Bismillahirrohmanirrohim.
Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗
بسم الله الر حمن الر حيم
Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.
اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد.
Cia keluar dari kamarnya dengan wajah yang terlihat lebih segara dari sebelumnya, sekarang dia mengenakan hijab abu-abu yang menutupi seluruh dadanya.
"Loh, Mbak masih disini?" bingung Cia kala pelayan tadi masih berada di depan kamarnya.
"Panggil saya Narsih, Mbak," ucapnya pada Cia. "Saya disuruh nganter Mbak Cia sampai bertemu nonya besar." Narsih melanjutkan perkataannya.
"Ayo kita kesana Mbak, takut Mama sudah menunggu lama," ajak Cia pada Narsih setelahnya.
Kedua gadis dengan pakaian yang berbeda itu segera menuju kediaman orang tua Riko.
"Nyonya di taman Mbak, Mbak Cia masuk saja. Saya pergi dulu," pamit Narsih setelah mengantarkan Cia sampai di depan pintu taman.
"Terima kasih Nar," ujar Cia sebelum Narsih pergi.
Cia berjalan menghampiri Mama mertuanya yang sedang asik menatap bugan mawar merah mekar dengan cantik.
"Assalamualaikum, Ma." Cia menyapa Sela dengan suara lembut gadis itu.
Tapi Cia juga kadang bisa sedikit bar-bar jika bersama sahabatnya Ulya. Jika ditanya Cia dan Ulya lebih kalem mana sudah pasti jawabannya lebih kalem Ulya, karena Cia lebih sering terlihat banyak polah. Apalagi kalau sudah adu mulut dengan orang yang sudah tahu salah tapi merasa dirinya benar. Pasti Cia akan jadi pemenangnya.
"Wa'alaikumsalam, Cia. Duduk sini," suruh Sela pada menantunya.
Tanpa harus disuruh dua kali Cia segera mengambil tempat duduk di sebelah Sela.
"Cia, Mama mau ngomong sesuatu sama kamu boleh?"
"Boleh Ma, memangnya ada apa?" tanya Cia balik.
Sela tak langsung menjawab pertanyaan Cia, Ibu 2 anak itu terlihat mengehela nafas panjang sebelum mengeluarkan suara kembali.
"Cia sebenarnya Riko bukan anak kandung Papa Tedi,"
Deg!
Tentu saja Cia tersentak kaget mendengar perkataan Mama mertuanya, tapi dia tidak ingin banyak komentar Cia tetap diam mendengarkan Sela kembali melanjutkan ceritanya.
"Mama mau minta maaf sebelumnya sama kamu atas perjodohan ini, sejujurnya Mama dan Papa menjodohkan kamu dengan Riko, agar kamu bisa membatu Riko, Mama yakin kamu orang yang tepat," ujar Sela yang membuat Cia tak paham akan apa yang dibicarakan.
"Maksudnya Ma?" tanya Cia penasaran.
"Mama minta maaf Cia, pasti kamu berat menerima perjodohan ini." Sela memegang erat kedua tangan Cia seakan tangan Cia bisa menyalurkan energi untuk dirinya.
"Sejak Riko lahir dia sudah memilik pisik yang leman beranjak dewas dia tumbuh menjadi seorang pria temperamen mental. Karena sejak kecil semua keluarga Tedi termasuk adik tirinya membenci Riko, hanya sang kakek yang bisa menerima Riko," cerita Sela pada Cia.
"Astagfirullah hal-adzim," kaget Cia tak menyangka kehidupan suaminya menyedihkan.
"Mama ingin minta tolong sama kamu Cia, saat pengangkatan pengganti pemimpin perusahaan untuk membantu Riko agar bisa menajdi seorang pemimpin. Karena Riko adalah salah satu kandidat yang dipilih oleh kakeknya bersama dua sepupunya. Tapi banyak yang tidak setuju karena Riko bukan keturuan asli dari keluarga Wiguna."
'Semua ini apa hubungnya dengan pernikahanku dan Mas Riko? apa aku dijadikan alat untuk membantu Mas Riko mendapatkan kekuasan,' batin Cia tapi dia segera menepis pikiran buruk yang terselip di dalam hatinya. 'Astagfirullah hal-Adzim, ingat Cia tidak boleh soudzon,' nasihatnya pada diri sendiri.
Tangan Sela melepas genggamannya pada kedua tangan Cia lalu memegang kedua pundak menantunya sambil menatap lekat kedua bola mata Cia.
"Jadi apa kamu mau membantu keluarga tante Cia?"
'Hah tante?' cengoh Cia benar-benar tak paham apa maksud dari semua ini.
"Insya Allah, Cia akan membantu Mama," jawabnya cepat.
"Syukurlah, Mama mengucapkan terima kasih banyak sama kamu," ucap Sela membuat Cia semakin bingung tapi tak membuat Cia bertanya apakah pernikahannya ada hubungan dengan hal ini.
Jika Iya Cia hanya dijadikan sebagai alat, namun perempuan yang baru saja menjadi seorang istri itu tidak mau berprasangka buruk pada keluarga suaminya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Muka kenapa Bang? kusut amat kayak jamuran udah sebulan kagak diseterika-seterika," ujar Dia pada bos di tempatnya kerja itu.
"Memang muka gue kenapa?" bingung Fahri kala tengah memeriksa keuangan di bengkelnya.
"Muka lo kayak orang abis patah hati, seminggu ini gue sepet banget sebenarnya lihat muka lo, Bang. Tapi gue gak berani bilang takut lo ngamuk." Dio berkata dengan ekspresi yang dibuat semeyakinkan.
"Kalau Bang Fahri nggak percaya tanya sama anak-anak yang lain," lanjut Dio lagi kala Fahri masih tetap diam.
Bosnya itu seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu untuk ditanyakan atau tidak.
"Gue mau nanya sama lo, tapi ingat jangan diledek awas lo kalau ngeledek gue," ancam Fahri sebelum bertanya.
"Gue yang ditanya gue juga yang diancem, nasib jadi anak buah begini," keluh Dia sambil nyengeir karena mendapat pelototan tajam dari Fahri.
"Mau tanya apa Bang? gue siap menjawab semua pertanyaan Babang Fahri, mau 100 pertanyaan bahkan 1000 pertanyaan gue sanggup jawab."
"Gue cuman mau tanya satu hal gak banyak-banyak kok. Kalau kita tanpa sengaja sering mikirin seorang itu tandanya apa?"
Dio mengerjap-ngerjapkan kedua bola matanya mendengar bosnya itu bertanya hal pribadi untuk pertama kalinya, tunggu otaknya masih mencerna semua yang Fahri katakan.
"Ooh, bentar dulu Bang orangnya cewek apa cowok," selidik Dio.
Roma-romanya Dia merasa Fahri sedang menyukai seorang, semua itu hanya tebakan Dio tapi tidak tahu benar atau salah.
Fahri menyentil kening Dio, "jawab aja mau cewek mau cowok kek kenapa?"
Jujur sentilan Fahri yang mendarat sempurna di dahi Dio sedikit terasa sakit. Jadi dengan wajah cemberut Dio menjawab pertanyaan Fahri.
"Kalau kita sering kepikiran sama cowo mungkin Abang punya utang atau masalah sama dia yang belum kelar," jawabnya sambil tanganya terus mengelus kening.
"Tapi kalau cewek kemungkinan besar kita suka sama orang itu, masih dalam keadaan diem tiba-tiba muncul nama cewek itu dipikiran kita, pas dengar namanya jantung langsung deg-degan, terus kita mulai membayangkan wajahnya, kalau ada dia kita pengen terlihat perfec di matanya."
"suka sama orangnya?" ulang Fahri mendengar diawal Dio mengatakan satu kata suka tersebut. Dio mengangguk yakin pada Fahri.
'Ah, nggak mungkin masa gue suka sama sahabatnya Lia sih, bukannya Cia itu udah gue anggep adik gue sendiri sama kayak Lia,' molong Fahri dalam benaknya, dia masih tidak percaya jika dirinya menyukai Cia.
Fahri menatap tajam Dio, yang di tatap tajam mengerutkan dahi heran sambil menelan kasar ludahnya.
Gleg...!
'Apa gue salah ngomong? perasaan gak deh, tatapan Bang Fahri begitu amat sama gue kayak buaya mau nerkam mangsanya.' Dio dapat merasakan keringat yang mulai membasahi pelipisnya.
"Lo ngomong ngacok ya! kalau kasih informasi itu yang bener dong." Fahri tidak terima.
Lah? cengoh Dio.
(Lanjut?)
(Kalau ada yang komen kita lanjut kisah Fahri dan Cia sampai mereka bisa disatukan)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sulfia Nuriawati
lanjut aja thor
2023-10-18
1
Sri Winda
lanjut thor💪🏼
2023-10-18
1
Sugito
penasaran kelanjutannya. bersatu dong kaya Eris dan Azril Ulya dan Hans
2023-10-16
1