CHAPTER 02 :

"Aku menyukaimu. Mau jadi pacar, Ku?"

Begitu kalimat itu keluarsatu koridor sekolah saat itu langsung ricuh dan ramai di penuhi oleh siswa-siswi yang tengah di hebohkan oleh seorang siswa tahun ketiga, Yang sedang menyatakan perasaannya pada seorang siswi.

Aku yang sedang berjalan dari kejauhan pun menjadi sedikit tertarik untuk melihatnya. Dengan si anak baru yang namanya baru ku ketahui ini, Bernama Sion berjalan di belakangku namun sedikit berjarak. Bukan dia, Tapi aku yang menyuruhnya untuk menjaga jarak karena aku merasa jengkel padanya karena kejadian barusan. Aku mencoba menerobos di antara kerumunan siswa-siswi lainnya.

"Waah!" Seru ku.

Saat kedua mataku melihat pemandangan yang membuat ku melongo sejenak. Bukannya aku norak tetapi memang aku kadangkala jarang tertarik bahkan hampir tidak pernah menginginkan untuk menonton hal semacam ini. Biasanya aku hanya melewatinya saja. Aku memandangi mereka sang bintang utama yang membuat kehebohan hari ini secara bergantian. Satu siswa sedang berlutut dengan kedua tangannya memegang sebuah buket bunga mawar berwarna merah sementara satu lagi di hadapannya siswi yang tengah berdiri tiada hentinya tersenyum.

"Oh, Si Sora ya. Murid cewek satu angkatan sama kita,"

"Pantas saja kalau gitu. Seperti biasa, Cewek populer! Haha!"

"Kalian tahu? Banyak yang nembak dia, Tapi katanya tidak ada yang dia terima terkecuali satu orang yang pasti kalian juga tahu itu siapa, Yup! Si ganteng yang populer itu. Si ganteng yang jadi mantan nya,"

"Tapi rumor yang beredar yang nembak duluan itu Sora. Dengar-dengar karena suka sama kegantengannya dan katanya sih mantannya juga karena terpaksa,"

"Lebih tepatnya hanya karena kasihan, Haha!"

"Kenapa bisa putus, Ya? Mana cuma sebentar,"

"Entahlah,"

"Aku jika saja dilahirkan menjadi cowok sudah pasti aku tidak sudi dengan nya, Ih! Muak rasanya!"

"Hei! Jangan begitu, Parah banget kau! Hahaha!"

Aku yang sejak tadi berdiri di antara kerumunan sempat telingaku ini menangkap percakapan mereka, Melirik sekilas beberapa siswi yang berdiri sekitar satu langkah dari ku. Aku hanya terdiam mendengar mereka yang membicarakan tentang siapa yang mereka maksud sementara pandangan ku kembali lurus ke depan.

Mulut ku ber-oh ria." Jadi begini rupa dari seorang yang bernama Kang Sora itu? Jadi dia satu angkatan dengan, Ku? Aku baru tahu."

Ya, Itulah namanya. Nama yang seringkali telinga ku dengar tetapi aku tidak mengetahui secara pasti bagaimana rupanya itu dan fakta dari Siswi yang baru ku ketahui hari ini bahwa dia itu satu angkatan dengan ku. Dia berambut panjang dengan sedikit bergelombang di bagian bawah rambut yang hampir menyentuh bokong, Memakai bando pita berwarna merah di kepala, Selalu memakai barang yang branded ketika datang ke sekolah, Memiliki perawakan yang kurus tetapi pendek dari ku tidak lupa dengan riasan nya yang agak mencolok. Rumor yang beredar tentang nya adalah bahwa dia datang dari keluarga super kaya dan dia di nilai cantik juga sempurna, Berkepribadian baik dan juga karena memiliki nilai akademiknya yang bagus. Maka dari itu, Dia populer.

Aku jadi berpikir dalam diam, Memberi tatapan menyelidik kepada murid perempuan yang bernama Sora itu. Yakin kah dia sebersih itu? Tidakkah ada sisi gelap yang dia tutupi? Yakin dia datang dari keluarga super kaya? Apa itu betulan kepribadian aslinya? Yakin dia sepintar itu dengan rumor akademik nya yang bagus? Dia seperti memanfaatkan beauty privilege yang dia miliki itu untuk hal yang—Ah, Seperti itu pokoknya. Aku tidak yakin sih karena aku bukan cenayang hanya sebatas perasaan ku saja. Tetapi setelah mendengarkan beberapa murid perempuan yang bergosip tentang nya itu, Sepertinya dia juga sedikit tidak di sukai secara diam-diam. Dan terlebih lagi dia hanya menerima satu orang saja, Apa itu yakin dan bisa menjadi sebuah jaminan bahwa dia memang bersih tidak berhubungan dengan banyaknya lelaki?

"Bisa-bisa kerasukan,"

Aku terkesiap saat suara serta napas hangat seseorang berhasil menembus telinga juga leher ku secara bersamaan dari arah belakang dan pelakunya adalah Sion. Dia beralih berdiri di samping ku ikut menonton. Entah sejak kapan dia sudah berdiri di belakang juga.

Tapi, Hei coba lihat!

Ekspresinya jauh lebih dingin daripada sebelumnya, Sorot matanya pun sungguh lebih berbeda daripada sebelumnya. Melihat reaksinya seakan-akan sangat tidak suka dengan hal semacam ini. Mataku mendapati perhatian beberapa murid-murid perempuan di sini sempat teralihkan pada Sion. Harus ku akui sih memang tampangnya itu cocok menyandang gelar tampan. Ku akui, Untuk sementara.

"Ih! Apa, sih? Bikin kaget saja," Gerutuku, Meliriknya penuh kekesalan.

"Konyol,"

"Hah?"

Aku menoleh cepat padanya. Menatapnya yang sedang memandang lurus ke depan. Benar-benar pandangan yang tidak ada gairahnya sama sekali. Aku terheran sembari mencerna maksud kata konyol yang keluar dari mulutnya barusan itu. Sepersekian detik aku menunggu berharap mendapatkan sebuah alasan, Penjelasan maupun hanya sekedar balasan jawaban darinya tetapi yang kudapatkan hanyalah dia yang tiba-tiba saja melenggang pergi dari kerumunan tanpa sepatah katapun.

"Ah, Si-Sion? kau belum... Ah! Nyebelin banget memang!"

Yang ku dapati hanyalah dia yang memberiku kode tangan seperti, 'Sana! Kau tonton sendiri saja'. Dan terus berjalan pergi dengan tidak mempedulikan murid-murid yang sedang terkesima di setiap langkah nya.

...----------------...

Kegiatan belajar mengajar sudah berlangsung kembali selama setengah jam berlalu. Sesekali mataku melirik ke arahnya. Siapa lagi kalau bukan Sion yang sekarang menjadi teman satu bangku dengan ku, Padahal sudah enak di biarkan kosong bangku yang dia duduki itu. Benar-benar tidak ada pembicaraan di antara kami, Seisi kelas pun juga sangat hening. Hanya terdengar bunyi gesekan-gesekan yang di hasilkan kapur pada papan tulis. Juga, Gesekan yang di hasilkan dari ballpoint ku yang iseng mencoret-coret sesuatu di lembaran buku cetak pada bagian akhir yang kosong.

Ku perhatikan sedikit dia, Nampak sangat tenang seperti tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami. Dia benar-benar fokus memperhatikan guru yang sedang mengajar sambil mencatat. Aku bahkan tidak bisa fokus mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung ini, Entah kenapa aku sedikit merasa malas dan ini terasa membosankan. Rasanya itu seperti masuk melalui telinga kanan lalu keluar melalui telinga kiri ku.

"Apa lihat-lihat?"

Aku memundurkan kepalaku, Memutar bola mata malas lalu kembali ke aktivitas kecilku, Aku mencibir. "Ge'er banget jadi orang.

Ya, Walaupun sebenarnya memang benar aku diam-diam tadi sedang memperhatikannya.

Sion sempat melirik lutut Jurin, Sebelah tangannya yang terbebas merogoh saku blazer miliknya lalu di keluarkannya benda itu dari sana. Kemudian menaruhnya pada meja milik Jurin.

"Pakai itu," Titahnya padaku.

"Apa? Pakai apa? Kalau tidak mau?" Tanya ku tanpa melihat ke arah nya.

"Buang," Jawab nya singkat.

Aku yang sedang sibuk mencoret-coret buku menjadi terhenti sejenak setelah mendengar jawaban nya.

Alisku mengkerut. "Plester?"

Perhatian ku teralihkan pada satu plester bermotif lucu yang di berikannya padaku kemudian meliriknya secara bergantian dengan dia yang tidak menatap ku sama sekali. Lantas ku letakkan ballpoint berniat mengambil benda tersebut dengan sedikit ragu-ragu tetapi pada akhirnya berhasil ada pada genggamanku. Sesaat kedua mataku menatap plester itu agak lama. Dia sepertinya sempat memerhatikan sebelah lutut ku yang masih belum di apa-apakan lukanya. Ternyata, Dia diam-diam perhatian juga.

"Terimakasih plester nya," Ucapku, Pelan meliriknya sekilas.

"Kau sudah berhutang padaku. Pertama makanan, Kedua tenaga karena aku menggantikan mu melaksanakan pekerjaan mengepel dan yang ketiga plester itu," Katanya tiba-tiba.

Aku yang mendengar itu lantas saja perasaan ku langsung merasa jengkel dengan penuturannya itu.

"Apa-apaan itu? Kalau tidak ikhlas ya tidak usah. Perhitungan banget kau!" Aku mendorong bahunya pelan.

"Keychain itu juga harus kembali," Ucapnya lagi.

"Itu lagi yang di bahas? Sudah ku bilang aku tidak tahu. Bukannya kau bilang tadi lupakan? Lalu kau lanjut mengepel lantai dan aku melanjutkan makan ku. Kau itu sudah pikun, Ya? Hah? Degil banget sih, Kau? Kau itu manusia paling menyebalkan yang pernah aku temui, Kau tahu?" Mataku melotot, Menatap nya penuh emosi tetapi tanpa meninggikan suara ku.

Seakan tidak memiliki telinga, Dia hanya bergeming tanpa memperdulikan ocehan ku dan mengambil plester dari tangan ku dengan cepat.Tangannya yang besar dan kuat menarik kursi ku dengan mudahnya untuk lebih mendekat padanya, Memposisikan dirinya menghadap padaku, Menunduk dan memulai memasangkan plester pada luka di lutut ku dengan penuh kehati-hatian. Aku terkejut sekaligus tercengang di buatnya, Yang hanya bisa aku lakukan hanyalah diam mematung seperti patung. Kemudian kepala ku pun perlahan ikut menunduk memperhatikan kedua tangan nya yang sibuk menempelkan plester pada lutut ku.

Tidak lama mata kamipun bertemu. Bahkan hidung kami hampir bersentuhan. Ini terlalu dekat, Sungguh. Kami benar-benar bertatapan. Wajah itu, Wajah yang suka sekali mengeluarkan ekspresi dingin dan datar mendadak berubah menjadi ekspresi wajah penuh kehangatan. Matanya yang memiliki sorot tajam itu tiba-tiba saja berubah menjadi mata yang penuh kelembutan.

Apa ini?

Jantungku rasanya tiba-tiba saja berdegup begitu kencang sampai-sampai aku menelan air saliva ku sendiri. Kedua tangan ku mengepal kuat-kuat menahan rasa hawa panas dingin yang menyapu seluruh tubuhku. Aku seperti terbius tidak bisa melakukan apa-apa. Sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

"E-hem! Yang di bangku pojok dekat jendela. Ciumannya sudah atau belum?"

Suara guru yang menggelegar berhasil membuat kami tersadar. Bukan, Maksudnya adalah aku yang paling terkesiap mendengar ucapan sang guru. Dan itu membuat satu kelas menoleh pada kami. Aku kelabakan dan jadi panik sendiri.

"TI-TIDAK BU!!!" Pekik ku, Mendorong tubuhnya kuat-kuat dengan tanganku. Kemudian menjauhkan kursi ku darinya dan berusaha memperhatikan pelajaran dengan sedikit tremor pada kedua tangan ku.

Dia pun kembali ke aktivitas nya semula. Lagi? Seperti tidak terjadi apa-apa. Dan guru menyuruh siswa-siswi untuk kembali memperhatikan pelajaran.

Apa, sih? Sok manis.

Batinku sebal.

Aku pun memalingkan wajah ke arah jendela karena sedikit malu. Sesekali aku melirik dan memelototi beberapa siswa-siswi yang tengah asik meledekku habis-habisan. Termasuk Park karin, Teman dekat ku yang duduk di bagian paling depan tetapi masih satu barisan dengan ku sementara aku memang duduk di bagian paling belakang. Ah, Sungguh ekspresinya yang amat sangat menjengkelkan itu. Rasanya ingin aku melemparinya dengan buku kamus tebal yang berada tepat di atas mejaku ini.

"Awas kau, Ya!" Ancam ku padanya dengan mulut komat-kamit tanpa suara sembari melayangkan kepalan tinju seolah-olah akan meninjunya.

"Nyenyenye... " Ledeknya.

"Park karin!" Tegur guru padanya.

"Ya bu, Ehem!" Karin segera memperhatikan kembali pelajaran.

...----------------...

Ting... Tong... Ting... Tong...

Ting... Tong... Ting... Tong...

Semua siswa-siswi bersorak gembira saat bel pulang sekolah di bunyikan. Mereka semua berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Termasuk aku bersama teman ku ini, Karin. Kami berdua sedang berjalan di lapangan menuju gerbang utama sekolah berniat pulang bersama hari ini naik bus. Kami memang satu arah yang membedakan adalah jarak rumah kami, Yang menjadikan aku turun lebih dulu dari bus sementara Karin harus berhenti di pemberhentian halte bus selanjutnya. Sebelum benar-benar pulang kami ingin berjalan-jalan dulu sebentar.

"Rin, Lepaskan aku!" Dia menepuk-nepuk lengan ku yang di kalungkan pada leher dan kepalanya tetapi dia juga masih sempat cekikikan.

"Tidak! Tidak bisa! Tukang ledek seperti mu tak usah di beri ampun, Rasain!" Tolak ku, Mengencangkan posisi lengan ku padanya.

"Janji tidak di ulangi lagi deh," Dia memohon sambil menunjukkan sign peace.

"Tidak! Tidak bisa!" Aku menggeleng cepat, Masih kekeuh dengan pendirian ku.

"Nanti ku belikan es krim deh," Tangan nya membentuk gestur memohon.

"Tidak ada tawar menawar ini bukan pasar," Tolak ku lagi. Tidak berniat melepas lengan ku.

"Ih, Juriiiiiiin!"

"Ih, Kariiiiiiin!"

"Ampuni akoeeeeeh!"

"Menjijikkan!"

"Jahat!"

"Memang!"

...----------------...

Sementara itu di wastafel luar di dekat area taman sekolah. Sion sedang mencuci tangan dengan santai tetapi entah datang darimana seorang siswa berambut cokelat terang ini bertepuk tangan sekaligus tertawa remeh kepada Sion.

"Ternyata di sini tamunya. Hebat juga ya, Baru masuk saja sudah jadi bahan omongan warga sekolah haha! Ya! Ya! Ya! Aku tahu kau tidak akan peduli dengan itu. Namanya juga Kim sion si anak bajingan," Sindir nya dengan penuh penekanan di akhir kalimat.

"Lalu?" Tanya Sion dengan nada rendah berekspresi datar, Menatap siswa yang tiba-tiba mendatangi nya itu.

Kini mereka malah saling beradu tatapan penuh sengit.

"Cih! Aku memang paling tidak suka padamu, Sial! Setelah sekian lama tidak pernah bertemu dan sekali nya bertemu malah semakin muak!" Siswa pemilik blonde itu menatap Sion dengan pandangan penuh remeh.

Tetapi Sion tak gentar dengan itu, Dia tetap tenang. Berjalan mendekat ke arah di mana siswa itu berdiri dan berhenti tepat di sebelahnya sementara pandangan nya lurus ke depan tanpa berniat melirik sedikitpun, Tak lama Sion mencondongkan kepalanya sedikit.

"Kalau begitu kita sama, Anak haram," Bisik Sion pada telinga siswa itu dengan kalimat terakhirnya yang penuh penekanan kemudian melenggang pergi dari sana.

Memang hanya sedikit kata yang keluar dari mulut Sion tetapi sepertinya itu berhasil membuat siswa tersebut naik pitam sekarang. Tangannya mengepal kuat bersamaan dengan rahangnya yang mengeras, Sorot matanya menajam dan dadanya nampak naik turun menahan emosi.

"Anak haram katanya? Memang dasar bajingan—"

"Oi, Let's go! kita main ke warnet!"

"Ayolah! Ayo, Kita main sudah lama iya, Kan? Haha!"

Ucapan si rambut blonde terpotong karena beberapa teman-temannya datang menghampirinya lalu membawanya pergi dari sana dan seolah-olah dirinya pun lupa seketika akan kejadian barusan, Terhanyut dengan pembawaan teman-teman nya yang begitu ceria.

Bagaimana pun aku tidak menyangka kami akan bertemu kembali.

Batin si rambut blonde, Dalam diam.

...****************...

Terpopuler

Comments

Guillotine

Guillotine

thor, bisa bikin sekuelnya? Pengen baca terus nih!

2023-11-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!