Bismillahirrohmanirrohim.
Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗
بسم الله الر حمن الر حيم
Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.
اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد.
"Lo ngomong ngacok ya! kalau kasih informasi itu yang bener dong." Fahri tidak terima akan penjelasan Dioa.
Yang menurutnya kurang sesuai dengan jawaban yang dia harapkan.
Lah? cengoh Dio.
"Tadi lo yang minta masukan bang, kok sekarang malah kagak terima atas penjelasan gue," dengus Dio.
Fahri menatap tajam Dio, membuat laki-laki di depan Fahri ini jadi salah tingkah. Tatapan tajam Fahri seakan menusuk sampai ketulang-tulang rasanya menurut Dio.
"Suka-suka gue dong, mau terima apa kagak masukan lo, gue yang nentuin," sahut Fahri enteng.
Dio terkulai lemas mendengar ucapan Fahri, "iya dah bang, serah lo. Bebas lo mau ngapain aja nggak ada yang marah kok," Dio kembali mendengus kesal.
Fahri tak lagi mempedulikan Dio, dia beranjak dari duduknya. Membuat bingung Dio, pikirnya apa sekarang bosnya ini marah pada dirinya? tapi tak mungkin juga. Selama kerja bersama Fahri, Dio belum pernah melihat Fahri marah sekalipun.
Jika karyawannya melakukan kesalahan maka dia akan menegur mereka itu juga dengan cara yang tidak terang-terangan di hadapan karyawan lain.
"Mau kemana Bang? plis Bang jangan marah sama gue," pinta Dio sudah mulai was-was
"Siapa yang marah ege! gue mau buang air kecil, lo mau ikut? kalau mau hayuk."
"Wah, udah nggak waras lama-lama lo ya Bang." Dio segera pergi keluar dari ruangan bosnya itu.
Fahri terkekeh geli melihat tingkah Dio setidaknya dengan bertanya pada Dio tentang orang yang sering tiba-tiba dia pikirkan, Fahri sedikit paham kenapa dia akhir-akhir ini sering memikirkan Cia, memang logikanya menerima apa yang Dio katakan. Namun, hati Fahri tidak terima, selama ini jelas dia menganggap Cia adik.
"Lo harus tegesin sama diri lo sendiri Fahri! Cia itu adik lo, sama kayak Lia. Jadi nggak mungkin lo suka sama dia," ucapnya pada diri sendiri.
Fahri segera masuk ke dalam kamar mandi, tak lupa setelah membuang panggilan alam dia mengambil air wudhu, lalu Fahri ikut bergabung diluar bersama tiga karyawannya.
Fahri menatap ketiga karyawannya yang sedang sibuk membenarkan kendaraan masing-masing. Mereka hanya bertiga sudah terlihat kewalahan mengurus bengkel.
"Besok lo cari orang lagi buat kerja Dio. Kasihan juga kalian cuman bertiga, ngurus sebanyak ini kendaraan yang masuk bengkel," ucap Fahri kala melihat ketiga anak buahnya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Seperti tidak ada jeda waktu untuk mereka beristirahat sejenak, usaha bengkel Fahri memang selalu ramai.
"Serius Bang kita boleh cari karyawan baru lagi?" tanya Dio antusias begitu juga dengan dua karyawan Fahri lainnya.
"Boleh, lagian kalian bertiga nggak mungkin ngerjain ini semua. Cari dua orang lagi lah mungkin cukup," lanjut Fahri lagi, dia menjeda sejenak ucapannya.
"Sekarang tinggal dulu kerjaan kalian, nanti bisa lanjut lagi. Udah masuk waktu asar ini, kerja boleh tapi ingat kalian tidak boleh melupakan kewajiban kalian sebagai seorang muslim," ujar Fahri pada tiga karyawannya.
"Baik bang," patuh ketiganya pada Fahri.
Mereka langsung meninggalkan pekerjaan masing-masing Fahri menunggu ketiga karyawannya agar mereka bisa melakukan shalat jamaah bersama. Tidak perlu Fahri menunggu kama ketiga orang itu sudah rapi, pakian yang dikenakan sudah berganti juga.
"Sudah ayo jamaah bersama," ajak Fahri pada mereka bertiga.
Langsung saja mereka bertiga mengambil tempat masing-masing, setelah mereka semua berbaris dengan shof yang rapat, Fahri mulai melaksanakan shalat asar berjamaah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Satu bulan berlalu.
Di tempat lain Cia merasa heran kala melihat suaminya akrab dengan semua sepupu keluarga Wiguna juga dengan adik tiri sendiri, sedangkan cerita yang dia dengar dari sang mertua tidak seperti sekarang yang dia lihat.
'Mama bilang mereka semua tidak menyukai Mas Riko, ini kenapa mereka terlihat akrab. Hanya satu orang yang terlihat sangat tidak menyukai Mas Riko,' batin Cia heran.
Sampai satu bulan ini dia belum tahu apa tujuannya berada di keluarga Wiguna, selama satu bulan ini juga Cia selalu tidur sendiri. Dia dan suaminya jika sudah di rumah seperti orang asing.
Sejujurnya Cia tak tahan dengan rumah tangga yang dia jalani, karena Cia tahu pernikahan bukanlah sebuah mainan, tapi suaminya itu seakan tidak pernah mempedulikan dirinya, walaupun Cia sudah melakukan banyak cara agar sang suami paham akan pernikahan yang mereka jalani. Tapi hasilnya tetap saja sama.
"Cia, kok disini ayo ikut masuk," ucap seorang menepuk pelan pundak Cia.
"Astagfirullah hal-adzim," gumam Cia lirih sambil memegang dadanya karena dia kaget. "Kakek," sapa Cia pada Wiguna.
"Ayo masuk, ada yang ingin kakek katakan padamu," ajak Wiguna.
Mau tidak mau Cia harus ikut kakek mertuanya ke dalam ruangan kumpul keluarga Wiguna. Dengan ragu dia berjalan di belakang kakek Wiguna.
Semua orang di dalam ruangan tersebut menatap sosok Cia dengan berbagai macam tatapan, ada yang terang-terangan menatap tak suka Cia.
'Perempuan ini untuk apa dia ikut masuk ke ruangan diskusi bersama kakek, awas saja Riko aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan warisan seculipun dari keluarga Wiguna. Apalagi kamu menjadi pengganti kakek, jangan harapa semua itu akan terjadi,' batin seorang laki-laki yang duduk di sebelah Riko.
Laki-laki itu juga yang tadi Cia lihat begitu akrab dengan suaminya.
"Kakek, kenapa ada orang lain yang masuk dalam pertemuan cucu-cucu kakek?" tanya Feru tidak terima.
Feru merupakan cucu tertua dari keluarga Wiguna, dia juga salah satu kandidat yang akan menjadi penerus kakeknya di perusahaan Wiguan, sebuah perusahaan fashion terbesar di kota B.
"Cia bukan orang lain, dia menantu keluarga Wiguna!" tegas Kakek Wiguna membuat semua orang bungkam.
Riko hanya menatap datar sang istri tanpa berniat membuka suara untuk membela Cia.
"Menantu? perempuan mana Kek yang menikah dengan keturunan Wiguna kalau bukan mau mengincar harta mereka," sindiri Alex, adik tiri Riko.
'Ah, bahkan aku ingin rasanya mengatakan tak pernah aku sepeserpun memakan uang suamiku selama satu bulan menikah ini,' batin Cia.
"Diam kalian semua!" sentak Wiguna membuat mereka semua diam.
Wiguna menyuruh Cia duduk di sebelah Riko yang sudah kosong, hari ini dia akan membicarkan hal penting pada ketujuh cucunya yang semua laki-laki.
"Riko, Feru dan Gunawan besok ada pertemuan 3 klien dari perusahaan yang berbeda, besok siapa dari kalian bertiga telah berhasil menjalini kerja sama dengan klien dari 3 negara, aku anggap dirinya lah yang berhak menggantikanku."
"Lantas orang yang tidak memiliki darah keturunan Wiguna apa pantas menjadi pengganti kakek?" tanya Gio sambil matanya melirik tajam pada Riko.
Sementara Riko sendiri tak peduli, kali ini dia yakin akan mengalahkan dua saudarnya karena ada Cia yang dapat membantu.
Brak!
"Lancang!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments