"rey, aku lelah.. Tolong hentikan semua ini" ucap ayana kepada reygan.
Malam itu ayana terduduk ditepian ranjang tanpa sehelai benangpun, ia hanya duduk dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Ayana dan reygan tengah berbulan madu disebuah pulau yang terkenal karena keindahannya. Keluarga reygan mengatur semua perjalanan bulan madu itu seindah mungkin dengan berbagai macam fasilitas yang luar biasa istimewa. Mereka bahkan dijadwalkan untuk berbulan madu selama 1 bulan penuh.
"ini baru 5 hari dan kau sudah menyerah? Bukankah kau sendiri yang menjanjikan cucu kepada mereka?" jawab reygan acuh tak acuh.
Reygan hanya asyik memainkan gadgetnya sambil berbaring diatas sofa dengan TV yang menyala menyiarkan sebuah komedi. Sementara ayana terduduk lesu berlinang air mata.
"apa salahku? Mengapa kau begitu kejam?" tanya ayana sambil kembali menangis.
"dengarkan aku, sejak awal kaulah yang bersalah.. Kau yang menyetujui pernikahan ini, dan kau pula yang setuju untuk memberikan cucu, bersikaplah sesuai perkataanmu, jangan hanya omong kosong!" ucap reygan sambil menghampiri ayana.
Kini reygan berdiri tepat dihadapan ayana, reygan menatap ayana dengan tatapan dingin dan benci yang amat dalam.
"kau harusnya senang, bisa menikmati perjalanan ini dengan cuma-cuma. Banyak wanita diluar sana yang menginginkannya. Aku sudah benar-benar muak melihatmu menangis seperti ini" lanjutnya sambil berbalik hendak meninggalkan ayana.
"kau bahkan belum mengenalku, kau tak memberiku kesempatan sedikitpun dan kau malah terus menerus melabeliku sebagai wanita murahan, apakah menurutmu aku tak merasakan sakit? Sudah berapa kali kukatakan, aku juga sama sepertimu, aku tidak pernah menginginkan perjodohan ini, tapi apa yang bisa kuperbuat sementara kau hanya diam memelototiku?! Kau bilang begitu banyak wanita yang ingin bersamamu, tapi mengapa orangtuamu sampai harus melakukan perjodohan ini, apa yang salah dengan semua pesona yang selalu kau banggakan itu?" ucap ayana hingga menghentikan langkah reygan.
"yang diinginkan oleh mereka hanya kita berkeluarga dengan baik. Tapi jika memang itu terasa berat olehmu, mengapa tidak kita hentikan saja? Demi melihat mereka tenang aku selalu berfikir tak apa meski aku sedikit menderita. Namun ini sudah sangat keterlaluan reygan. Aku sakit. Kau terlalu sering menyakitiku" lanjut ayana.
"maksudmu aku terlalu sering menggaulimu? Itu salah satu pengorbananku untuk memberikan mereka cucu yang sudah kau janjikan itu. Lagipula bukankah kau juga menikmatinya? Jadi mengapa tak berdamai saja? Anggap saja aku ini pemuas nafsumu. Tak perlu terus menerus bersandiwara, kita nikmati saja semua yang sudah terlanjur terjadi" jawab reygan.
"rey, kita benar-benar harus bicara"
"memangnya saat ini kita sedang melakukan apa?"
"bukan seperti ini maksudku. Kita harus benar-benar bicara tentang pernikahan kita. Akan seperti apa nanti jika kita terus menerus seperti ini?"
"bagiku kau bukan istriku. Jadi sudah cukup jelas bukan? Aku hanya membantumu memberikan kedua orangtuamu cucu. Tugasku hanya memberi nafkah padamu dan anak-anakmu nanti. Selebihnya kita tak perlu banyak berurusan"
Reygan berbicara sambil pergi meninggalkan ayana. Sementara ayana hanya duduk terdiam melihat punggung reygan yang semakin menjauh dan menghilang.
Aku hanya sedang berusaha membahagiakan ayah dan ibu, tapi mengapa cobaannya harus seberat ini tuhan?
Ayana memeluk lututnya dan menangis dengan kencang. Berjam-jam lamanya ayana menangis namun reygan tak kunjung kembali. Hingga pagi pun datang dan ayana terbangun sendirian. Setelah menangis selama semalam penuh ayana merasa energinya kembali sempurna dan ia telah siap menyambut kembali takdir yang akan menghampirinya.
Ayana bergegas menuju kamar mandi dan mempersiapkan diri untuk turun menuju restoran dan sarapan. Ayana berdandan begitu cantik, ia yakin reygan tengah duduk disana dengan tenang tanpa sedikitpun memikirkannya.
***
"selamat pagi, boleh aku duduk bersamamu tuan?" sapa ayana kepada reygan yang tengah duduk disebuah sudut restoran sambil menatap pemandangan laut yang tepat berada dihadapannya.
Reygan merasa heran dengan perubahan sikap ayana setelah semalam ia menangis tersedu sedu. Ia menatap ayana dengan senyum dingin yang meremehkan.
"apakah akhirnya kau memilih berhenti bersandiwara seperti kemarin? Kau bermaksud memperlihatkan padaku sisi dirimu yang sesungguhnya?" tanya reygan sinis kepada ayana yang kini duduk dihadapannya.
"kau benar. Takdir ini baik untukku, sudah seharusnya aku menikmatinya, aku tak akan menangis lagi, karena jika aku menangis kau akan semakin senang menindasku dan merendahkanku. Aku akan memperlihatkan padamu betapa beruntungnya kau bertemu aku dan keluargaku. Meski kami berasal dari keluarga miskin yang tak sepadan denganmu" jawab ayana tenang sambil menyantap hidangan yang telah ia bawa sebelumnya.
"hmm.. Aku tak sabar melihat hasil didikan orangtuamu itu" sahut reygan meremehkan.
"rey, aku akan menjadi istri yang baik untukmu, aku akan melayanimu sebagaimana mestinya. Aku akan menyiapkan semua keperluanmu dan juga aku akan memasakkan hidangan spesial untukmu setiap pagi dan malam. Aku akan berusaha mengubah pandanganmu terhadapku. Tapi kau tak perlu khawatir, kapanpun kau ingin aku pergi, aku akan pergi dengan sukarela. Aku mulai memahami bahwa yang kau rasakan itu wajar, jadi sudah kewajibanku untuk membuktikannya padamu. Entah akhirnya kau akan mengakuiku atau tidak. Meski akupun tak mengharapkan pernikahan seperti ini tapi bagiku pernikahan ini tetaplah sesuatu yang sakral dan aku tak boleh mempermainkannya.. Aku sudah selesai makan, aku akan pergi melihat-lihat laut, permisi" ucap ayana sambil tersenyum menutup pembicaraan. Ayana pun pergi meninggalkan reygan yang sedari tadi mendengarkan tanpa berbicara sepatah katapun.
Sementara itu reygan yang sejak tadi hanya mematung akhirnya bergerak dan menghela nafas. Ia merasa bingung dengan perubahan yang ia lihat pada diri ayana. Apakah ayana sedang merencanakan sesuatu? Rupanya reygan cukup keras kepala untuk mengakui ketulusan ayana.
Sejak pagi itu hingga jadwal bulan madu menuju tempat-tempat berikutnya ayana benar-benar melayani reygan dengan baik. Ayana tak pernah peduli dengan ucapan-ucapan reygan yang sering menyakiti hatinya. Baginya prioritasnya saat ini adalah mengubah pandangan reygan. Entah cinta akan menghampiri mereka atau tidak, setidaknya ia ingin menjaga nama baik kedua orangtua dan juga dirinya. Sambil terus berharap bahwa kesabarannya akan membawanya menuju pernikahan impiannya.
Suatu malam saat ayana dan reygan menginap dihotel mewah lainnya, reygan menghampiri ayana yang baru saja selesai membersihan diri setelah bercinta cukup lama dengannya.
"rasanya aku belum pernah merasakan kelembutan bibirmu" ucap reygan sambil membelai bibir mungil ayana.
"cobalah" goda ayana sambil tersenyum manis.
Reygan mulai menyadari bahwa seiring berjalannya waktu ayana telah menjadi wanita yang tegar dan mempesona. Setelah menatapnya cukup lama akhirnya reygan pun memberanikan diri untuk mengecup bibir mungil ayana. Namun tak cukup lama ia melakukannya, reygan merasa jantungnya berdetak tak karuan hingga ia merasa tak nyaman.
Mungkin ini hanya pengaruh suasana. Batin reygan dalam hati.
"kau mau kemana?" tanya ayana ketika reygan melangkah menuju pintu kamar.
"keluar" jawab reygan singkat.
Malam itu reygan pergi dan tak kembali hingga keesokan paginya. Seperti biasanya ayana tidur seorang diri. Ia sudah tak merasa sedih lagi ketika reygan meninggalkannya. Ia telah berdamai dengan takdirnya. Tanpa ia ketahui bahwa hati reygan mulai goyah karena ketegarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments