Bismillahirrohmanirrohim.
Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗
بسم الله الر حمن الر حيم
Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.
اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد.
Malam terdengar sunyi, Cia baru saja selesai melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, setelah shalat isya gadis yang masih mengenakan mukena itu membuka jendela kamarnya.
Kamar Cia terletak di lantai dua rumah orang tuanya, Cia mengangkat kepalanya menatap malam yang tak terlihat gelap, karena bulan bersinar terang bersama ribuan bintan bertebaran di langit menamai malam.
Mulut Cia terbuka untuk memuji ciptaan Allah yang begitu indah di gelapnya malam sesungguhnya. "Masya Allah," ucap Cia.
Netranya masih sibuk menatap hamparan bintang sesekali dia menatap lurus ke depan dimana lampu-lampu malam ikut menerangi bumi di malah hari bersama bulan dan bintang yang terang.
Dari dalam kamarnya Cia dapat melihat keindahan malam. "Gelap itu tidak terlalu menakutkan, jika diterangi cahaya. Bahkan akan terlihat lebih indah dari yang tak terlihat apapun di tengah kegelapan," gumam Cia.
Saat sedang menikmati suasana malam, pikiran gadis itu tertuju pada kejadian tadi sore, dimana dirinya akan dijodohkan.
"Haruskan aku menermai perjodohan ini?" entah dia bertanya pada siapa, mungkin pada malam yang menemaninya saat ini.
"Mungkin memang aku harus menerimanya, lagipula aku tidak memiliki seorang yang ku sukai, mungkin perjodohan ini takdirku bertemu dengan seorang yang menjadi pendamping hidupku."
Tok...Tok...Tok...
Dikala Cia tengah asyik merenung bersama lanjutnya malam yang akan semakin larut seorang mengetuk pintu kamarnya.
"Cia, kamu di dalam Nak. Boleh bunda masuk," ucap Santi-bunda Cia.
Cia mengalihkan pandangannya dari menatap pemandangan malam diluar jadi menatap kearah pintu kamar.
"Masuk saja bunda," jawabnya
Ceklek
Benar saja setelah mendapat izin dari sang pemilik kamar pintu kamar Cia terbuka, disana berdiri seorang wanita paruh baya yang amat Cia cintai. Bunda Sinta melangkah mendekati putrinya.
"Belum tidur Cia?"
"Belum ngantuk Bun," jujurnya tersenyum pada Sinta.
"Kamu lagi mikirin apa?" tanya Sinta sambil menutup jendela putrinya yang terbuka seluruhnya.
"Sudah malam istirahat jangan terlalu lama menghirup udara malam dingin," tegur bundanya.
Cia selalu senang mendapatkan perhatian kecil dari bundanya, dia berharap jika nanti memiliki seorang suami. Suaminya akan perhatian pada dirinya sama seperti sang bunda.
"Cia sedang tidak memikirkan apa-apa kok Bun," bohongnya, Sinta tahu jelas jika putri berbohong.
Tangan Sinta terangkat untuk mengelus bahu putrinya. "Bunda tahu kamu memikirkan tentang perjodohan ini, tapi Bunda juga tak bisa berbuat apapun, Ayahmu telah menyetujui perjodohan ini."
"Kenapa Ayah mengambil keputusan sebelum bertanya pada Cia, Bun?"
"Om Tedi memberikan 5% sahamnya untuk ayahmu di perusahaan orang tua Om Tedi, saham yang dimiliki Tedi hanya 10% dia rela memberikan pada ayahmu 5% jika Ayah menyetujui perjodohan ini," jelas Sinta pada sang putri merasa bersalah.
Durr!
Hancur sudah hati Cia, mendengar perkataan Bundanya mengetahui sang Ayah menyetujui perjodohan ini karena mendapat 5% saham.
Sinta memeluk putrinya benar-benar merasa bersalah, dia merasa sudah tidak becus menjadi seorang ibu.
"Maafkan Bunda sayang, Bunda tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantumu."
"Tidak Bun, bunda tidak boleh menyalahkan diri sendiri. Ini bukan salah Bunda, tapi boleh Cia tanya satu hal sama Bunda?" Sinta mengangguk setuju.
"Apa tujuan Om Tedi dan Tante Sela ingin menjodohkan Cia dengan anak mereka."
"Bunda belum tahu sayang, tapi Bunda harapa mereka tidak ada tujuan buruk selain ingin anak mereka menikah."
"Jika Ayah sudah memiliki 5% saham dari Om Tedi itu artinya Cia harus menerima perjodohan ini bukan Bun." Sinta menggeleng lemah air matanya sudah menetes.
Cia dengan telaten mengelap air mata bundanya, "jangan menangis Bunda, Insya Allah, Cia tahu langkah apa yang akan Cia ambil, sekarang sudah malam bunda istirahatlah Ayah juga pasti sudah menunggu Bunda di kamar untuk tidur."
"Selamat malam sayang." Sinta mencium kening putrinya dibalas Cia yang juga ikut mencium pipi Bundanya.
"Malam too Bunda tersayang kita semua," jawabnya membuat Sinta yang tadi menangis malah jadi tertawa.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dibelahan bumi yang sama di negara yang sama dan kota yang juga sama, namun di rumah dan kamar berbeda seorang laki-laki tengah menikmati rintikan hujan yang baru saja turun dari langit dan perlahan-lahan hujan turun mulai deras.
Padahal tadi cahaya bulan dan bintang sangat terang, tapi tiba-tiba hujan turun menguyur bumi bersama perginya cahaya bulan dan bintang.
Dia Fahri, laki-laki 30 tahun itu tetap terlihat tampan walaupun dalam keadaan yang sedikit berantakan, sejak pulang dari Vila tadi bersama adiknya Ulya juga Cia, dia terlihat sedang gelisa, tapi Fahri tidak tahu apa yang menyebabkan dirinya gelisa.
Walaupun usia Fahri sudah 30 tahun tapi dia masih terlihat seperti seorang laki-laki yang baru berumur 25 tahun, masih terlihat muda memang.
"Ada apa denganku," keluh Fahri bingung sendiri.
Pikirannya selalu tertuju pada sahabat adiknya membuat Fahri bingung sendiri, dia mengusap wajahnya kasar. Fahri mengambil baju tebalnya untuk memberikan kehagatan di malam yang mulai terasa dingin karena hujan telah turun juga.
"Astagfirullah, ngapain sih kepikiran sama sahabatnya Lia," keluh Fahri.
"Ingat Fahri, tidak boleh memikirkan perempuan yang bukan mahrammu. Mending gue ambir wudhu aja nggak sih," ucapnya pada diri sendiri.
"Belum tidur Fahri?"
"Astagfirullah, Mama ngagetin aja! masa bukan pintu tidak ada suaranya," protes Fahri pada Mamanya.
"Reflek Bang, kamu belum tidur?"
"Orang Fahri masih melek ya belum tidur lah Ma," sahutnya enteng sambil nyengir.
Sang mama menepuk keningnya sudah salah bicara. "Maksud Mama belum ngantuk kamu?
terus ngapa itu jendela kamar dibuka orang diluar hujan deras."
"Heheh, Fahri belum ngantuk Ma. Kalau jendela ini juga mau Fahri tutup."
Jangan sampai mamanya tahu kalau dia tadi sempet memikirkan seseorang.
"Tidur jangan malem-malem, bangun tahajud. Mama mau tidur dulu."
"Insya Allah, Ma." sahutnya.
Setelah Ibu Rida pergi dari kamarnya Fahri menghela nafas lega.
"Untung Mama nggak banyak tanya lagi, kalau ada si Lia pasti dia bakal banyak tanya. Terus kalau tahu gue abis mikirin Cia entah apa yang bakal dia bilang sama gue."
Tak ingin larut dengan pikirannya sendiri Fahri memutuskan untuk mengambil air wudhu lalu dilanjut membaca ayat suci Al-quran untuk menenangkan diri dan pikirannya.
Di dalam kamarnya dibawah hujan yang mulai deras menguyur bumi di malam hari Fahri lebih memilih menyibukan diri dengan kalam Allah dari pada pikirannya dipenuhi oleh nama perempuan yang dia sendiri belum tahu kenapa memikirkan perempuan tersebut perempuan yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.
Langit malam bersama hujan menjadi saksi untuk seorang laki-laki berusia 30 tahun itu untuk lebih baik menyibukan diri pada Al-quran dari pada harus memikirkan seorang perempuan yang bukan mahramnya.
(Semoga kalian suka, jangan lupa Like, Komen dan Rate bintang 5 🤗)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Cahaya_nur
aku memiliki firasat buruk tentang orang tuanya Reno itu 🤔🤔 Curiga aku
Cia harap kamu berhati-hati dan waspada sama orang tua Reno itu dan Fahri sama Cia itu seperti memiliki ikatan batin jadi saat si Cia ingin dijodohkan sama orang lain si Fahri selalu mikirin Cia dan gelisah.
Semangat thor💪💪💪💪
2023-10-15
1
Nora♡~
💪💪💪terus... thor... semoga Fahri adalah calon Imamnya... andooooii... kasihan Cia... dalam di limah... apa 🤔🤔papanya Cia di berikan Saham 🤔🤔apa sebenarnya terjadi.... adakah.... Ke dua orang tua Reno membuat rencana yang licik demi sesuatu Warisan sanggup membuat rencana dengan menipu... keluarganya yang lain dan demi satu rencana busuk menipu Papanya Cia... 🤔🤔🤔kalau sesuai untuk bab2 seterusnya semoga di pertimbangkan yaa thor., lanjut..
2023-10-15
1