuka pintu. Mobil mewah itu melaju dengan kecepatan sedang. Kepergian mereka di iringi tangisan adik adik Gia dan kekhwatiran Rima. Rima merapal kan doa doa kepada Allah meminta memohon perlindungan untuk Giandra, yang entah mau di bawah kemana oleh Regina.
...Bersambung....
Jangan lupa dukungan buat author ya, Kasih like, komentar, vote, hadiah kopi, bintang lima setelah membaca setiap Bab, makasih.
Follow akun NT aku ya, biar kalian dapat Notifikasi cerita setiap Bab.
Promosi Karya author:
* Rafa & Ara (Tamat)
* Arley &Ana (Tamat)
* Khanza & Gracio (Tamat)
* Rangga & Rara (On Going)
*Anak Tiri Sang Mafia (On Going)
Yang lagi nunggu kelanjutan Karya Rangga dan Rara Nanti akan author lanjut kembali. Di tungguin aja. Terimakasih sudah mampir
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Yani Thalib
regina jahat sama anak sendiri, by the way jadi regina dulu ninggalin suami dan anak ya
2023-10-28
0
Tau Lo Hulandalo
sampai saat ini belum mau komentar krn blm tahu jelas akurny
2023-10-18
0
Nita Yunita
menunggu kelanjutan rara dn Rangga
2023-10-18
1