...Happy Reading....
Dalam perjalanan.
"Mulai besok kau akan pindah sekolah. Aku telah mengatur semuanya. Dan mulai hari ini kau kau akan tinggal di rumah ku!" kata Regina, membuat Giandra terkejut.
"Tapi Ma, aku di sini bekerja. Aku perlu biaya untuk kebutuhan hidup adik adikku." kata Giandra. Meski dia enggan bahkan tidak mau lagi menyebut Mama pada wanita ini, tapi hati nuraninya tidak akan sanggup untuk tidak memanggil wanita yang telah melahirkannya ini dengan sebutan Mama.
Alih alih menanggapi perkataan Giandra, Regina mengambil sebuah Map dari dalam tasnya.
"Ini adalah surat kontrak perjanjian. Baca baik baik dan pahami isinya!" Meletakkan di atas paha Giandra.
Giandra menatap Map berwarna coklat itu sejenak. Perjanjian apa yang tertulis di dalam sana?
"Aku sudah menikah seminggu yang lalu." kata Regina. Giandra terhenyak mendengarnya.
"Keluarga suamiku tahu aku memiliki seorang putri." kata Regina kembali. Dia keceplosan bicara pada keluarga suaminya yang mana memiliki seorang putri.
"Mereka memintaku membawa mu untuk di perkenalkan kepada mereka dan juga tinggal bersama kami." sambungnya kembali. Karena itu dia mencari keberadaan Giandra.
"Putri mama ada dua, bukan satu! Aku dan Kak Jia." kata Giandra mengingatkan Regina. Dia kesal, hatinya sakit mendengar perkataan Regina yang mengatakan hanya memiliki satu putri. Apa kesalahan dia dan Jiandra lakukan hingga membuat Regina meninggalkan mereka dulu, tidak peduli dan hingga kini tidak menyukai dia dan Jiandra? Sungguh Giandra bingung dengan sikap mamanya yang seperti benci dan tidak menganggap dia dan Jiandra anak.
"Itu dulu Giandra, sekarang tinggal kamu seorang." kata Regina enteng.
Giandra terkejut."Jadi mama tahu kak Jiandra sudah tak ada? Apa mama juga tahu kalau papa sudah tidak ada di dunia ini? Apa mama tahu papa dan kakak sudah meninggal?" katanya terburu buru menahan amarah, carian bening seketika memenuhi kelopak matanya.
Wajah Regina berubah terkejut mendengar kata kata yang di ucapkan Giandra, tapi dia segera bersikap biasa."Aku hanya menebak saja melihat kau hanya hidup seorang diri dan tak ada mereka di sana." katanya santai tak ada rasa sedih atau bersalah.
"Ma_" teriak Giandra dengan sikap santai Regina dalam menyingkapi kematian ayah dan kakaknya. Tak ada kesedihan sedikitpun terlihat di wajahnya.
"Jangan meneriaki ku." sentak Regina balik. Dia menjepit kuat dagu Giandra.
"Lalu kau ingin aku berbuat apa? Menangis begitu? Apa dengan aku menangisi bisa membuat mereka hidup kembali?" sentak Regina kembali."Mereka mati karena sudah takdir, bukan karena aku. Dan semua orang akan mati dengan caranya sendiri."
Air mata Giandra merembes jatuh, kedua tangan terkepal kuat, menahan amarah. Kebenciannya semakin mendalam pada wanita ini.
"Sudahlah Giandra. Aku tidak suka berdebat. Sebaiknya baca surat perjanjian itu baik baik. Aku malas menjelaskan." kata Regina ketus, melepas dagu Giandra.
"Kalau kau terus mengoceh aku akan menurunkan mu di sini, dan membuat adik adikmu terlantar di jalanan!" ancamnya.
Giandra terdiam mendengar ancaman itu. Dia menarik hingusnya, lalu melap air matanya. Perlahan dia membuka Map dan melihat kertas putih yang tertulis beberapa poin perjanjian. Giandra membaca dengan teliti sampai selesai.
"Tanda tangani." kata Regina kasar menyerahkan pulpen melihat Giandra selesai membaca.
"Mereka tahu kau tidak hadir di pesta pernikahan ku karena kau tidak suka aku menikah lagi. Selama ini kau ku titipkan pada keluargaku dan di saat tidak sibuk aku mengunjungi mu! Ingat itu baik baik."
"Aku akan mengikuti semua keinginan mama, tapi aku juga punya satu permintaan." kata Gia.
"Cih __!" umpat Regina."Aku sudah memberi kalian tempat tinggal yang nyaman tapi kamu masih ingin meminta lagi?" menatap Giandra tajam.
"Aku hanya ingin bekerja Ma, izinkan aku bekerja. Aku butuh uang untuk biaya kehidupan adik adikku." pinta Giandra memohon.
"Kau akan membuat ku malu dan merusak image ku!"
"Aku janji hal itu tidak akan terjadi. Aku mohon Ma....!"
Regina memijit keningnya sedang berpikir."Baik, tapi ingat, jangan sampai keluarga suamiku tahu. Ingat itu." kata Regina tegas dengan tatapan tajam.
"Iya, aku janji!" Giandra lega. Dia segera menandatangani surat kontrak perjanjian tersebut.
Asisten Regina menoleh ke belakang begitu mendapat satu notifikasi pesan.
"Nyonya, penerbangan di tunda dua jam karena ada kesalahan teknis."
Regina nampak kesal."Kita menginap dulu, cari hotel terdekat dengan bandara."
"Baik Nyonya."
Mobil melaju menuju hotel terdekat dengan bandara. 15 menit mereka telah sampai. Giandra menatap gedung tinggi ini. Ini ada hotel tempat dia bekerja setiap pulang sekolah dan hari libur. Untung asisten membawa Regina ke hotel ini, dia akan menemui rekan kerjanya dan mengundurkan diri.
Hotel ini hotel yang paling mewah di daerah ini. Meski bukan hotel bintang lima, tapi fasilitas di hotel ini cukup mewah dan lengkap. Setelah melakukan pemesanan di bagian resepsionis, mereka segera ke atas. Beberapa orang menyapa Giandra.
"Kamu kenal mereka?" tanya Regina penasaran.
"Aku kerja sebagai cleaning servis di hotel ini." kata Giandra.
Regina memutar bola matanya, terus melangkah. Giandra mengikuti dari belakang.
Mereka naik lift untuk ke atas dan sampailah di kamar tujuan. Regina segera masuk ke kamarnya. Dan Yogi, asisten Regina mengantar Giandra ke kamar Giandra yang berselisih lima kamar dari kamar Regina.
"Ini kamar mu. Istrahat di sini sebentar. Dua jam lagi kita akan ke bandara!" kata Yogi.
"Pak, aku ingin menemui teman ku untuk pamit, sekalian menemui atasan ku untuk mengundurkan diri." kata Giandra saat Yogi akan pergi.
Yogi tampak berpikir sejenak."Jangan berbuat ulah, kau tahu sendiri apa akibatnya." katanya kemudian.
Giandra mengangguk."Aku mengerti."
"Jangan lama lama, waktumu 30 menit." Yogi melanjutkan langkah setelah mengatakan itu.
Setelah kepergian Yogi, Giandra segera pergi ke ruang staf cleaning servis. Dia sudah hafal setiap sudut ruang dari hotel ini dari lantai bawah hingga yang teratas.
Giandra melihat ada beberapa karyawan CS berada di ruang istrahat sedang menonton berita di TV, termasuk orang yang ingin di temuinya. Mereka tampak serius melihat berita yang di tayangkan di TV. Berita tentang pembobolan Bank oleh sekelompok Mafia yang terjadi sejam lalu. Begitu sulit menangkap gerombolan tersebut, juga mengungkap identitas mereka karena wajah mereka tertutup oleh topeng, pakaian serba hitam. Terlihat jelas aksi mereka yang begitu pintar dan lincah sedang membobol brankas dengan menyandera beberapa nasabah dan pegawai terlihat dalam rekaman tayangan CCTV. Mereka berhasil mendapatkan apa yang di inginkan dan kabur. Sekarang geng Mafia itu sedang dalam pengejaran polisi. Polisi meminta Masyarakat untuk waspada. Dan jika melihat ciri-ciri pelaku Mafia seperti yang berada dalam rekaman CCTV harus segera melapor kepada pihak yang berwajib.
"Giandra?" seru sala seorang Cs begitu melihat keberadaan Giandra di depan pintu. Semua mata teralih kepadanya. Tiga karyawan Cs menyapanya dan menyuruh masuk, lalu kembali melihat ke arah TV.
"Mbak Niken, aku ke sini mau menemui Mbak, syukurlah mbak ada di ruang ini." kata Giandra.
Niken adalah senior Giandra dan baik pada Giandra. Niken dulu yang mengajak Giandra pertama kali kerja di sini saat Giandra kesulitan mencari pekerjaan. Giandra dekat dengan pegawai di sini, tapi dia lebih dekat dan terbuka pada Niken.
"Aku baru saja masuk 5 menit lalu. Pekerjaan ku sudah selesai." kata Niken.
"Mari Duduk." ajak Niken membawa Giandra ke sofa.
Giandra segera duduk di sofa di depan Niken.
"Shif kerja kamu bukannya sore?" tanya Niken.
"Aku mau Resign kerja mbak." kata Giandra.
Niken terkejut."Berhenti?" karena dia tahu begitu sulitnya Giandra bisa kerja di sini. Dia menatap serius pada Giandra.
Giandra beranjak dari tempat duduknya dan duduk di sebelah Niken.
"Ada apa?" tanya Niken dengan suara pelan mengerti dengan gelagat gestur tubuh Giandra.
"Aku telah bertemu mama ku. Dia datang ke panti dan mengajakku ikut dengannya ke kota Jakarta." bisik Giandra membuat Niken terbelalak."Apa?" karena Niken tahu kehidupan Giandra.
"Telah terjadi sesuatu hingga membuat aku mau berhenti kerja. Aku tidak bisa menceritakan sekarang karena waktuku terbatas. Nanti aku akan menghubungi mbak dan menceritakan semuanya!" kata Gia teringat waktu yang di beri Yogi hanya 30 menit.
"Baik, aku mengerti!" Niken mengangguk faham.
"Pak Galih pasti akan kehilangan kamu Giandra. Kamu tahu dia sangat menyukai kinerja kamu!"
Pak Galih adalah Manager hotel ini.
"Nanti Mbak berikan alasan mengenai pemberhentian ku. Aku ingin menyampaikan pengunduran diriku tapi aku tidak enak hati akan membuatnya kecewa."
"Kebetulan sekarang beliau tidak ada di hotel. Ada pertemuan penting para Manager yang di lakukan di kantor pusat."
"Syukurlah! Jika mba ada waktu, tolong lihat adik adikku di panti."
"Kamu jangan khawatir. Nanti Mbak akan ke sana."
"Terimakasih Mbak."
"Iya sama sama. Baik baik kamu di sana. Jujur Mbak khawatir kamu ikut ibumu. Jika kamu butuh sesuatu hubungi Mbak."
Niken biar hidupnya kekurangan, tapi tetap peduli pada Giandra dan anak anak panti dan kadang membantu semampu dia jika punya kelebihan.
"Iya Mbak, aku pergi dulu."
Keduanya berpelukan. Giandra pamit pada tiga orang mantan rekan kerjanya, lalu kembali ke atas, ke kamarnya.
...Bersambung....
Dukungan buat author jangan lupa ya,,
Kasih like, komentar positif, vote, hadiah, dan Rate bintang lima. Terimakasih.
Jangan lupa dukungan buat author ya, Kasih like, komentar, vote, hadiah kopi, bintang lima setelah membaca setiap Bab, makasih.
Follow akun NT aku ya, biar kalian dapat Notifikasi cerita setiap Bab.
Promosi Karya author:
* Rafa & Ara (Tamat)
* Arley &Ana (Tamat)
* Khanza & Gracio (Tamat)
* Rangga & Rara (On Going)
*Anak Tiri Sang Mafia (On Going)
Yang lagi nunggu kelanjutan Karya Rangga dan Rara Nanti akan author lanjut kembali. Di tungguin aja. Terimakasih sudah mampir
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Semangat Kk
DinDut Itu Pacarku mampir
2024-01-15
1
Yani Thalib
maaf kk ana, ada typo tuh, judulnya salah ya,.kontrak bukan kontak 😁😁🙏🏻🙏🏻🙏🏻
2023-10-28
0
Melisha
mungkin gia jia BKN anak kandung regina y thor
2023-10-17
0