Di kediaman Keluarga Sahara di desa Adonara, mulai tampak sibuk mempersiapkan acara pernikahan Raden dan Sahara. Semua dikerjakan serba cepat, mengingat waktunya sangat singkat menjelang hari H, yaitu hanya dua hari.
Tiara dibantu teman-temannya menyebarkan undangan. Soal hidangan dan dekorasi sudah diatur semua oleh Surya. Semuanya mulai berdatangan untuk membantu, Herman tidak harus pusing lagi mengurusnya karena Surya mengerahkan semua anak buahnya untuk mengurus keperluan pernikahan.
Di rumah Raden pun tidak kalah ramai. Keluarga besar yang dari luar kota satu persatu berdatangan. Tapi sayangnya Raden hanya mengurung diri di kamar dan tidak memperdulikan hal tersebut.
Gayatri mengetuk pintu kamar Raden yang dikunci.
“Raden, kamu lagi apa didalam? keluar yuk sayang, banyak sodara kita loh pada dateng, mereka nanyain kamu.”
Raden akhirnya membuka pintu kamarnya dengan wajah yang malas. “Apa Ma?”
“Kamu jangan di kamar terus dong. Di bawah rame tuh sepupu-sepupu kamu pada datang pengen ketemu sama kamu. Kamu ke bawah ya?”
“Hmm…”
“Nah… gitu dong, wajah nya coba jangan masam gitu. Kamu rapi-rapi dulu gih, malu kalo kamu berantakan gini, mama tunggu di bawah ya.”
Beberapa saat kemudian Raden akhirnya turun ke bawah menemui keluarga besarnya di ruang dimana semuanya tengah berkumpul. Mulai dari sepupu, paman, bibi semuanya ada.
Karel sepupu Raden mengahampiri.
“Selamat yah Den atas pernikahan lo.”
“Selametnya sama papa aja, papa kok yang mau bukan gue,” jawab Raden dengan wajah datar, pun kesal.
“Tapi itu demi kebaikan kamu Den, om percaya papa kamu gak bakal salah pilih.”
“Iya bener kata om kamu Den,” tambah tante nya.
“Ah, sama aja semua belain papa, bukannya belain aku,” kesal Raden.
***
Hari yang di tunggu pun tiba, yaitu hari pernikahan Raden dan Sahara. Pernikahan diselenggarakan dengan sederhana dan privat, hanya teman dan kerabat terdekat saja yang diundang.
Sahara terlihat sangat cantik dengan kebaya putih yang ia kenakan. Banyak yang memuji kecantikannya yang terkesan alami.
Saat prosesi akad nikah, Raden mengucapkan ijab kabul dengan lancar. Mereka pun sudah sah menjadi sepasang suami istri. Sahara mencium tangan Raden, yang dibalas kecupan di keningnya. Raden dan Sahara melakukan prosesi sungkem kepada orang tua mereka. Suasana pun mulai terasa haru. Sahara tidak bisa menahan air matanya. Ia pun menangis disaat memohon doa restu dari kedua orang tuanya. Orang tua Sahara pun ikut menangis. Bagitu juga dengan orang tua Raden yang menangis haru.
Acara akad nikah yang dilanjutkan dengan acara sungkeman pun selesai. Para tamu undangan mulai berdatangan. Raden dan Sahara duduk di atas pelaminan. Mereka bersalaman pada setiap tamu yang berhadir. Di depan tamu yang datang, Raden terpaksa untuk tetap tersenyum meskipun hatinya sangatlah kesal. Sahara juga hanya bisa tersenyum pada setiap orang yang mengucapkan selamat padanya. Meskipun begitu, di lubuk hati Sahara yang paling dalam, ada secercah perasaan senang saat melihat senyum bahagia kedua orang tuanya.
Menjelang malam, acara akhirnya selesai. Sudah tidak ada lagi tamu yang datang, Semua terlihat lelah namun berbahagia. Raden juga terlihat begitu kelelahan. Tanpa berbicara sepatah kata pun, ia pergi ke kamar pengantin. Dan tidak butuh waktu lama, Raden pun tertidur di atas ranjang.
Sementara Sahara memilih untuk ikut berkumpul bersama orang tuanya dan orang tua Raden yang kini sudah menjadi mertuanya.
“Maafin Raden ya Sahara, dia ke kamar gak ngajak kamu dan maen pergi aja,” ucap Surya prihatin.
“Gak apa-apa pak, kayanya kak Raden kecapean,” Sahara mencoba memahami
“Pak Herman, mulai sekarang Raden juga anak bapak, mohon maaf kalo ada perbuatan dia yang tidak baik. Soal Sahara saya akan menganggap dia dan mempeelakukannya seperti anak kandung saya sendiri.”
“Baik pak Surya, saya juga akan seperti itu.”
“Pa, ayo kita pulang udah malam nih,” ajak Gayatri setelah melirik jam yang ada di lengannya.
“Oh iya pak Herman, kalau begitu saya dan rombongan pamit dulu ya.”
Kemudian orang tua Raden beserta keluarga besarnya pun pulang. Kediaman keluarga Herman pun kembali sepi.
Dengan perasaan gugup, Sahara masuk ke kamarnya, yakni kamar pengantin. Dia melirik ke arah ranjang dan menemukan Raden yang tengah tertidur pulas. Sahara mengambil handuk di lemari, lalu pergi ke kamar mandi. Selesai melakukan ritual mandinya yang tidak seberapa lama, Sahara kembali ke kamar dengan hanya mengenakan handuk yang mengakibatkan sebagian besar tubuhnya terekspos. Melihat Raden yang tertidur pulas, Sahara tidak ragu mencopot handuknya karena ingin mengenakan pakaian.
Tiba-tiba saja Raden tebangun. Saat membuka matanya, Raden dibuat terkejut karena melihat Sahara yang sedang memakai baju. Sahara sama sekali tidak menyadari bahwa Raden terbangun. Raden merasa kebingungan.
“Sial, gue harus gimana nih? Kenapa harus ngeliat sih, mendingan gue pura-pura belum bangun aja,” batin Raden dan kembali memejamkan matanya.
Sahara selesai mengenakan pakaiannya, kemudian ia menoleh ke arah Raden.
“Syukur deh kak Raden masih tidur, aku mau wudhu dulu ah, mau sholat isya.”
Sahara keluar kamar. Setelah Sahara keluar, Raden bangun dari tempat tidur lalu duduk di pinggir ranjang.
“Ah, kenapa harus ada kejadian kaya tadi sih? Ternyata Sahara seksi juga ya, duh kok gue jadi bergairah gini sih?”
Raden tersenyum smirk saat membayangkan tubuh Sahara yang tadi tak sengaja ia lihat.L, lalu ia kembali berbaring di tempat tidur.
Sahara kembali ke kamar. Saat dia melihat Raden sudah bangun, Sahara pun tersenyum.
“Kak, udah isya, sholat dulu kak sebelum tidur!”
“Iya entar aja.”
Sahara pun sholat sendiri. Raden memperhatikan Sahara yang tengah sholat dengan seksama hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali tidur.
Raden dan Sahara tidur satu kasur malam itu. Namun tidak terjadi apapun diantara mereka seperti pasangan pada umumnya yang akan melakukan malam pertama.
Waktu shubuh tiba. Saat Sahara tengah melakukan ibadah shubuhnya, Raden tebangun dan melihat Sahara tengah sholat. Saat Sahara melirik ke arah ranjang, Raden tampaknya sudah bangun. Namun sepertinya ia masih enggan untuk meninggalkan kasur.
“Bangun kak! Udah shubuh, shalat dulu!” ujar Sahara dengan harapan Raden mau mendengarkan. Namun sayangnya ia malah mendapatkan jawaban yang ketus.
“Baru sehari jadi istri udah ngatur.”
Mendengar jawaban Raden, Sahara hanya terdiam.
Pagi harinya, di kediaman Sahara mulai ramai dengan orang-orang yang membereskan rumah bekas acara kemarin. Selain ke kamar mandi, Raden tidak kemana-mana lagi dan hanya diam di kamar memainkan ponselnya. Sahara pun sesekali pergi ke kamar hanya untuk melaksanakan sholat. Raden selalu memperhatikan Sahara saat sedang sholat. Namun sekarang Sahara sudah tidak berani lagi mengingatkan Raden untuk sholat, karna takut mendapatkan jawaban yang ketus lagi.
Malam pun tiba, selesai shalat isya Sahara bersiap-siap untuk menuju tidur. Ia merasa kerongkongannya kering dan memutuskan untuk mengambil segelas air di dapur. Saat Sahara kembali masuk ke kamar, Raden menutup pintu kamar lalu mengunci nya.
“Kenapa kakak kunci pintunya?”
“Kenapa ha, kamu takut? Bukannya kamu ingin jadi istri saya? Kenapa sih kamu bohong, kamu bilang kamu gak mau di jodohin, tapi di depan papa kamu malah bilang mau.”
Sahara diam sejenak, lalu menyimpan gelas yang berada di tangannya di atas meja.
Lalu dengan berani Sahara berdiri di depan Raden sembari menatap wajahnya.
“Saya memang tidak mau menikah. Tapi setelah saya pikir, kapan lagi saya bisa membahagiakan orang tua saya. Dengan saya mau menikah, bapak sama ibu bahagia. Kapan lagi saya bisa dapat kesempatan membahagiakan orang tua saya.”
“Ohh, kalo gitu, kamu harusnya siap dong menjalankan kewajiban kamu sebagai istri. Kamu siap jika saya minta hak saya sebagai suami malam ini?”
“Saya sudah sah jadi istri kakak. Saya siap menjalankan kewajiban saya sebagai seorang istri.”
Raden mulai mendekati Sahara. Ia mulai mengusap-usap pipi Sahara dengan lembut.
“Kamu sudah siap?”
Sahara berdiri lebih dekat dengan Raden lalu menganggukkan kepala.
BERSAMBUNG…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments