CHAPTER 04 :

Kriiing! Kriiing!

"Nggh..."

Bunyi alarm yang berasal dari meja nakasku berhasil membangunkan ku dari alam mimpi. Satu tanganku mencoba meraih meja nakas untuk mematikannya. Kemudian duduk sejenak pada bahu kasur, Mengerjap kan mata lalu mengucek nya di lanjutkan dengan kegiatan menggeliatkan tubuh lalu melamun sesaat masih mengumpulkan nyawa.

"Jurin sayang! Sudah bangun belum, Nak?" Teriak ibu dari luar kamar ku.

Mataku melebar ketika mendengar teriakan ibu, Segera aku membangkitkan diri dari sana berjalan menuju pintu kamar. "Iya, Aku sudah bangun!" Balasku pada ibu.

-

"Selamat pagi! Ayah ibu!" Sapaku saat sudah keluar dari kamarku sambil berjalan ke arah dapur berniat untuk meminum air putih terlebih dahulu.

"Pagi puteri kami yang tersayang," Ucap mereka secara bersamaan dengan hangat.

Ku lihat mereka berdua sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ayah yang sedang membaca berita di koran tidak lupa dengan kopi hitamnya di meja makan serta sudah berpakaian rapi siap untuk pergi bekerja. Sementara ibu dengan apronnya yang sibuk bergelut dengan kompor tampak mengaduk-aduk sesuatu yang meletup-letup di atas panci. Aku tahu dari aroma ini, Ibu masak sup ayam jagung kesukaan ku. Melihat kehangatan di pagi hari tersebut membuat mood ku menjadi semakin lebih baik, Kemudian beralih duduk di meja makan bersama ayah setelah meminum air dingin dari kulkas dan bersiap menyantap yoghurt yang ku bawa dari kulkas juga.

Ayah menaruh koran lalu menyeruput kopi hitam nya. "Semalam siapa, Ya?"

Aku yang tengah asik menikmati youghrt mendadak menghentikan suapan tangan ku, Menatap ayah penuh keheranan. "Siapa?" Tetapi aku langsung melanjutkan memakan youghrt ku kembali.

"Punya pacar tapi tidak bilang apa-apa ke ayah. Sudah besar ternyata puteri ayah. Mana ganteng sopan pula,"

"Pac— Uhuk! Uhuk!" Aku tersedak hingga terbatuk-batuk.

"Tampan juga calon menantu ayah itu," Lanjut ayah lagi dengan santainya.

Sementara batuk ku semakin menjadi-jadi.

"Duh, Ayah! Anak kita tersedak kan jadinya?" Ibu menaruh panci panas di atas meja makan kemudian mengambilkan air untuk ku, Segera aku meminumnya.

Ayah hanya terkekeh pelan menggaruk pelipis nya yang tidak gatal sementara ibu memukul kecil bahu ayah lalu memarahinya kecil. Setelah tenggorokan ku sudah merasa agak baikan, Seketika aku langsung menyadari sesuatu hal. Hoodie yang masih melekat pada tubuhku ini menarik perhatian ku sehingga membuat ku terdiam sejenak, Berpikir. Selang tak lama kemudian mataku melebar bersamaan dengan mulut ku yang menganga, Aku mengerti siapa yang di maksud oleh ayah dan juga aku ingat sekarang. Aku ingat betul dengan siapa aku pulang semalam, Sesudahnya aku hanya bisa menepuk kening pelan.

"Duh..."

...----------------...

"Kau itu sebetulnya penguntit, Kan?"

"Tidak ada kerjaan,"

Kami berdua, Aku dan Sion tentunya saling berhadapan di koridor sekolah yang ramai di lalui oleh para siswa-siswi dengan aktivitasnya masing-masing.

"Jangan bohong!" Desakku.

Dia menaikkan satu alisnya. "Kenapa bisa begitu? Ada bukti?"

Aku bersedekap dada lalu lebih mendekatkan diri lagi padanya. "Memang tidak ada, Tapi tidak ada ada laki-laki yang pernah mengantar aku pulang sebelum kau. Dasar kulkas jelek! Kau semalam yang mengantar ku pulang, Kan? Kau juga tahu dimana gedung apartemen ku. Sampai orang tua ku tahu dengan mu dan lebih parahnya lagi kau tahu apa? Pasang telinga mu baik-baik, Ya. Ayah ku mengira kau itu pa-car nya dari i-ni." Jelas ku panjang lebar dan memberi penekanan di akhir kalimat, Menunjuk wajah ku sendiri menggunakan jari telunjuk.

Sion nampak terdiam setelah mendengar penjelasan ku.

"Bicara apa kau pada orang tuaku, Hah? Kulkas jelek!" Lanjut ku lagi.

"Kulkas jelek?"

Aku memutar bola mataku malas dan menghembuskan napas kasar. "Dari semua kata-kata yang keluar cuma itu yang kau tangkap? Astaga! Aku tidak habis pikir. "

"Lalu apa masalahnya?" Tanyanya.

"Ih, Ya jelasin lah! Gimana sih, Kau? Itu kenapa bisa tahu pintu apartemen ku? Hayo! Kenapa? Kau jangan pelit bicara, Ya? Memang suaramu semahal apa, Sih? Hah!" Aku menatapnya penuh keberanian dan menantang.

"Kami berpapasan dan posisi mu sedang tertidur di punggung ku," Jelasnya.

"Hah? Cuma segitu penjelasanmu?"

"Memang mau sepanjang apa? Daun bawang!"

"Lho! Kau ceritanya ngatain aku? Kau sudah bisa bisa bilang begitu padaku?" Aku kesal dan merasa tidak terima di panggil begitu.

"Kau juga memanggil ku begitu, Minimal kau ucapkan terimakasih pada orang yang sudah membantu mu. Dasar tidak sopan!" Dia menjauhkan kening ku menggunakan jari telunjuk namun dengan lembut. "Kau juga sudah berhutang lagi padaku," Kini dia menunjuk kening ku menggunakan dua jari nya, Jari telunjuk dan jari tengah yang di satukan.

"Apa?" Aku terheran.

"Kau berhutang tumpangan menggunakan tubuh ku dan yang kedua kau berhutang atas peminjaman barang milik ku," Jelas nya lagi.

Aku berusaha melepaskan jari nya pada kening ku yang bertengger kuat. "Apa-apaan itu? Kau ini kenapa selalu tidak ikhlas jadi orang? kan kau juga yang memaksa meminta ku untuk kau gendong! Kau juga, Kan? Yang memaksa aku untuk memakai hoodie mu? Lagipula panggilan kulkas jelek memang sangat cocok kok, Untuk manusia seperti dirimu. Kau menyebalkan, Sangat!" Dan aku berhasil melepaskan jari nya pada kening ku bercampur emosi.

"Kembalikan keychain ku juga,"

"Bicara apalagi coba? Masih juga di bahas! Sudah ku bilang aku tidak tahu,"

"Kau tahu,"

"Tidak tahu!"

"Tahu,"

"Aku bilang aku tidak tahu!"

"Aku bilang kau tahu,"

Selang beberapa menit aku terdiam menatapnya penuh emosi dengan dia yang bersikap tenang.

"Heh, Kau!" Bentakku, Berjinjit menarik kerah seragam nya.

"Hm?" Dia memasang ekspresi santai.

"KAU MENYEBALKAN! KAU TAHU? KAU MAKHLUK PALING MENYEBALKAN! SANGAT MENJENGKELKAN! DASAR KAU JELEK! PANGGILAN KULKAS JELEK ME—mang cocok untuk mu....." Suaraku menjadi memelan perlahan kemudian melepaskan pegangan tangan ku pada kerah nya ketika melihat ekspresi Sion yang tengah menahan tawa.

"Hahaha! Lihat? Wajah mu itu sangat lucu ketika sedang marah. Kau seperti kucing kecil yang sedang mengamuk, Hahaha!"

"Kau..... Tertawa? Aku tidak bermimpi, Kan? Mengucek kedua mata merasa tak percaya dengan apa yang ku lihat.

Tidak ku sangka sion yang ku lihat selama ini dingin dan datar itu, Hari ini detik ini juga dia tertawa di hadapan ku. Suara tawanya yang terdengar nyaman juga sopan untuk masuk ke telinga, Suara tawa hangat yang pertama kali ku dengar dari nya dengan jarak kami yang tipis. Tanpa sadar, Bibir ku ikut tersenyum untuk nya.

"Huuh! Kalian mengobrol tanpa mengajakku? Kalian jahat,"

"Sora?" Kataku pelan bahkan hampir tidak terdengar.

Aku sontak memundurkan tubuh ku sedikit menjauh dari tempat Sion berdiri saat kedatangan seseorang tanpa di undang. Dan hal pertama yang mengejutkan ku adalah ekspresi wajah Sion benar-benar berubah drastis. Dia berubah kembali ke setelan awal setelah kedatangan siswi yang bernama Sora ini bahkan tawa nya pun langsung senyap. Jujur saja, Tapi Sora ini perempuan yang tidak tahu malu—Maksudku, Baru datang tetapi dia sudah berani merangkul dan menggelayuti Sion tanpa izin. Aku tahu Sion merasa risih dengan itu karena terpancar dari wajahnya yang menandakan dia tidak suka dengan perempuan itu.

"Kau Sion, Kan?" Tanya Sora masih dengan posisinya yang menggelayuti lengan Sion.

Lihat bagaimana wajah nya yang sengaja di buat menggoda itu? Aku saja yang perempuan melihatnya ingin sekali muntah lalu apa kabar dengan Sion yang sedang di gelayuti nya itu? Aku jadi merasa yakin dengan murid perempuan yang bergosip tentang nya di hari itu dan sepertinya memang iya terlebih dengan perasaan ku saat itu.

"Kau tahu tidak, Sih? Kau jadi bahan omongan orang-orang di sekolah, Lho! Katanya ada murid baru yang ganteng dan ternyata betul ya. Boleh ya nanti?" Ucap Sora di akhiri dengan tawa kecil manja yang sengaja di buat-buat.

Boleh apalagi maksudnya?

Batinku, Menatapnya sinis.

Perempuan ganjen memang. Aku merasa geli melihat kelakuannya, Sungguh. Rasanya aku langsung tidak suka dengan perempuan bernama Sora ini. Aku tidak menyesal jika tidak tidur semalaman tapi aku malah menyesal setelah mengetahui terang-terangan dengan perempuan ini. Aku jadi merasa yakin dengan murid perempuan yang bergosip tentang nya di hari itu dan sepertinya memang iya terlebih dengan perasaan ku saat itu.

"Oh! Kau siapa?" Tanya Sora, Saat menyadari keberadaan ku lalu dia melirik Sion seolah meminta penjelasan padanya. "Kalau tidak ada kepentingan lebih baik pergi, Ya." Karena kita sedang asik, Nih!" Lanjutnya, Tersenyum ramah sok polos dan sok baik.

Padahal yang sebenarnya tidak berkepentingan itu dia yang tiba-tiba datang.

Iya, Asik. Kau asik sendiri.

Batin ku, Kini aku menatap nya sebal.

"Tangan mu kotor, Minggir sana!" Titah Sion, Menatap Sora dingin.

"Oh! Iya, Kah? Seperti nya bersih," Sora nampak memperhatikan kedua tangan nya.

Sion menunjuk ke arah jalanan koridor yang lenggang menggunakan dagunya. " Aku mengusir mu,"

"Apa? Kau, Ma-maksud mu adalah aku pergi dari sini? Kau menyuruhku untuk pergi?" Tanya Sora.

"Menurut mu?" Timpal Sion.

"Eum, Sion aku baru saja datang—" Ucapan Sora terpotong karena Sion menyergahnya dengan cepat.

"Kau itu murahan, Ya? Kepada orang tidak di kenal pun kau langsung menyentuhnya,"

"Si, Sion?—"

"Kau pikir kau siapa?"

Sora tidak bisa berbuat apa-apa melainkan rasa malu yang dia dapatkan dan itu membuat nya terdiam sejenak. Aku mengulum bibir dengan memalingkan wajah ku ke arah lain berusaha menahan tawaku. Tetapi tak lama dia berpura-pura tersenyum manis kembali seolah tidak terjadi apa-apa kemudian melirik ku sekilas dengan ekspresi ku yang datar. Tapi lagi-lagi aku memalingkan wajah ke arah lain untuk yang kedua kalinya karena aku merasa geli dan ingin rasanya tertawa terbahak-bahak karena tingkahnya itu, Melihatnya mendapatkan penolakan juga pengusiran dan secara tidak langsung di permalukan. Kalau aku jadi dia, Sudah pasti akan memakai topeng tebal keesokan harinya.

"Wah! Ada perkumpulan apa ini?"

Kami semua langsung menoleh ke sumber suara yang mengarah pada kami di sertai tepukan tangan tersebut. Ah, Siswa yang menemukan ponselku yang aku temui di depan gerbang sekolah malam itu.

"Halo, Rion!" Sapa Sora padanya, Tidak lupa dengan senyum ganjen nya.

Mulutku membulat membentuk huruf o seraya kepala ku yang mengangguk kecil saat telinga ku ini mendengar namanya di sebutkan, Perlahan aku mulai mengingat menyadari bagaimana nama nya yang seringkali di sebut-sebutkan sebagai siswa populer di sekolah, Sekarang aku dapat mengingat nya. Siswa yang baru ku ingat namanya oleh ku itu mendecih ketika mendapatkan sapaan seperti itu dari Sora seraya membuang pandangannya ke arah lain. Kami berempat menjadi berkumpul menjadi satu di tengah-tengah koridor sementara kepala ku celingak-celinguk ke sekitar ketika menyadari mereka semua, Para siswa-siswi mulai memperhatikan kami juga mereka yang saling berbisik-bisik membicarakan kami. Lebih tepatnya koridor ini menjadi sedikit mencolok karena keberadaan ketiga orang ini. Aku mana punya power seperti mereka, Keberadaan ku pastinya tidak lah penting karena aku ini seorang murid yang bahkan murid lain aku hidup saja sepertinya mereka tidak tahu.

Dampak mereka besar juga ternyata terlebih kedatangan Sion ke sekolah ini, Sepertinya memang benar mulai banyak yang penasaran dengan Sion. Dan aku paling malas berurusan dengan hal-hal drama semacam ini juga terlibat ke dalamnya termasuk juga dengan orang-orang seperti ini.

"Ihihi! Yang itu katanya Sion? Ganteng banget,"

"Betul, Kan? Aku bilang juga apa,"

Hei, Aku bisa mendengar nya tahu!

Batinku, Saat mendengar siswi lain berbisik sembari memejamkan mata.

Entah kenapa aku merasa sebal sendiri mendengar nya.

"Kau seharusnya pandai memilih. Dora atau si dedemit yang satu ini? Jangan rakus," Rion menunjuk aku dan Sora menggunakan dagunya bergantian.

Si dedemit? Maksudnya Sora?

Batinku, Terheran melirik Sora sekilas.

Sementara Sora juga sepertinya cukup kesal di panggil begitu.

Sion malah menarik tubuh ku ke samping nya, "Masih saja minta di perjelas."

"Bajingan yang satu ini memang, Bisa-bisanya kau?" Rion menatap Sion tajam.

"Rion? Kau mengenal murid perempuan ini?" Tanya Sora.

Tapi sayang nya Rion tidak mengindahkan pertanyaan Sora melainkan mengabaikan nya.

"Sayang sekali aku kurang cepat, Ya. Jujur saja, Aku kesal dengan bajingan yang satu ini," Lanjut Rion, Dia malah menatap ku.

Sion memasang senyuman sinis nya, " Kau harus tahu tempat mu, Anak haram."

"Kau mengatakan itu?" Rion nampak nya mulai marah, Matanya menajam.

"Atau kau perlu sesuatu yang bisa memantulkan suaramu? Bagaimana lantangnya dirimu menyebut ku bajingan?" Balas Sion, Dia terlihat tenang tapi juga menyeramkan tanpa menoleh pada ku sama sekali. "Mundur," Ucap nya padaku, Aku agak bingung tetapi tetap menuruti perkataannya.

Aku yang masih tidak mengerti maksud dari gerak-gerik Sion ini masih terdiam memperhatikan mereka berdua tetapi diriku pun tidak luput dari kewaspadaan ku dengan mereka yang perang mata kembali. Gelisah, Takut juga perasaan khawatir bercampur aduk menjadi satu. Aku takut, Aku takut itu akan terjadi. Pertengkaran mereka yang secara nyata di sini. Aku tidak bisa membayangkan situasi menegangkan seperti ini terjadi padaku, Ku pikir hanya terjadi di dalam cerita-cerita novel ataupun komik tapi ternyata aku juga mengalami hal yang seperti ini.

Aku mengusap wajah gusar lalu membuang napas pendek. " Astaga, Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Sora menghampiri ku kemudian ingin mendorong bahuku. "Heh! Kau!"

Aku menoleh padanya tanpa bereaksi menjawab, Bersikap datar. Bersamaan tangan ku yang dengan cepat menahan tangan nya yang sedang berusaha ingin mendorong ku itu, Sehingga membuat nya sedikit terkejut.

Pertahanan cepat macam apa itu?

Batin Sora, Terdiam.

"Pegang-pegang!" Sora sontak melepaskan tangannya kemudian membersihkan tangan nya seolah sudah memegang kotoran lalu Bersedekap dada seperti menahan rasa malu memalingkan wajah ke arah lain.

Yang benar saja? Padahal dia duluan.

Batinku, Mencibir memutar bola malas.

"Kau yang bertanggungjawab atas semua ini, Kau tahu?" Lanjut nya lagi.

Mataku menyipit menatap nya, Menunjuk wajah ku menggunakan jari telunjuk, "Hah? Aku?"

"Tentu saja! Kau pikir siapa lagi?" Kesal nya.

Menggaruk pelipis ku yang tidak gatal, Aku merasa bingung. "Kau ini belum tidur satu bulan, kah? Datang-datang sudah menyalahkan ku. Kau mau aku berikan rekomendasi channel asmr untuk membantu mu tertidur?"

"Apa maksudmu, Hah?" Rajuk nya.

Aku mengedikkan bahu santai. "Entah,"

"Tidak ku sangka bahkan Rion saja sampai mengenal mu dengan memanggil mu seperti itu, Artinya kalian dekat. iya, Kan? Bodohnya aku tidak tahu hal ini selama ini. Sejak kapan kalian dekat begitu? Sudah lama, Kan? Bisa-bisanya Rion mengenal perempuan semacam kau begini? Bisa-bisanya!" Sora menatap ku dengan tatapan sinis.

Aku yang berada di sebelahnya hanya memasang ekspresi malas mendengar celotehan nya yang tidak berguna itu.

"Herannya lagi, Murid baru bernama Sion itu juga dekat dengan mu? Aku tidak habis pikir bagaimana bisa itu terjadi? Kau pasti merasa paling cantik satu sekolah ini, Kan? Langsung membuat dua laki-laki laki-laki tampan merasa terpikat dengan mu, Kau ini memang tidak tahu diri— Heh! Kau tidak mendengar ku?" Pekiknya, Saat menoleh padaku yang tengah asik menguap.

"Ck, Kau ngomong apa, Sih? Jika kau ingin berdongeng padaku? Aku bukan orang yang tepat untuk itu. Kau tidak lihat pemandangan di hadapan kita itu apa? Kau jangan menambahkan,"

"Apa kau bilang?"

"Ocehan mu itu tidak penting,"

"Maksud mu?"

"Kau tuli, Ya? Tidak ada pengulangan kalimat,"

Kami bertatapan. Dapat ku lihat perbedaan tinggi di antara kami. Dia yang harus sedikit tengadah padaku sementara aku yang harus menunduk untuk balik menatap nya.

BUGH! BUGH! BRUG! BRAK!

"KYAAAA!!! ADA YANG BERKELAHI!"

"LARI! LARI!"

Dan benar saja, Kekhawatiran itu terjadi. Aku tidak tahu siapa yang memulai lebih dulu tetapi sepertinya mereka berdua langsung memulai saling menghantam secara bersamaan. Aku merasa tertohok sehingga mataku terbelalak, Yang ku lihat pertama adalah bagaimana mereka berdua saling berhadapan dan menatap satu sama lain, Mereka bagaikan lawan yang imbang. Benar-benar seperti musuh bebuyutan yang sudah lama tidak bertemu. Di koridor yang cukup luas ini semua siswa-siswi berhamburan mengelilingi kami, Mereka jadi bahan tontonan anak-anak lainnya yang bahkan hanya sekedar ingin lewat pun jadi ikut menonton.

Kini, Aku paham apa yang dimaksud Sion menyuruh ku untuk mundur. Jadi ini maksudnya, Karena mereka akan melakukan baku hantam. Tidak bohong, Aku merasa panik sementara yang ku lihat Sora pergi begitu saja seperti tidak mau tahu.

"Hebat juga kau! Dari dulu kau memang selalu kuat, Ya?" Ucap Rion, Dengan senyuman sinis nya. Dia menatap darah mengalir deras di tangan yang dia dapatkan dari hidung nya lalu menatap Sion.

"Kau berisik," Sion mengusap bercak darah kecil di ujung bibirnya menggunakan jari telunjuk.

Salah satu dari mereka, Rion berusaha melayangkan pukulan tinju nya lebih dulu tetapi Sion dengan cepat berhasil menangkisnya dan di balas dengan tinju nya namun sayangnya, Rion pun berhasil menghindari tinjuan yang di layangkan oleh Sion padanya.

Mereka saling mencengkeram bahu, Menatap satu sama lain.

"Kau merasa dirimu keren?" Tanya Rion kemudian.

"Kau pikir?" Sion balik bertanya.

"HEI! HEI! SUDAH CUKUP! TOLONG HENTIKAN! KALIAN TIDAK LIHAT BAGAIMANA MEREKA SEMUA MENONTON PERKELAHIAN KALIAN?" Aku memberanikan diri berjalan ke arah mereka berdua, Mencoba melerai, Menarik kerah seragam mereka berdua. "BAGAIMANA KALAU GURU SAMPAI KE MARI TERLEBIH LAGI PAK JIM!"

"HEI KALIAN!!! KALIAN MAU SAYA HUKUM, HAH?! KEMARI KALIAN!"

Kami menoleh serempak.

"Pak Jim... Gawat..." Suara ku memelan saat melihat pak Jim sedang berjalan ke arah kami tidak lupa dengan membawa tongkat kayu kebanggaan nya itu serta ekspresi wajahnya yang terlihat galak.

Demi playlist lagu yang ku sukai, Aku hanya bisa memejamkan mata pasrah sembari menyesali perbuatan ku yang sudah ikut campur. Aku tidak yakin apakah pak Jim akan mempercayai penjelasan ku sementara cctv di area koridor ini sedang rusak, Aku jadi tidak punya bukti yang kuat. Di tambah posisi ku yang seperti ikut berkelahi dengan mereka.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!