Dua bulan sudah Alesha ditahan, namun keputusan berapa lama dirinya mendekam belum diputuskan.
Hari ini Alesha mendapatkan kabar jika sang ibu meninggal dunia, mendengar hal itu ia menangis meraung-raung. Sesuatu yang ditakutkannya terjadi. Rasa penyesalan memuncak di hatinya, ia kembali kebodohannya dan kecemburuannya.
Alesha di temani kuasa hukumnya dan tentunya dalam pengawasan pihak keamanan datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sang ibu.
Kedatangannya menjadi pusat perhatian orang-orang yang melayat, sebagian melemparkan tatapan sinis kepada Alesha namun sebagian lagi merasa iba dan tak yakin jika Alesha pelakunya.
Alesha yang terduduk lesu dengan air mata mengalir tak mampu berbuat apa-apa, ia hanya berkata lirih, "Maafkan aku, Bu!"
-
Alesha terpaksa harus kembali ke ruang tahanan karena batas waktu izinnya telah berakhir. Padahal ia belum mengantarkan sang ibu ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Alesha hanya pasrah dan meneteskan air matanya. Bahkan, ia tak mau berkata-kata apapun ketika Nadya memberikan pelukan kepadanya.
Sesampainya, Nadya berjanji untuk mengeluarkan Alesha dari kurungan. Ia tak peduli jika lawannya adalah orang yang berkuasa dan memiliki kuasa.
"Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi, Kak. Biarkan aku di sini!" kata Alesha dengan mata sembab dan suara parau.
"Tidak, Esha. Kamu harus membuktikan pada mereka kalau tak bersalah!"
"Jika keluar, aku dengan siapa?" Alesha menatap wajah Nadya.
"Aku akan menemani kamu!" janjinya.
"Maaf, Kak. Aku tidak mau merepotkan Kak Nadya lagi," tolak Alesha.
"Aku merasa kamu tidak merepotkan, sekarang kamu fokus untuk kemenangan kita!" Nadya memberikan semangat dan senyuman, namun Alesha memasang wajah datar.
***
Seminggu berlalu....
Hakim akhirnya memutuskan jika Alesha tidak bersalah, karena video rekaman CCTV satu jam sebelum Alesha datang sudah dihapus.
Hal itu menjadi dasar Nadya bersikeras kalau Alesha tak melakukan apapun bahkan sidik jari gadis itu tidak ditemukan di tubuh korban.
Nadya dan rekan yang lainnya tersenyum lega akhirnya mereka berhasil membuktikan jika Alesha tidak bersalah. Nadya berlari menghampiri Alesha dan memeluknya.
"Terima kasih, Kak!" Alesha menangis harus di pelukan wanita dengan tinggi 165 cm itu.
Nadya melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Alesha. "Kamu harus pindah dari rumah itu dan mulai kehidupan baru."
Alesha mengangguk mengiyakan.
Daka menghampiri kedua wanita itu dan berujar, "Selamat, Alesha!"
Keduanya menoleh ke arah Daka, hanya Nadya yang tersenyum tipis sementara Alesha tampak cuek dan datar meskipun ia melihat mata mantan kekasihnya itu berkaca-kaca.
"Ayo kita pergi dari sini, Kak!" ajak Alesha pada Nadya menarik tangannya menjauh dari pria itu.
Daka hanya menatap kejauhan dalam kesedihan.
-
Daka yang kalah tak mampu membuat Alesha lebih lama ditahan di balik jeruji, mendapatkan sasaran kemarahan kedua orang tuanya.
"Aku sudah berusaha, Ma, Pa. Memang bukti tidak terlalu kuat, jadi bisa apa," ucap Daka menatap kedua orang tuanya.
"Kamu cari cara lain, agar dia kalah!" kata Riri yang tak ingin jika putranya balikan dengan gadis itu.
"Itu sama saja aku tidak jujur, Ma!" Daka memberikan alasan.
"Jika dia memang sudah bebas, jangan harap kami akan merestui kalian!" kata Ridwan tegas.
Sementara dilain tempat mendengar kabar Alesha telah bebas membuat seorang pria tak ingin membiarkannya hidup dengan tenang. Dia bersumpah akan membuat Alesha lebih menderita.
***
Empat minggu berlalu....
Alesha kini tinggal di sebuah ruko. Ya, Nadya menyewakan tempat itu kepadanya untuk 3 bulan ke depan. Alesha juga sudah berjualan sembako, modalnya didapatkannya dari hasil tabungannya.
Hari ini toko sembako Alesha sangat ramai sehingga ia sempat kewalahan melayaninya beruntung para pelanggannya sabar menunggu.
Hampir 3 jam tokonya di serbu, waktunya untuk mengisi perutnya yang sedari tadi berbunyi. Ditengah menikmati hasil masakannya, seorang pengemis wanita tua dengan pakaian lusuh datang mengetuk pintu yang memang tak tertutup.
Wanita tua itu berdiri dengan wajah tertunduk. Alesha yang iba lantas menghentikan makanannya lalu berdiri menghampirinya.
"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" Alesha sedikit menundukkan kepalanya berusaha melihat wajah sang ibu tua itu.
"Saya lapar. Bisakah kamu memberikan saya makanan?" pintanya.
Alesha menaikkan wajahnya dan tersenyum lalu berkata, "Tunggu sebentar!" Alesha lalu berjalan ke arah rak yang berisi aneka roti isi. Ia mengambil 2 bungkus roti isi coklat dan kacang hijau.
Alesha membawa roti lalu menyerahkan kepada ibu itu tak lupa juga sebotol air mineral diberikannya. Alesha merogoh saku roknya mengambil 2 lembar uang berwarna hijau lalu dimasukkannya ke dalam plastik berisi makanan dan minuman.
"Terima kasih, Nak!" Wanita itu melihat plastik putih yang digenggamnya.
"Sama-sama, Bu. Maaf hanya mampu segitu!" Alesha menundukkan kepalanya.
"Semoga kebahagiaan selalu menyertai kamu!" doa ibu itu sebelum meninggalkan toko milik Alesha.
Setelah pengemis wanita pergi, Alesha kembali melanjutkan sarapannya yang tertunda. Selepas itu, ia merapikan barang-barang yang tak tersusun di tempatnya lanjut menyapu toko.
"Permisi!"
Alesha yang tadinya hendak ke kamar mandi, menoleh ke belakang. Ia membulatkan matanya ketika tahu siapa tamunya.
Gadis itu tampak terkejut melihat Alesha. Ia pun menatap tak percaya.
"Diana!" sapa Alesha lantas mendekatinya.
"Alesha!" Gadis itu memeluk Alesha dengan bahagia. "Apa kabar?" lanjutnya melonggarkan dekapannya.
"Aku sangat baik. Kamu?" Alesha menatap sahabat masa kecilnya.
Diana menundukkan kepalanya.
"Mari duduk!" Alesha menarik tangan Diana dan mempersilakannya.
Diana masih diam.
Alesha mengambil air mineral lalu menyodorkannya. "Minumlah dulu!"
Diana membuka tutup botol air mineral lalu menengguknya. Setelah tenang, ia pun mulai bercerita kalau dirinya di pecat dari pekerjaannya sebagai cleaning service di salah satu perusahaan, tetapi ibu tirinya memarahinya.
"Kedatangan aku ke sini untuk mencari pekerjaan. Apa ini milik kamu?" Diana menatap Alesha yang tak lama kemudian mengangguk.
"Wah, hebat juga kamu punya toko sendiri. Bagaimana kabarmu ibumu?" tanya Diana lagi.
"Ibu sudah meninggal," jawab Alesha. Ia lalu menceritakan kejadian yang menimpa dirinya dan alasan pindah rumah.
Mendengar curahan hati sahabatnya, Diana lantas berdiri dan kembali memeluk Alesha. Ia turut prihatin apa yang telah menimpa dirinya.
"Jika kamu berkenan, bekerja dan tinggal di sini. Agar aku ada temannya," ujar Alesha menghapus sudut matanya karena hampir saja menetes.
Diana melepaskan pelukannya dan tersenyum senang mendengar dirinya di terima bekerja.
"Aku tidak dapat memberikan kamu gaji besar. Apa kamu tak keberatan?" tanya Alesha.
"Tidak, Esha. Masalah gaji aku tak masalah yang penting aku bisa keluar dari rumah itu tanpa mendengar kemarahan ibu tiriku," jawab Diana.
"Kalau begitu hari ini kamu boleh bekerja!" ucap Alesha disambut senyuman bahagia Diana.
...----------------...
Jangan Lupa Like dan Komentar...
Selamat Berakhir Pekan..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
for you Thor🌹🌹
2023-12-04
1
HARTIN MARLIN
lanjut lagi thor
2023-10-28
1
Alfi Rizqi
lanjut
2023-10-21
3