TIDAK PERNAH TERPIKIRKAN

Pov Tama

Di dalam kamarku, aku masih menyakinkan Anita kalau kami tidak punya hubungan apa apa. Aku tidak mau Anita membuat masalah untuk Lean.

" Tapi kamu sudah menyentuhnya Tam, dan aku tidak terima itu." Anita nampak sangat kesal, ia duduk di tepi ranjang dengan kasar.

" Iya aku minta maaf, aku khilaf." Dustaku.

Aku sama sekali tidak menyentuhnya karena memang hatiku tidak menghendakinya. Biasanya jika sedang membujuknya begini, aku pasti memeluknya ataupun sekedar menggenggam tangannya.

" Aku akan memaafkanmu, tapi akhiri hubunganmu dengan Lean dulu. Aku akan mencarikan Lean kontrakan supaya dia tidak tinggal di sini dan menjadi pengganggu hubungan kita lagi." Ucapan Anita membuatku terkejut, namun aku berpikir itu lah yang paling baik untuk saat ini.

" Baiklah, lakukan apa yang terbaik bagimu." Sahutku.

" Baiklah, aku anggap masalah kita selesai. Kalau sampai kau ketahuan masih berhubungan dengan Lean, aku tidak akan segan segan menghabisi Lean. Dan aku akan membuat hidupnya lebih sengsara dari sekarang." Ancam Anita.

Setelah itu Anita meninggalkan kamar kami, entah mau pergi kemana dia. Mungkin ada acara dengan teman teman sosialita nya karena dia hanya memakai gaun biasa bukan seperti saat akan pemotretan.

Setelah kepergian Anita, aku bisa bernafas dengan lega. Aku teringat dengan Lean, ku langkahkan kakiku menuju kamar Lean. Aku harus menjelaskan permasalahan ini padanya. Aku yang sudah membuatnya salah paham, dia pasti berpikir jika apa yang aku ucapkan adalah kebenaran. Aku melakukannya bukan karena aku tidak mencintainya, tapi karena aku sedang berusaha melindunginya dari Anita.

Jujur aku juga sudah mulai curiga dengan Anita, gerak geriknya menggambarkan seseorang yang sedang selingkuh. Aku masih menyelidikinya, jika terbukti dia selingkuh maka aku bisa dengan mudah membungkamnya tanpa mengkhawatirkan keselamatan Lean. Aku akan menceraikannya dan menikahi Lean.

Aku lihat pintu kamar Lean tertutup, aku pun segera membukanya.

Sepi...

Kamar ini nampak sepi seperti tidak berpenghuni. Aku masuk ke dalam memanggil Lean namun tidak ada sahutan.

" Sayang kamu dimana?" Sudah menjadi kebiasaanku memanggil Lean dengan sebutan sayang jika tidak ada Anita di rumah.

Aku mencarinya di kamar mandi, namun tidak ada. Saat aku hendak menutup pintunya, aku melihat benda pipih yang tergeletak di lantai. Aku segera mengambilnya.

Deg...

Positif...

" Apakah ini milik Lean?" Pikirku.

" Ya pasti ini milik Lean, Lean hamil anakku." Aku tersenyum senang menatap benda itu. Aku tidak menyangka akan memiliki anak dari Lean. Wanita yang sangat aku cintai.

Aku berpikir Lean ada di dapur, karena memang biasanya jam segini dia ada di sana menyiapkan sarapan untukku. Aku segera berlari ke sana, namun kosong. Tidak ada siapapun di sana. Tiba tiba pikiran buruk melintas di kepalaku. Tanpa membuang waktu aku kembali berlari menuju kamar Lean.

Hal pertama yang aku lakukan adalah membuka almari pakaiannya.

Deg...

Jantungku terasa berhenti berdetak saat melihat isi almari kosong. Tidak ada satu pakaian pun yang tersisa di sana.

" Astaga sayang... Kenapa kau mengambil keputusan ini? Seharusnya kau menunggu aku mengambil sikap dulu, bukan malah mengambil keputusan sendiri seperti ini. Kemana kamu pergi membawa calon anak kota sayang? Aku harus mencarinya." Aku menarik kasar rambutku. Perasaan sedih, kesal, khawatir menjadi satu.

Bagaimana kondisi Lean saat ini di luar sana? Dia pergi kemana? Bersama siapa? Apalagi dalam kondisi hamil seperti ini. Aku benar benar merutuki kebodohanku sendiri, andai saja tadi aku langsung mengejarnya, aku pasti tidak akan kehilangannya. Atau mungkin andai saja aku lebih berani mengakui hubungan kami, pasti semua ini tidak akan terjadi.

Tapi semua sudah terlanjur, nasi sudah menjadi bubur. Yang harus aku lakukan adalah menemukan Lean dimanapun dia berada. Aku segera mengambil ponselku lalu menelepon salah satu anak buahku untuk memintanya membantu mencari Lean. Aku juga akan berusaha mencarinya sendiri, aku segera kembali ke kamarku mengambil kunci mobil untuk melakukan pencarian.

POV Author...

Di dalam sebuah apartemen milik Gasta, Anita sedang berdiri termangu di depan pintu kamar, ia menatap dua insan yang sedang bercumbu di atas ranjang yang biasa ia pakai bersama Gasta sang kekasih. Tangannya mengepal erat, dadanya terasa sakit dan air mata lolos begitu saja di pipinya. Ia mengepalkan erat tangannya. Rasanya sangat berbeda saat ia melihat Lean dan Tama berhubungan. Kali ini hatinya benar benar sakit melihat laki laki yang ia cintai malah mengkhianatinya.

Ingin sekali ia berteriak saat itu juga, namun ia menahannya saat mendengar percakapan dua orang yang sedang bergumul di balik selimut itu.

" Kapan kau akan menikahiku sayang? Aku sudah lama menunggu." Ucap wanita di bawah kunjungan Gasta.

" Sabar sayang, tunggu sampai aku bisa mendapatkan harta Anita. Kalau aku sudah mendapatkannya, aku pasti akan segera menikahimu." Sahut Gasta.

" Aku takut kamu masuk ke dalam pesonanya, aku takut kamu jatuh cinta padanya dan meninggalkan aku." Wanita itu nampak mencium pipi Tama.

" Tidak sayang, kalau aku mencintainya aku tidak akan meninggalkannya dulu dan lebih memilihmu. Aku kembali karena aku membutuhkan uangnya. Kau perlu bersabar lebih lama lagi, aku tidak akan mengkhianatimu. Aku mencintaimu, hanya mencintaimu." Ucap Gasta.

Mendengar kata kata itu, air mata Anita semakin deras. Amarahnya tidak bisa terbendung lagi, tiba tiba ia menggebrak pintu dengan kasar.

Brak...

Kedua orang yang sedang asyik bercumbu itu menoleh ke pintu.

" Sa... Sayang." Gasta langsung turun dari ranjang lalu memakai pakaiannya. Melihat itu Anita menjauh dari sana, Gasta segera mengejarnya.

" Sayang tunggu!" Gasta mencekal tangan Anita.

" Dengarkan aku! Apapun yang aku lakukan itu adalah kebohongan untuk membodohi wanita itu. Kau percayalah padaku, aku hanya mencintaimu." Ucap Gasta menangkup wajah Anita.

" Sebenarnya siapa yang sedang kau bodohi saat ini Gasta? Aku atau wanita itu? Kau membuat aku dalam kebingungan." Batin Anita menatap Gasta.

" Sudahlah Ga, tidak perlu menutupinya dari Anita lagi. Dia sudah tahu semuanya, lebih baik kita beritahu saja yang sebenarnya." Ucap wanita yang baru keluar dari kamar. Ia berjalan menghampiri keduanya.

" Mavi." Ucap Gasta.

" Ya.. Dia benar. Katakan saja yang sebenarnya! Daripada aku mencari tahu sendiri, kau tahu akibatnya kan kalau sampai aku tahu dari orang lain. Aku akan membuatmu hang out dari kru pemotretanku." Seperti biasa Anita memang terbiasa mengancam lawannya.

Gasta nampak bingung, ia mengacak rambutnya sendiri. Jika ia jujur maka ia akan kehilangan pohon duitnya, tapi kalau menutupinya ia bisa kehilangan kariernya. Ia tahu benar wanita seperti apa Anita itu.

" Katakan yang sebenarnya!" Anita mencoba untuk tetap tenang, ia tidak mau terlihat lemah di depan pria brengsek seperti Gasta. Ia duduk di sofa sambil melipat kedua tangan di depan dadanya.

Gasta duduk di sofa sebrang sambil terus menatap Anita. Ia menghirup nafas sedalam dalamnya.

" Baiklah kalau kamu tidak bisa mengatakannya, biar aku yang mengatakannya." Mavi duduk di samping Gasta. Ia menatap Anita begitupun sebaliknya.

" Gasta." Mavi menggenggam tangan Gasta dengan erat.

" Dia adalah calon suamiku, saat ini dia hanya memanfaatkanmu karena kami butuh modal untuk membuka usaha dan biaya pernikahan kami. Dia sengaja mendekatimu agar bisa menguras semua uangmu. Bukankah selama kau berhubungan dengannya semua bayaranmu ada pada Gasta? Hal itu sudah bisa di jadikan bukti kebenaran ucapanku tanpa aku berkata lebih panjang lebar lagi. Aku tahu kamu wanita cerdas Anita, jadi kau bisa menyimpulkan arti masalah ini." Ucap Mavi tanpa menghiraukan perasaan Anita sama sekali.

Anita menatap Gasta.

" Apakah itu benar Ga?" Tanya Anita.

" Iya."

Jeduarrrr.....

Bagaikan di sambar petir di siang bolong, Anita benar benar terkejut dengan kenyataan yang ia hadapi saat ini. Ia tidak menyangka jika pria yang ia cintai jauh lebih brengsek dari suaminya.

" Apa kau tidak mencintaiku setelah apa yang kita lakukan selama ini?" Tanya Anita memastikan.

" Tidak... Aku hanya mencintai Mavi dari dulu sampai kapanpun."

Jawaban Gasta membuat hidup Anita hancur. Ia beranjak dari sofa lalu meninggalkan apartemen yang ia sewa untuk Gasta dengan lesu. Ia menyesal telah mengabaikan Tama demi pria seperti Gasta.

Benar kata pepatah jika Tuhan telah memberikan jodoh terbaik saat kita menikah. Namun Anita justru menyianyiakannya. Ia merasa menjadi wanita terbodoh di dunia. Bisakah ia memperbaiki pernikahannya dengan Tama? Atau ia akan berakhir sendiri?

Hayooo kira kira mau baikan apa pisah nih? Jangan lupa likenya...

Miss U All...

TBC...

Terpopuler

Comments

Novi Sri

Novi Sri

dah bt anita cinta buta sm gasta biat tama dpt bukti bt pisah sm anita pencarian tama berakhir bahagia anita berakhir sengsara krn cinta buta

2023-10-17

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!