Alesha menangis di pelukan ibu kandungnya, ia terus berkata kalau dia bukan pelakunya.
"Ibu percaya kamu tidak melakukannya!" Wanita paruh baya itu tak hentinya meneteskan air matanya memeluk putrinya.
Alesha melepaskan pelukannya, wajahnya menunduk. Tetesan bening terus jatuh dari bola matanya.
Sang ibu mengangkat dagu putrinya dan menghapus air matanya dengan jemarinya. "Berdoalah, Nak. Semoga keadilan menyertai kamu!"
Alesha mengangguk.
Terdengar suara pintu terbuka, Alesha dan ibunya menoleh dengan cepat. Ternyata Daka yang datang, Alesha bangkit dan berlari menghampiri kekasihnya. Keduanya saling berpelukan dan menangis.
"Aku tidak bersalah, Ka. Aku tak menyentuhnya, kenapa mereka menuduhku seperti itu?" Alesha berkata dengan air mata dan bibir bergetar.
Daka diam dan tak berkata apa-apa.
Alesha mendongakkan wajahnya, "Bantu aku keluar dari sini, Ka!" mohon Alesha dengan buliran air mata.
Daka yang mendengarnya hanya mampu mengangguk.
Sejam lalu sebelum Daka mengunjungi Alesha di kantor polisi, orang tuanya menelepon Daka melalui ponsel temannya. Mereka mengingatkan Daka untuk tidak membantu Alesha karena resikonya sangat besar.
Daka mendapatkan kabar dari rekan kerjanya, bahwa wanita yang memegang ponselnya sedang diamankan karena dicurigai sebagai tersangka pembunuhan Hani. Mendengar berita tersebut, seketika tubuhnya lemas.
Pintu kembali terbuka, 2 orang pakaian berseragam masuk. Salah satu diantaranya berkata, "Waktu besuk selesai!"
Alesha menggelengkan kepalanya. Ia berlari mendekati sang ibu dan bersembunyi di belakangnya. "Aku tidak mau dibawa mereka, Bu!" berkata dengan tangan gemetaran.
Dua wanita berseragam mendekat lalu menarik tubuh Alesha menjauh.
Tangis ibu dan anak kembali pecah ketika Alesha dibawa.
Ibu Alesha sampai terduduk di lantai tak tega anaknya harus ditahan atas kesalahan yang tak dibuatnya.
Alesha yang dipegang tangannya oleh 2 wanita itu terus memberontak dan berteriak, "Aku tidak bersalah!"
Daka hanya melihat tak mampu berbuat apa-apa.
Suara teriakan Alesha perlahan menghilang dari telinga Daka, ia mengarahkan pandangannya pada wanita paruh baya yang tampak lemah di lantai. Daka berjalan mendekat dan membantunya berdiri.
Ibu Alesha memohon agar Daka membantu putrinya, ia menjawabnya hanya menggerakkan dagunya pelan. Ya, Daka melakukannya agar wanita itu tenang.
Di dalam tahanan, Alesha duduk dan terus menangis. Ia memeluk lututnya, ia merutuki dirinya yang terlalu gegabah mengambil keputusan untuk melabrak Hani.
Bentakan dari tahanan yang lainnya di ruangan sama dengannya membuat Alesha semakin ketakutan.
-
Di lain tempat...
Setelah mengantarkan ibunya Alesha pulang, Daka kembali ke rumahnya dengan wajah lesu. Hatinya terasa perih dan sakit melihat kekasihnya harus menderita.
Riri yang duduk di ruang tamu lantas berdiri melihat kedatangan putranya. "Pasti kamu dari sana!" tebaknya.
"Esha membutuhkan aku, Ma!" Daka menoleh ke arah ibunya.
"Tidak, Ka. Kamu harus menjauhinya!" Riri menekankan kata-katanya.
"Aku mencintainya, Ma. Aku harus menolongnya!" Daka berkata diiringi suara isak.
"Kamu tidak pantas mencintai seorang pembu*uh!" ucap Riri lantang. Dari awal ia tak merestui hubungan putranya dengan Alesha.
"Dia bukan pelakunya, Ma!" Daka yakin jika Alesha tak bersalah.
"Bukti menunjukkan jika dia berada di kamar itu!" Riri menjelaskannya.
"Aku yakin dia difitnah!" kata Daka dengan bibir bergetar menahan air mata agar tak kembali menetes.
Riri tersenyum sinis mendengarnya.
"Jika kamu berani membelanya, maka jangan harap karirmu selanjutnya akan mulus!" sahut Ridwan yang muncul dan bergabung dengan istri serta putranya di ruang tamu.
"Aku tidak peduli!" Daka berkata tegas kemudian berlalu.
"Mama tenang saja, Papa akan membujuk dia agar tidak menolong gadis itu!" janji Ridwan pada istrinya.
***
Sehari berlalu...
Alesha keluar dari ruangan tahanannya karena ada orang yang ingin bertemu dengannya. Alesha tersenyum, ia berharap orang tersebut adalah kekasihnya.
Alesha duduk di bangku.
Tak lama kemudian 2 orang wanita datang dan melemparkan senyuman kepada Alesha.
"Kak Nadya!" lirih Alesha gegas berdiri. Ia mengenal salah satu wanita yang datang mengunjunginya.
Nadya lantas memeluk Alesha dengan mata berkaca-kaca.
"Kak....!" tangis Alesha kembali pecah.
Nadya melepaskan pelukannya dan meraih tangan Alesha kemudian menggenggamnya dan berkata, "Kakak akan membantumu keluar dari sini!"
Alesha kembali memeluk Nadya dan menangis. "Terima kasih, Kak!"
Nadya, 26 tahun, ia juga pengacara seperti Daka. Keduanya adalah teman kuliah, Nadya semasa menempuh pendidikan tinggal di sebelah rumah orang tuanya Alesha.
Nadya sudah menganggap Alesha seperti adik kandungnya. Hampir tiap hari, ibu Alesha kadang Alesha sendiri sering mengantarkan makanan ke rumah kecilnya. Kebaikan yang dilakukan oleh keluarga Alesha takkan mungkin dilupakannya.
"Jangan bersedih lagi, Kakak dan tim akan berjuang!" Nadya mengelus rambut Alesha yang berada dalam pelukannya.
Alesha melepaskan pelukannya dan mengangguk seraya menghapus air matanya.
Hampir 30 menit berbicara dengan Alesha, Nadya dan temannya akhirnya pamit. Tak lupa Alesha meminta tolong Nadya untuk mengunjungi ibunya karena Alesha benar-benar khawatir dengan kondisi wanita yang telah melahirkannya itu.
****
Sebulan berlalu, Alesha kini menjalani sidang hukuman pertama. Di ruangan tersebut untuk pertama kali ia kembali bertemu dengan Daka lagi. Selama Alesha ditahan, Daka hanya datang padanya saat dirinya ditangkap.
Keduanya saling memandang namun tanpa senyuman. Tersirat rasa rindu diantara mereka. Semua telah berakhir, sejak Daka memutuskan menjadi pengacara korban.
Di dalam ruangan sidang tidak tampak keluarganya Hani, mereka menyerahkan semua urusannya kepada tim kuasa hukum.
Alesha berkali-kali mengatakan jika tidak tahu menahu tentang apa yang terjadi. Dirinya kesana karena sebuah pesan.
Tetapi bukti menunjukkan bahwa Alesha adalah pelakunya.
"Saya berani bersumpah jika saya tidak mengenal Hani secara pribadi," ucap Alesha.
"Tapi kenapa kamu datang ke hotel itu jika tak mengenalnya?" tanya jaksa.
"Saya cemburu karena Hani meminta kekasih saya untuk datang ke sana, makanya saya yang diam-diam menemuinya," jelas Alesha.
"Kamera pengawas hotel menunjukkan tak ada orang lain yang masuk ke kamar selain anda!" ungkap Daka.
Alesha mendengar Daka yang berbicara menoleh ke arahnya, kekasihnya kini menyerangnya.
Berulang kali Alesha mengatakan jika dirinya tak bersalah membuat perjalanan sidang begitu lama dan terpaksa di tunda bulan depan.
Setelah bubar, Daka menemui Alesha yang hendak dinaikkan ke dalam mobil tahanan.
"Ada apa lagi?" Alesha memasang wajah datar.
"Mengaku saja, Sha. Ini juga demi meringankan hukuman kamu!" mohon Daka.
"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengakui kesalahan yang tak ku perbuat!" Alesha menegaskan ucapannya sembari menatap kekasihnya dengan penuh kebencian.
Daka ingin berbicara lagi, tetapi tubuh Alesha di tarik paksa lalu menyuruhnya segera masuk ke mobil.
Kendaraan tersebut berjalan, Daka hanya dapat melihatnya dari kejauhan meskipun Alesha tak menoleh ke arahnya.
"Seharusnya kamu yang mendampingi Alesha dalam kasus ini bukannya aku," Nadya yang dari tadi di belakang mereka mendekati pria itu.
Daka bergeming.
"Berapa banyak uang yang diberi keluarga Hani untukmu?" sindir Nadya.
Daka menoleh ke arah teman seperjuangannya semasa kuliah itu namun tak mengeluarkan sepatah katapun. Ia malah memilih berlalu dengan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Lathifa Dwy Maulida
aku selalu menunggu Yo Thor
2023-10-25
1