patuhku untuk mereka

Bulan madu telah usai, ayana dan reygan sudah memulai kembali rutinitasnya. Ayana yang merupakan seorang pebisnis kecil, dan reygan sang pewaris perusahaan.

"sayang, bagaimana bulan madu kalian? Kami sengaja tidak langsung menyambut kalian karena khawatir kalian kelelahan, bukan begitu besan?" ujar bu dewi kepada ibu ayana sambil tertawa kecil.

Saat itu kedua orangtua ayana dan reygan sedang berkunjung kerumah ayana. Mereka tengah duduk bersantai di taman belakang rumah ayana.

"apakah kau bahagia nak?" lanjut ayah bertanya.

"ya ayah, ini pilihan kalian, orangtua yang begitu peduli pada kami, tentu saja kami akan bahagia" jawab ayana sambil tersenyum.

"ayah, ibu, bagaimana dengan produksi? Apakah semuanya baik?" tanya ayana kepada ayah dan ibunya. Selama ayana berbulan madu, kedua orangtuanya mengambil alih bisnis kecil yang ayana jalankan selama ini.

"kau tenang saja, kita diberikan pinjaman modal yang cukup besar oleh mertuamu ini hingga kami bisa mengembangkan usaha dan merekrut beberapa karyawan yang lebih berpotensi hingga kami tak terlalu kelelahan, kami hanya perlu mengontrol sesekali saja, jangan khawatir" jawab ayah gembira.

"syukurlah, terimakasih pak, bu" ucap ayana kepada kedua mertuanya.

"jangan sungkan, jika kalian mau kalian bisa membuka cabang lain atau bahkan membuka bisnis lain. Kita ini keluarga, apapun yang kalian butuhkan pasti akan kami bantu. Jangan pernah menyebut itu sebagai pinjaman" jawab ayah mertua ayana.

Keluarga reygan amatlah baik dan tulus, kesederhanaan dan ketulusan tak pernah berubah sejak persahabatan mereka dimulai beberapa puluh tahun lalu. Begitupula dengan keluarga ayana yang sedikitpun tak pernah memanfaatkan kebaikan yang diberikan oleh keluarga reygan. Mereka begitu menghargai satu sama lain. Setidaknya itulah yang ayana ketahui tentang mereka, dan itu pulalah yang membuat ayana bertekad untuk tetap bertahan meski hatinya teramat pedih mengingat perlakuan reygan padanya yang selalu penuh nafsu dan amarah.

***

"bagaimana kunjungan mereka? Apakah kau menangis dan mengadu? Mereka pasti akan tertawa mendengarku yang begitu beringas menggaulimu" ujar reygan saat makan malam.

"aku sudah memasak hidangan mewah ini untukmu, setidaknya berterimakasihlah padaku" jawab ayana ketus.

"siapa yang tau kau menaruh sesuatu dalam hidangan ini"

"jika aku mau aku bisa melakukannya sejak malam pertama kita" jawab ayana sambil menyajikan beberapa makanan keatas piring reygan.

"hahaha, kau masih mengingatnya saja. Kau ketagihan?"

"rey, hargailah aku sebagai seorang wanita"

"memangnya apa yang kulakukan?" ledek reygan sambil menyantap hidangannya. Ayana yang melihat sikap reygan seperti itu hanya bisa menghela nafas panjang.

"jadi, bagaimana hasil tesnya? Apa kau sudah hamil?" lanjut reygan.

"belum"

"hmm.. Kukira tugasku sudah selesai, kalau begitu bersiaplah untuk malam ini"

"rey, aku tidak mau melakukannya"

"kenapa? Kau bosan?"

"aku tidak mungkin bosan melayani suami yang ingin menyentuhku, tapi yang kau lakukan itu hanyalah menyiksaku dengan dalih kewajiban dan anak"

"kau mulai lagi" ucap reygan malas.

"kau yang memulainya" ujar ayana kesal.

"memang begitu kenyataannya. Kita bercinta untuk menghasilkan anak yang kau janjikan kepada mereka"

"rey cukup!"

"ya, cukup. Aku sudah kenyang. Ingatlah sebelum kau hamil aku tak akan berhenti menyentuhmu setiap malam" ucap reygan sambil berbalik hendak pergi.

"kau yakin menyentuhku untuk itu? Bukankah kau selalu tergiur setiap kali melihat tubuhku? Kau bernafsu padaku, kau hanya menggunakan dalih itu demi gengsimu"

Mendengar ucapan ayana seketika reygan berhenti melangkah. Melihat reygan seperti itu ayana kembali mengingat kejadian malam pertamanya saat itu. Reygan tersulut oleh ucapannya yang tajam.

"kau benar, aku selalu tergiur setiap kali melihat tubuhmu, bahkan dimeja makan inipun kau terlihat begitu seksi" ucap reygan sambil melangkah mendekati ayana yang panik dan mulai melangkah mundur.

"kenapa? Kau baru saja menantangku bukan? Kemarilah, kita belum pernah merasakan bagaimana rasanya bercinta dimeja makan" ucap reygan seolah mengancam.

"tidak reygan, henti..!"

Dukk

Ayana terperanjat ketika punggungnya menyentuh tembok. Disaat ayana panik itulah reygan mempercepat langkahnya dan dengan cepat kini ia telah berada tepat dihadapan ayana. Reygan mulai menempelkan tubuhnya ke tubuh ayana. Ayana yang panik bernafas tersengal-sengal.

"kau memang pintar memancingku" ucap reygan.

Telapak tangannya kini menyentuh leher ayana, perlahan sentuhannya naik menyentuh pipi dan bibir ayana.

"hentikan rey, kita tidak seharusnya...!"

Ayana berhenti berbicara karena kini reygan telah ******* bibirnya. Ayana mulai merasakan panas yang menjalar dipinggangnya. Tangan reygan mulai melingkar dan meraba seluruh tubuhnya.

Nafas ayana semakin tersengal-sengal, namun reygan tak sedikitpun mengurungkan niatnya. Ia semakin beringas melucuti seluruh pakaian ayana yang saat itu tengah menggunakan gaun malam berwarna merah maroon.

"rey cukup!" teriak ayana sambil mendorong tubuh reygan dengan keras hingga rey terpelanting menabrak meja makan dibelakangnya.

"kau, beraninya mendorongku!" ujar reygan kesal sambil kembali menghampiri ayana.

"tidak reygan, hentikan ini! Aku mohon.. Aku mohon.. Huhu"

Ayana terduduk sambil menangis tersedu-sedu. Ia menyilangkan lengannya didada untuk menutupi sebagian tubuhnya yang kini hanya terbungkus ****** *****. Reygan yang melihat pemandangan ini sempat merasa iba, namun reygan tak dapat memungkiri bahwa keindahan tubuh ayana selalu berhasil membuatnya hilang kendali.

"rey, aku tak pernah keberatan melayanimu kapanpun kau menginginkanku. Tapi bisakah sekali saja kau memperlakukanku selayaknya istrimu? Aku ini bukan pemuas nafsumu. Kita diikat oleh hubungan suami istri"

Ayana menangis sambil menatap reygan. Sementara reygan hanya menghela nafas dan memalingkan pandangannya.

"sudahlah, aku pergi saja" ucap reygan sambil berlalu pergi meninggalkan ayana.

"lagi-lagi begitu, sakit sekali hatiku bu" gumam ayana dengan tangisnya yang semakin pecah.

Ayana mengira jika ia berusaha menjadi istri yang baik maka reygan akan berubah dan mulai menghargainya. Ayana sempat berfikir bahwa semua ini hanyalah usaha yang sia-sia. Namun kesabarannya begitu besar, ayana tak pernah berniat menyerah untuk mencapai tujuannya. Tujuan untuk mendapatkan kebahagiaan bagi keluarganya. Setidaknya ia ingin namanya baik dihadapan reygan yang tak pernah berhenti merendahkannya.

Malam itu seperti biasanya reygan tak kembali kedalam kamar. Ayana kembali tidur seorang diri, tidur dengan perasaan sedih yang amat dalam. Namun ditengah kesedihannya itu ayana merasakan sesuatu yang janggal. Entah mengapa bagian tubuh yang reygan sentuh terasa semakin panas. Ada sebuah perasaan rindu pada sentuhan kasar yang selalu reygan berikan padanya.

Apa yang salah dengan diriku? Mengapa aku terus menerus membayangkan tubuh reygan? Aku sakit hati karena dia terus menerus memaksaku, tapi ketika dia berhenti mengapa aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku? Batin ayana.

Ayanapun akhirnya tertidur dengan suasana hati yang tak karuan. Menjelang tengah malam reygan kembali kedalam kamar, ia melihat ayana sudah terlelap dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Air mata masih terlihat disudut matanya. Hatinya mulai goyah, sebuah perasaan hangat ia rasakan tiap kali melihat wajah ayana. Sungguhkah kau tulus padaku? Tanya batinnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!