Episode 2

Dengan perlahan aku mulai menuruni tangga. Semua mata fokus dan tertuju padaku. Aku melangkah sendiri diiringi alunan musik romantis menggunakan biola dan piano, seharusnya lagu itu mengiringi kebahagiaan langkahku dan Liam. Namun, alunan musik itu seakan mengiringi ironi yang sedang menimpaku.

Aku melihat ke arah sisi pemain musik memberikan kode agar menghentikan permainan. Sungguh ini sangat memalukan, aku berdiri mematung tidak tahu bagaimana untuk bertindak selanjutnya. Saat musik berhenti, tiba-tiba tamu undangan bertepuk tangan dengan riuh. Aku melirik ke samping, Liam berdiri di sebelah kananku.

Ia membuka lengan sedikit agar aku dapat menggandeng lengannya. Tanpa pikir panjang aku menuruti apa yang diinginkan oleh Liam. Liam melirik ke sisi pemain musik untuk melanjutkan permainan. Aku berjalan dengan penuh kesal, tidak lupa aku diam-diam mencubit lengan Liam. Liam tidak bereaksi saat menerima cubitan yang aku berikan di lengannya.

Selama acara berlangsung, aku merasa ini bukan acara kami berdua, melainkan ini hanya acara Liam. Orang-orang hanya terfokus pada Liam. Tamu yang hadir tidak peduli dengan keberadaan ku. Aku juga muak dengan kumpulan wanita yang sangat jelas menggoda Liam secara terang-terangan. Bukankah mereka dapat melihat aku istri Liam sedang menggandeng lengan Liam. Aku menatap tajam setiap wanita yang datang untuk menggoda Liam.

“Hei Liam, kau akan menyesal karena tidak menikah denganku” ucap salah satu wanita yang memakai baju sangat terbuka di antara tamu yang hadir.

“Aku pikir begitu Ana” jawab Liam seraya tertawa.

“Tenang Liam, aku siap menerima kapan pun kau akan datang” jawab Ana dengan genit dan mengedipkan sebelah matanya.

Sungguh aku sangat jijik melihat gerak gerik Ana. Sebagai wanita justru aku malu dan mengasihani Ana, serendah itukah harga dirinya untuk menggoda seorang pria yang sudah berstatus suami. Aku dengan sengaja mendekatkan diri pada Liam seolah akan mencium Liam di depan Ana.

“Liam aku perlu ke toilet sebentar” bisikku pada Liam.

Aku melihat wajah Ana memerah semerah buah ceri. Aku puas membalas Ana, tanpa perlu membuang banyak tenaga aku menang telak melawan Ana. Bukan hanya Ana yang terkejut, Liam juga ikut terkejut atas tindakan ku. Aku berjalan ke arah toilet dengan penuh percaya diri dan senyum merekah di bibirku.

Saat berjalan ke arah toilet, tidak sengaja aku melihat Julia di antara kerumunan wartawan. Aku yakin dan tidak salah lihat, itu adalah Julia. Jika dia ada di tempat ini, mengapa ia tidak menemui aku. Aku mengejar dan mengikuti Julia. Namun, wartawan menghalangi pandanganku untuk mengejar Julia. Aku terjebak diantara kerumunan wartawan yang ingin mewawancaraiku. Mengapa Julia menghindariku, Julia pasti melihatku mengejar dirinya. Apa yang salah dengannya, tidak, apa aku memiliki kesalahan padanya.

...***...

Aku membaringkan tubuh di atas kasur, rasanya sangat segar dan ringan. Akhirnya semua rangkaian acara sudah selesai dan aku terlepas dari gaun yang beratnya berkilo-kilo. Aku meraih handphone dan mengecek artikel utama di pencarian. Aku menghela nafas, artikelnya masih sama. Kebanyakan artikel seolah menyudutkan dan menjelekkan ku. Aku membaca ribuan komentar hinaan atas diriku.

Aku tertawa keras saat beberapa foto-fotoku dijadikan meme yang sangat lucu. Beberapa komentar hinaan juga membuatku sedikit terhibur. Aku sudah terbiasa menerima komentar cacian terhadapku. Dulu saat pertama kali menerima komentar jahat, aku akan mengurung diri di kamar dan takut untuk keluar. Namun, sekarang aku sudah sangat terbiasa. Bahkan aku juga diam-diam menjelajahi akun-akun pembenciku.

“Apa yang kau tertawakan?” Liam ikut berbaring di sebelahku dan menarik handphone serta membaca semua komentar.

“kau tidak apa-apa?”

“Sejak kapan kau peduli padaku, kembalikan handphoneku dan cepat pergi mandi, kau sangat bau” aku menarik kembali handphoneku dan menendang Liam menyingkir untuk pergi.

Liam meninggalkanku menuju kamar mandi. Aku tidak suka jika orang menunjukkan wajah kasihan padaku. Aku bukan anak kucing yang dibuang di pinggir jalan. Aku bisa mengurus diriku sendiri, aku tidak membutuhkan bantuan orang lain, karena sekali saja aku menerima bantuan orang lain, maka aku akan terus bergantung.

Aku tidak canggung pada Liam, begitupun sebaliknya. Aku dan Liam sudah berteman sejak kami SMA. Saat itu, aku hanya sendiri dan tidak memiliki teman. Aku melihat Liam berdiri seorang diri dan mengajaknya untuk berkenalan. Tentu hal utama aku mengajaknya berkenalan karena ia tampan.

Sejak itu, aku dan Liam menjadi teman dekat. Saat jam istirahat tiba, Liam akan datang ke kelasku untuk menghampiriku. Pernah sekali aku bertanya pada Liam, mengapa ia tidak berteman dengan pria yang ada di kelasnya. Ia hanya menjawab, bahwa ia tidak ingin memiliki banyak teman.

Aku juga mengenalkan Julia pada Liam. Julia adalah temanku sedari kecil. Ibunya adalah pelayan di rumah ku dan ayahnya bekerja sebagai sopir pribadi. Aku sudah menganggap Julia sebagai anggota keluargaku, begitu pula dengan orang tua Julia.

Setelah lulus dari SMA, Liam melanjutkan kuliahnya di Amerika. Sejak saat itu aku tidak pernah lagi bertemu dengan Liam. Kami bahkan tidak berkomunikasi walaupun lewat telpon atau pun media sosial.

Aku kembali bertemu Liam saat aku sedang casting untuk mengambil salah satu peran film layar lebar. Ternyata, sutradara saat itu adalah Liam. Walaupun Liam mengenalku, tetap saja saat itu Liam memberikan kritikan pedas terhadapku. Aku seakan sedang dihantam oleh kritikan pedas yang keluar dari bibirnya. Belum pernah aku menerima kritikan sekejam itu. Selama ini, orang-orang hanya memuji kecantikanku. Aku belum pernah mendengar kritikan langsung mengenai aktingku.

Setelah casting, Liam langsung pergi tanpa menyapa terlebih dahulu. Apa dia tidak enak padaku setelah memberikan kritikan pedas. Sejak saat itu, aku tidak lagi bertemu Liam. Aku juga ditolak untuk ikut serta dalam film yang digarap oleh Liam. Namun seminggu yang lalu, Julia mengabarkan padaku bahwa Liam akan menikahiku. Tentu saja aku terkejut. Siapa yang tidak terkejut ketika seorang teman lama mengajakmu untuk menikah. Terlebih lagi setelah ia mempermalukan dirimu di depan banyak orang.

Awalnya aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan Julia. Tetapi aku semakin bingung ketika keluarga Liam datang ke rumahku untuk melamarku. Aku dengan tegas menolak lamaran Liam. Bagaimana bisa aku mempertaruhkan seluruh hidupku bersama Liam. Aku juga tidak yakin Liam bersungguh-sungguh melamarku. Aku percaya ada maksud terselubung.

Aku sangat mengenal Liam, Liam berani mengambil keputusan jika ia akan mendapatkan keuntungan. Ia tidak akan peduli dengan orang-orang yang dirugikan akibat perbuatannya. Itulah sifat Liam yang sangat aku benci sampai sekarang, Liam sangat egois. Apa yang sedang Liam rencanakan sekarang. Mengapa ia ikut melibatkan aku dalam rencananya.

Aku menekan nama Julia di handphoneku. Julia sudah aktif namun belum membaca pesan yang aku kirim sedari tadi pagi. Aku kembali mengirimkan pesan kepada Julia.

“Julia ini aku Reyna”

“Jika kau mendapat pesan ini segera balas”

“Semuanya baik-baik saja kan?”

“Aku tidak bisa menghubungimu sejak kemarin.”

Julia tetap tidak membaca dan membalas pesan yang aku kirim. Aku tetap menunggu balasan pesan Julia sampai akhirnya aku tertidur.

Terpopuler

Comments

Mikerap <3

Mikerap <3

Dialog keren.

2023-10-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!