Embun kini telah sampai di kampus tempat ia menempuh pendidikan saat ini. Kedatangannya ke kampus siang itu disambut oleh Kanya yang sudah tiba lebih dulu di kampus dibandingkan dirinya.
"Embun!" Kanya menyapa. Menggaet tangan Embun kemudian menuntunnya menuju ruangan kelas mereka kuliah berada.
Embun yang sudah terbiasa diperlakukan demikian oleh Kanya menurut saja mengikuti langkah teman baiknya itu.
"Oh ya, Embun, apa benar hari ini kau jadi bekerja di rumah majikan ibumu?" Tanya Kanya memastikan percakapannya dan Embun di telefon kemarin.
Embun menganggukkan kepala membenarkan perkataan Kanya. "Aku sudah bekerja mulai tadi pagi."
Kanya menghentikan langkahnya hingga membuat langkah Embun ikut terhenti. Wanita yang memiliki mata bulat itu kini menatap wajah Embun dengan intens. "Kau hebat sekali, Embun. Mau bekerja menggantikan ibumu sebagai pembantu." Puji Kanya. Jika posisi Embun saat ini terjadi kepada dirinya, Kanya mungkin sulit untuk memutuskan bekerja sebagai pembantu.
Embun mengulas senyum tipis. "Aku tidak hebat. Aku hanya melakukan kewajibanku sebagai anak dengan baik. Jika bukan aku yang membantu Ibu, lalu siapa lagi?"
Kanya ikut mengulas senyum. "Kau benar juga. Tapi walau pun begitu, aku sangat salut kepadamu, Embun." Puji Kanya.
Embun tersenyum saja. Sebagai anak pertama di keluarganya, ia memang harus dituntut untuk memiliki pundak yang lebih kuat dibandingkan adiknya. Terlebih saat ini, ia tidak lagi memiliki seorang ayah yang berkewajiban menafkahi dirinya dan keluarganya.
"Jadi setelah pulang kuliah ini kau langsung kembali lagi ke rumah Tante Meisya untuk melanjutkan pekerjaanmu?" Tanya Kanya setelah berada di dalam kelas bersama dengan Embun.
"Iya. Setelah selesai menyiapkan makan malam untuk keluarga Nyonya Meisya, aku baru boleh pulang."
"Apa kau tidak capek, Mbun? Seharian bekerja sambil kuliah juga." Kanya nampak prihatin. Embun yang melihatnya pun tersenyum seolah meyakinkan jika dirinya kuat melewati itu semua.
"Embun, semoga kebahagiaan akan segera datang kepadamu setelah banyaknya ujian yang kau lewati di dalam hidupmu selama ini." Gumam Kanya dalam hati.
**
**
Embun melajukan motor matic miliknya dengan kecepatan sedang menuju kediaman Mom Meisya setelah selesai melewati dua perkuliahan dari siang sampai sore hari.
Kedatangannya kembali ke rumah Mom Meisya sore itu ternyata bersamaan dengan kepulangan David dari bekerja.
"Tuan David," Embun sedikit membungkukkan tubuhnya menyapa David yang baru saja keluar dari dalam mobilnya.
Bukannya membalas sapaan Embun, David justru menatap wajah Embun dengan dingin seperti yang ia lakukan tadi pagi pada wanita itu.
Ditatap demikian oleh David lantas saja membuat Embun jadi membeku dan bertanya dalam hati apakah ia sudah salah dalam bersikap pada David.
David segera memutuskan pandangan matanya dari Embun kemudian melangkah masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Embun, jangan dimasukkan hati ya sikap Tuan David tadi. Dia memang seperti itu pada semua orang. Tapi percayalah jika hatinya tak sedingin wajahnya." Ucap Pak Nasrul pada Embun yang nampak terdiam di posisinya setelah kepergian David.
Embun mengulas senyum tipis kemudian menganggukkan kepalanya. "Iya, Pak. Embun gak papa, kok."
Pak Nasrul ikut tersenyum seraya mengangguk.
"Kalau begitu Embun masuk ke dalam dulu." Pamitnya tak ingin berlama-lama di depan rumah.
Pak Nasrul mengiyakannya kemudian mempersilahkan Embun masuk ke dalam rumah.
"Kalau dilihat-lihat sikap Tuan David kali ini sedikit berbeda saat menatap Embun. Jika biasanya Tuan David sangat menghindari bertatap mata dengan wanita, kini dia justru menatapnya cukup lama."
***
Sebelum lanjut, jangan lupa berikan gift, vote, like dan komen yang banyak ya teman-teman❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
febby fadila
sudah mulai tumbuh sari2 cinta ya bang
2025-03-07
0
Masriokah
David pura2 .cuek...padahal.....mah ...
2025-02-10
0
Anonim
bergetarkah jiwamu David ketemu embun lagi
2024-12-03
1