Pesawat mendarat dengan sempurna membuat wanita yang sedari tadi di cari muncul tiba tiba tanpa memberitahu keluarganya untuk memberi kejutan.
“Mami dan Papi pasti bahagia melihatku”batinnya senyum senyum sendiri.
“Abang dan Kak Alexa pasti terkejut melihatku pulang tanpa sepengetahuannya”lanjutnya membatin sembari menyeret kopernya.
“Alex. Aku tidak sabar melihatnya langsung. Pasti dia lebih tampan daripada tiga tahun yang lalu”ucapnya tanpa membatin membuat laki laki berjas hitam yang berjalan sejajar dengannya mendengar ucapannya.
“Bucin (Budak Cinta)”batinnya sembari terus memandang wanita yang mengambil langkah seribu.
“Tuan Egi. Langsung ke Rumah Sakit atau ke Rumah”tanyanya mengembalikan Fokus.
“Pak. Ke Makam Ayah dulu lalu kembali ke rumah”ucapnya.
Kesadaran Oma kembali datang di kelilingi orang orang yang mempersiapkan pemakaman bahkan Bianca sudah berada diantara gerombolan berpakaian putih putih.
“Mami. Mengapa mereka pergi begitu cepat padahal Abang dan kakak berjanji akan membelikan ku tas impianku”ucapnya dengan tangisan membuatnya mendapat pelukan.
“Setelah orang tua kami tiada. Hanya Kak Alexa yang aku punya tetapi sekarang kakak juga meninggalkanku. Bianca tidak punya siapa siapa lagi”ucapnya pilu.
“Jangan mengatakan itu lagi. Kami adalah keluargamu Bianca”ucapnya membuat tangisan mereda.
“Terima Kasih Mami”jawabnya mengusap air mata berali menjadi senyum simpul.
“Mami. Kita menunggu Olivia untuk mengantar Abang dan Kakak ke tempat peristirahatan terakhirnya?”tanyanya setelah pelukan terlepas.
“Tidak perlu. Nomornya tidak bisa di hubungi kalaupun kita memberitahukannya, untuk kembali ke Indonesia harus mengurus tiket dan menempuh perjalan beberapa jam. Kasihan Abangmu dan Kakakmu harus di siksa lagi”jawabnya membuat seulas senyum simpul terbit di bibir Bianca.
Pemakaman dihiasi tangisan. Nisan yang ditempatkan berdampingan membuat keluarganya tetap tinggal setelah pengantar mayat kembali setelah turut berduka cita dan mengantar mayat ke peristirahatan terakhirnya.
Di sisi lain Olivia yang baru tiba di kediaman Permana terheran heran melihat rumah yang biasanya ramai kini tidak berpenghuni.
“Nona Olivia”ucapnya mengejutkan Olivia.
“Kak Didi. Mami dan yang lain pada kemana. Rumah seperti kuburan. Sunyi”ucapnya membuat Didi menyalahkan TV di mana berita kecelakaan mengejutkan Olivia sampai tubuhnya ikut mati bersamaan dengan para korban.
“Tuan dan Nyonya di makamkan di Pemakaman Kemboja”ucapnya membuat Olivia mengendarai mobil dari garasi dengan kecepatan tinggi.
“Maafkan Kakak. Nona”batinnya.
“Nak. Mami dan Papi sebisa memungkin merawat Alex sebagaimana merawat mu. Dan untukmu menantuku tenanglah di sana bersama anakku, anakmu akan menjadi tanggung jawab kami” ucapnya sembari mengusap nisan tertulis nama anak serta menantunya.
“Oma. Kita harus kembali sebelum Alex bangun. Nanti menangis lagi mencari kita”ucapnya membuat Oma mengusap air matanya kemudian mencium nisan secara berganti sebelum berlalu.
“Bianca. Cuaca mendung. Ayo kita kembali sebelum hujan turun”ucapnya tetapi Bianca tetap bersimpul di antara kedua nisan.
“Mami dan Papi pulung dulu nanti Bianca menyusul. Bianca masih ingin menemani Abang dan kakak”ucapnya dengan wajah lesunya akibat tangisan membuat Oma mengatur nafas.
“Baiklah. Mami dan Papi pulang dulu”ucapnya membuat Bianca mengangguk sembari melihat kepergian dua orang yang saling bergandeng tangan.
Nisan bertebaran dimana mana tetapi hanya di isi dua orang yang masih bernyawa. Bianca dan laki laki yang mengunjungi makam Ayahnya yang berada tidak jauh dari tempat Bianca.
“Kakak, Bianca janji akan jaga diri dan menetapi janji kita”ucapnya sembari mengusap Nisan.
“Abang adalah laki laki baik sehingga aku perna berniat memilikimu sebelum Abang memili kakakku, tetapi sayang sekali Abang pergi begitu cepat apalagi dengan cara tragis”ucapnya membuat makan tersirami air mata.
“Terima kasih, Abang mengangkat derajat kami, menyayangiku dan memenuhi kebutuhanku dan kakak meski aku dan kakak masih sering merasa iri dengan teman teman yang bisa membeli semaunya sedangkan Bianca dan kakak harus berhemat karena uang Abang tidak sebanyak yang mereka miliki”lanjutnya sembari tertawa terbahak bahak dengan air mata yang masih menetes.
“Gadis Aneh”ucap laki laki yang ternyata menyaksikan dan mendengar curahan hati Bianca.
“Abang paling tidak suka melihat wanita menangis, jadi Bianca harus tetap bahagia meski tidak ada lagi Abang di sisiku”ucapnya tertawa kemudian terisak.
“Abangmu akan marah jika melihatmu menangis seperti ini”ucapnya setelah berada di depan wanita yang kini mengangkat kepala melihat ke arahnya.
“Tampan”batinnya mengangumi ciptaan tuhan di hadapannya.
“Tidak baik menangis terlalu lama nanti kepalamu sakit”ucapnya sembari memberikan sapu tangannya pada Bianca yang menerimanya tanpa mengalihkan tatapan.
“Pulanglah sebentar lagi hujan”ucapnya melihat cuaca yang sudah dipenuhi awan hitam.
Egi berlalu membuat Bianca tersadar dari terpesonanya membuatnya mengejar dan mencari pemilik sapu tangan yang sudah ada dalam genggamannya
“Tuan Egi langsung pulang ke rumah atau masih ingin ke suatu tempat”ucap sang sopir setelah tuannya memasuki mobil yang terparkir.
“Aku masih ingin di sini sebentar saja”jawabnya membuat sopir terdiam dengan mode siap siaga.
“Aku harus memastikan gadis itu kembali”batinnya sembari melihat wanita yang berlari sembari memandang ke sana ke mari.
“Bodoh kamu Bianca membiarkannya pergi tanpa berkenalan. Kamu juga sampai lupa berterima kasih”ucapnya kembali melakukan pencarian hingga kegiatannya terganggu oleh kedatangan wanita yang menghampirinya.
“Bianca”teriaknya menghampiri wanita yang berdiri di samping mobil.
“Olivia”ucapnya.
“Kenapa kamu baru datang. Lihat Abang dan kakak sudah tiada” ucapnya membuat sopir memandang tuannya yang meletakkan telunjuk pada bibirnya pertanda perintah diam,jangan berisik.
“Olivia baru mengetahuinya. Abang dan Kakak di tempatkan di mana?”ucapnya dengan tangisan.
“Cari saja sendiri ini hukuman karena jadi adik tidak tahu diri”ucapnya meninggalkan Olivia dan memili pulang.
Olivia menangis sejadi jadinya membuat Egi memegang dadanya yang terasa sakit. Olivia berlari memasuki area pemakaman sembari mencari cari hingga dua nisan yang masih basah membuatnya memperlambat langkah dan langsung bersimpul di antaranya.
“Abang, Kak Alexa mengapa pergi. Bukankah kalian berjanji ingin memberiku hadiah kelulusan. Olivia sudah sarjana”ucapnya.
“Jika Olivia tahu akan jadi seperti ini. Olivia tidak akan memili kuliah di Singapura. Olivia akan tetap di Indonesia bersama kalian”lanjutnya bersandar di nisan yang masih tanah basah.
“Abang. Olivia minta maaf terlambat pulang”tangisnya seakan membuat semesta ikut bersedih.
Rintik rintik hujan membasahi bumi tetapi Olivia enggan untuk beranjak dari pemakaman membuat laki kaki yang sedari tadi setia duduk di dalam mobilnya memili keluar dengan payung di tangannya membuat sopir hanya memandang kepergian tuannya yang kembali memasuki area pemakaman.
Payung hitam menemani langkah Egi menuju wanita yang masih menangis tanpa mempedulikan baju putihnya yang telah berganti warna coklat, hujan yang semakin deras terlebih lebih tidak menyadari kehadiran laki laki tampan di belakangnya. Dunianya pergi bersama dua orang tersayangnya.
“Abang, Kakak. Tidak ada gunanya Olivia…”ucapnya sebelum kehilangan kesadaran.
“Olivia”panggilnya tanpa mendapat respon.
Wajah pucat,mata bengkak serta tubuh basah kini dalam gendongan Egi yang ikut basa sebab payung hitamnya kini tergeletak di tanah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
R.F
sedih
2024-02-08
1
Galaxysurya
Egi diantara dua pilihan
2023-10-16
0
Galaxysurya
Perhatianmu mengalihkan dunia Bianca
2023-10-16
0