Aku merasakan berat di sekujur tubuhku. tangan dan kakiku sulit untuk aku gerakkan. Bayangan putih berdiri di depanku. Semakin lama bayangan putih itu semakin mendekati ku. Aku tidak bisa menghindar, tubuhku kaki bagaikan patung.
Tidak hanya satu, bayangan bayangan putih lain mulai bermunculan. Bayangan itu mengelilingi dan memutari ku. Aku bagaikan pusat untuk mereka berputar. Lidahku kelu tidak bisa berteriak. Aku berteriak sekuat tenaga, namun sedikit suara pun nihil untuk untuk keluar.
Dari jauh aku melihat Liam hanya berdiam diri melihatku. aku menatap Liam agar ia membantuku. Liam hanya diam memperhatikan ku tanpa bertindak apa-apa. Lama kelamaan, Liam secara perlahan mulai berubah menjadi asap putih dan bergabung dengan bayangan putih yang masih memutari ku. Tidak hanya berputar, bayangan putih itu juga mengeluarkan suara nyaring yang membuat telingaku sakit. Semakin lama warna bayangan itu berubah menjadi gelap sampai akhirnya berwarna hitam.
Aku mencoba berteriak sekuat mungkin. Aku terkejut dan terbangun, ternyata aku masih berada di lokasi syuting. Aku melihat Dion sibuk berkutat dengan kertas-kertas yang berserakan di atas meja. Apa yang terjadi, apa yang tadi itu hanya mimpi. Aku tidak pernah memimpikan hal ini sebelumnya, mimpi buruk tadi hampir saja membuat aku trauma.
"Kau tidak apa-apa Reyna? " tanya Dion padaku.
"Aku tidak apa-apa Dion, aku hanya mimpi buruk"
"Seburuk apa kau bermimpi sampai-sampai bajumu basah oleh keringat" Dion menyodorkan tisu padaku
"Sangat buruk Dion, aku bermimpi banyak bayangan putih mengelilingi ku. Semakin lama bayangan itu berubah menjadi warna hitam. memikirkan nya saja aku masih takut Dion"
"Sebaiknya kau harus berhati-hati Reyna, mungkin saja itu adalah pertanda buruk untukmu"
"Pertanda buruk apa?, kau jangan mencoba untuk menakut-nakuti aku Dion"
"Aku sedang tidak menakut-nakuti mu Reyna, aku hanya memberi nasehat agar tetap berhati-hati"
Aku hanya diam mencerna perkataan Dion. Menurutku apa yang dikatakan Dion ada benarnya. Tidak ada salahnya mulai sekarang aku akan berhati-hati dan tetap waspada.
"Ayo Reyna, sudah saatnya untuk syuting" aja Dion padaku.
Aku berjalan pelan ke tempat syuting, sampai tiba-tiba seorang anak kecil laki-laki menabrakku dan terjatuh. Aku membantunya untuk berdiri.
"Maaf, apa kamu baik-baik saja? " tanya ku seraya membantunya untuk berdiri.
Anak kecil itu tidak menjawab dan terus menundukkan kepala. Aku menepuk-nepuk baju nya yang kotor. Anak itu segera berlari meninggalkanku tanpa berkata apa-apa. Saat berlari, sebuah gelang terjatuh dari saku anak kecil itu. Aku mengambil gelang yang jatuh, aku mengejar anak itu untuk mengembalikan gelang yang terjatuh dari sakunya.
Anak kecil itu berlari belok melewati lorong, aku mengikutinya dari belakang. Aku bertanya pada Liam, apa ia melihat anak kecil berlari ke arah Liam jalan. Namun, Liam tidak menemukan seorang pun melewati jalan.
"Apa kau yakin Liam, tidak melihat anak kecil berlari ke arah sini? " tanya ku sekali lagi untuk meyakinkan Liam.
"Aku yakin Reyna, apa perlu kita melihat CCTV agar kau percaya padaku jika tidak ada seorang pun di sini kecuali aku dan kau Reyna" Ucap Liam, yakin dengan perkataan nya.
"Sudahlah, semua orang sedang menunggu mu, sekarang kau fokus dulu untuk pekerjaan Reyna" Liam merangkul dan membawaku menuju lokasi syuting. Aku masih mencari dimana anak kecil tadi berlari. Tidak lupa aku mengaitkan gelang yang terjatuh pada gantungan ponselku agar tidak hilang.
...****************...
Beradu akting di depan Liam benar-benar sulit untukku. Semua apa yang aku lakukan selalu salah dimata Liam. Aku tidak mengerti di bagian mana aku melakukan kesalahan. Aku rasa sudah melakukannya dengan baik, dan berusaha semaksimal mungkin. Semua usahaku selama ini berakhir sia-sia. sudah banyak take yang aku lakukan, tapi tak satupun yang sesuai di hati Liam.
Dalam khayalan ku Liam akan tercengang melihat kehebatan ku dalam berakting. Namun, sebaliknya aku semakin direndahkan oleh Liam di depan semua staf. Andrew menepuk punggung untuk menyemangati ku.
"Sabar Reyna, Liam adalah orang yang sangat perfeksionis, dia tidak akan berhenti sampai ia mendapatkan hasil yang memuaskan" aku hanya menundukkan kepala saat Andrew memberi kata semangat padaku. Aku menahan linangan air mata di pelupuk mataku.
"Reyna kau istirahat dulu sejenak, sepertinya kau sudah lelah" Teriak Liam padaku.
Aku berjalan pelan dengan tetap menundukkan kepalaku. Aku malu menunjukkan wajahku di depan para kru dan staf yang ada di lokasi. Sungguh aku sangat malu, karena yang memarahiku adalah Liam. Aku pikir setelah Liam menjadi suamiku, Liam akan sedikit lebih lembut padaku. Namun pada kenyataannya, sikap Liam padaku semakin parah. Tidak hanya kritikan pedas yang keluar dari mulutnya, sesekali Liam melemparkan kertas padaku seperti saat ini.
Aku merenung dan berdiam diri di dalam bilik toilet. Aku mendengar dua orang staf sedang membicarakan ku. Aku mendengarkan dengan seksama apa yang sedang mereka bicarakan.
"Aku sungguh kasihan pada Reyna" ujar salah satu wanita
"Untuk apa kau merasa kasihan padanya, dia saja tidak pernah melihat ke arah kita" balas wanita yang lain
"Benar juga, sejujurnya aku tadi sedikit tenang Reyna dimarahi oleh Pak Liam, setidaknya dia bisa sadar diri" kedua wanita itu tertawa mengejekku.
Aku keluar dari bilik toilet untuk menghampiri mereka yang sedang bercermin. Mereka tiba-tiba berhenti tertawa saat melihatku.
"Kenapa kalian berhenti tertawa, lanjutkan saja perbincangan kalian, anggap saja aku tidak ada disini" aku membetulkan lipstikku.
"Maaf, kami pergi dulu" mereka pergi tergesa-gesa meninggalkanku.
"Mengapa mereka takut padaku, apa wajahku menyeramkan"
Aku yang merasa sudah lebih tenang, kembali menuju lokasi untuk melanjutkan adegan yang sempat tertunda. Andrew tersenyum padaku, ia juga memberikan kata penyemangat. Aku yang sudah mulai percaya diri kembali fokus untuk melakukan pengambilan take adegan.
"Cut" teriak Liam kembali menghentikan adegan.
"Ada apa denganmu Reyna, kenapa kau sulit melakukan adegan yang sangat gampang seperti ini, kau hanya bisa mengacaukan projek ini Reyna, kau tidak dibutuhkan dalam proyek ini" Liam menendang meja dan pergi meninggalkan lokasi.
Aku hanya diam mendengar celotehan dari Liam. Aku rasa aku sudah melakukan nya dengan benar. Adegan yang diulang-ulang sangat sederhana, dalam script aku hanya datang menghampiri Andrew yang sedang duduk menungguku di taman.
Adegan sederhana itu, sudah diulang-ulang kurang lebih 2 jam. Aku memeriksa rekaman adegan yang kami lakukan berulang-ulang. Aku rasa aku tidak membuat kesalahan apa pun, tetapi mengapa Liam sangat marah padaku. Apa aku memiliki kesalahan lain padanya.
Aku mencari Liam untuk meminta penjelasan padanya. Titik permasalahan ini ada pada diri Liam. Aku rasa Liam sekarang sedang memiliki masalah yang tidak bisa dibicarakan.
"Apa kau sedang mempunyai masalah Liam, jujur hatiku sakit saat kau memarahiku tadi Liam" ucapku tenang pada Liam
"Aku tidak memiliki masalah Reyna, semuanya baik-baik saja" Liam menjawab ku dengan acuh.
"Apa kau yakin Liam"
"Ya"
"Aku tidak percaya, kau pasti memiliki masalah lain Liam"
"Kenapa kau terus bertanya Reyna, baik aku akan jujur sekarang. Jika kau bertanya aku punya masalah, iya aku mempunyai masalah dan masalah itu adalah kau Reyna"
"Aku? "
"Ya kau Reyna, kau sama sekali tidak pantas ada disini, Julia lebih pantas dibandingkan denganmu" Liam berbicara dengan intonasi yang sangat tinggi. Selama aku mengenal Liam, ini adalah kali pertama aku melihat sisi lain dari diri Liam.
"Julia?" tanyaku tenang tidak mau terbawa emosi.
"Ya Reyna, Julia lebih pantas dibandingkan denganmu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
❤little girl♥
masih tersembunyi,,,,,
2023-10-25
0