"Ayo alika! Semangat demi cuan!" Gumam alika dengan nafas yang tersengal sengal mengayuh sepedanya.
Alika terus mengayuh sambil membawa 3 kresek yang berisi baju kotor dengan beratnya ia terus berusaha agar bisa sampai dirumahnya. Setelah berusaha keras mengayuh dengan rasa syukur alika akhirnya sampai juga di halaman rumah nya. Alika menyandarkan sepedanya sebentar dan alika langsung menjatuhkan dirinya di aspal dengan kaki yang diluruskan lalu memijat lututnya yang terasa pegal. Dengan nafas yang ngos ngosan alika menghirup udara dengan rakusnya dan membuangnya kasar. Ema yang baru keluar melihat alika duduk dihalaman rumahnya dengan kaki yang dibiarkan lurus khawatir.
"Yaa Allah Alikaa...!" Teriak ema berlari kecil menghampiri alika yang sudah basah kuyup karena keringat dan air susu nya. "Kamu kenapa? Kenapa basah kuyup begini?" Tanya ema lagi khawatir.
"Haaahhh.. Alika capek banget mah! Coba mama bayangin alika harus mengambil laundry pake sepeda dan harus bawa 3 kantong kresek besar yang berat! Capek nya luar biasa mah!" Sahut alika dengan nafas yang tak beraturan.
"Yaa Allah.. Ya sudah kamu mandi gih.. Ini anak kamu udah rewel dari tadi! Masalah laundry nanti biar mama yang bawa ke dalam!" Titah ema masih menggendong si kecil.
Alika tak menjawab dia hanya menganggukan kepalanya lalu bangkit dari duduknya dan bergegas membersihkan dirinya agar anaknya bisa menyusu dengan nyaman. Tak berselang lama alika sudah selesai mandi dan berganti pakaian lalu mengambil anaknya yang digendong oleh ema dengan segera alika menyusui anaknya hingga terlelap. Alika yang merasa lelah juga ikut terlelap. Namun alika terkejut karena ema membangunkan alika dengan menggoyangkan lengan nya tanpa bersuara.
"Eh kenapa mah!" Ucap alika setengah berbisik agar anak nya tidak bangun.
"Itu Laundry nya mau di apakan? Biar mama yang ngerjain semua nya lalu kamu kembali istirahat!" Ujar ema dengan setengah berbisik.
Alika tak menjawab ucapan ema dia langsung bangkit dan keluar dari kamar nya lalu bicara panjang lebar di luar kamar agar tidak mengganggu anaknya.
"Itu katanya ada baju putih seragam sekolah mah! Dia minta seragam putih nya agar seperti baru lagi dan bersih! Apa harus pakai pemutih ya mah?" Ujar alika menceritakan kemauan pelanggan.
"Oooh itu biar jadi urusan mama! Mama jamin pelanggan bakal puas setelah bajunya diantar!" Sahut ema dengan begitu percaya diri.
"Oooh yaa terserah mama aja deh! Kalo urusan setrika biar urusan alika!" Ujar lagi alika kemudian meninggalkan ema yang mencuci bajunya.
Alika kembali masuk ke kamarnya dan kembali merebahkan dirinya disamping si kecil. Alika memejamkan matanya dan tak butuh waktu lama alika terlelap dengan sendirinya karena dirinya sangat lelah hari ini.
***
Satu bulan kemudian
Alika sudah hampir mencapai kesuksesan nya menjalani usaha laundry nya. Dengan begitu semangat alika mengantar jemput laundry nya menggunakan sepeda dan di taruh keranjang di belakang nya untuk menaruh pakaian yang akan dia antar atau dia ambil. Terkadang alika juga membawa anaknya ikut bersepeda dengan menggendong nya menggunakan kain selendang nya.
Sudah banyak pelanggan yang sangat puas dengan hasil cucian alika. Bahkan ada yang memberinya sedikit bonus karena alika sambil membawa anaknya yang ia gendong. Alika bahagia karena alika kembali menghasilkan uang meskipun sambil mengurus anaknya dirumah. Namun pada suatu malam alika begitu merasa sangat kesal yang begitu besar. Alika melihat fahri yang dengan santai nya mondar mandir tak mau bekerja hanya ongkang ongkang kaki dirumah makan dan minum numpang sama alika dan membuat alika merasa geram jika melihat lelaki yang pemalas. Alika yang sedang menyetrika baju tak melihat anaknya disekitarnya. Namun alika mencari keberadaan anaknya dan ternyata fahri membawanya ke kamar ema dan mengajaknya main. Alika tidak terima dan langsung merebut anaknya dari pangkuan fahri.
"Jangan pernah sekalipun kamu menyentuh anakku!" Pekik alika tak terima anaknya disentuh oleh fahri.
Fahri hanya diam tak menggubris akhirnya mengambil ponselnya lalu memainkan nya. Alika meninggalkan fahri dan mengoceh panjang lebar pada fahri setelah keluar dari kamarnya.
"Dasar lelaki cuma bisa nya masukin burung ke dalam sangkar wanita saja! Menikah tapi tak mau menafkahi istrinya malah numpang makan sama istri! Apa orang tua kamu gak mendidik kamu sebagai suami yang tanggung jawab pada istri nya!" Pekik alika mengoceh tak ada habisnya karena sudah terlalu sabar sejak alika membuka usaha laundry fahri justru malah keluar dari pekerjaan nya dan memilih menganggur tak mau bekerja.
Ema yang mendengar pertengkaran mereka akhirnya beranjak dari duduknya lalu menghampiri alika diruang tengah yang sudah menggendong anaknya.
"Ada apa alika?" Tanya ema yang tak tau duduk permasalahan mereka.
Alika yang berdiri menggendong anaknya tak menjawab ucapan ema hanya meliriknya sekilas dan kembali menatap fahri yang berdiri didepan pintu kamarnya. Ema melihat fahri tertawa dan mengoceh tidak jelas pada alika yang didengar oleh ema.
"Hahahahaha...! Orang ibumu saja diam tak mempermasalahkan aku mau bekerja atau tidak! Kenapa jadi kamu yang marah dan ngomel gak jelas? Hahahaha dasar wanita sinting! Pantas saja suamimu meninggalkan kamu karena kamu wanita sinting!" Ujar fahri dengan enteng nya membuat alika tersulut emosi.
Ema yang melihat mereka berdua bertengkar bingung tidak tau harus melakukan apa karena hanya fahri pria satu satunya yang berada dirumah itu.
"Eeeeh jaga bicaramu yaa! Jangan salah! Aku yang meninggalkan suamiku! Bukan dia yang meninggalkan aku! Kalau tidak tau jangan sok tau!" Teriak alika menunjuk jarinya diwajah fahri.
"Heh! Jaga sikap kamu yah! Kamu itu sudah aku kasih makan setiap hari!" Teriak fahri kembali menunjuk tangan nya diwajah alika.
"Hahahahaha...! Apah kamu memberiku makan setiap hari? Cih! Aku makan dengan hasil kerjaku sendiri! Kamu yang ikut makan denganku! kamu sengaja resign dari pekerjaanmu dan hanya ingin numpang makan dengan ku! Aku sudah tau akal busuk kamu yang hanya ingin dikasih makan dan dikasih uang dari mamaku!" Teriak alika tak peduli dengan tetangga yang akan mendengar suaranya. "Dasar pria gak tau malu gak tau diri dan hanya bisa menjatuhkan harga dirinya sendiri!" Pekik alika dengan nada merendahkan lalu membalikan badan nya ingin kembali keruang keluarga untuk menenangkan anaknya yang menangis histeris.
Ema menjerit dan berlari kecil ke arah alika karena melihat fahri berjalan mengambil gelas dan akan melemparnya ke arah alika.
"Praaaang..!" Fahri melempar gelas ke arah alika dan beruntungnya ditampik oleh ema yang melihatnya.
Alika berbalik dan melihat ke arah fahri dan tertawa ternyata fahri tidak tepat sasaran. "Hahahahha.. Kamu itu lelaki banci! Hanya beraninya sama perempuan!" Ledek alika karena gelasnya tak mengenai dirinya.
"Sudaaah... Sudaaaah! Cukup! Malu sama tetangga!" Teriak ema yang daritadi gemetar dan panas dingin bingung melihat anak dan suaminya bertengkar.
"Lihat kan sekarang siapa suami mama yang sebenarnya?" Ujar alika masih dengan nada emosinya.
Ema tidak menjawab ucapan alika. Ema sekarang hanya merasa bingung celingukan akan membela anaknya atau suaminya. Yang pasti ema tidak memihak siapapun karena tidak ingin masalahnya akan semakin rumit. Mereka berdua masih saling beradu mulut dan ema mengambil cucunya agar tidak terkena dampak emosi dari keduanya. Ema sudah kesal karena mereka masih saja beradu mulut tidak mau berhenti. Ema akhirnya beranjak menuju dapur mengambil pisau dapur dan menyerahkan nya pada mereka berdua.
"Nih..! Mama sudah ambilkan pisau! Ayo lebih baik kalian saling membunuh saja jika tidak mau berhenti berdebat!" Pekik ema kesal dengan kelakuan mereka berdua. "Ini..! Ayo bunuh suami mama!" Ujar ema menyodorkan pisaunya diserahkan pada alika. Alika tidak menggubris ucapan ema dan ema beralih menyerahkan pisaunya pada fahri. "Jika kamu tidak mau, Nih bunuh anakku agar kamu puas!" Ujar ema menyerahkan pisaunya pada fahri.
Ema celingukan melihat keduanya sudah terdiam dengan nafas yang tak beraturan. Fahri yang melihat ema bersikap seperti itu akhirnya memilih pergi dari rumah untuk menenangkan diri. Sedangkan alika mengambil anaknya dari gendongan ema lalu pergi ke kamarnya dan menguncinya dari dalam. Ema yang melihat mereka berdua sudah pergi melempar pisau itu ke dinding dan menjatuhkan dirinya ke lantai. Ema menangis sejadi jadinya melihat pertengkaran anak dan suaminya yang saling membenci. Entah ema harus bagaimana sekarang, yang pasti ema ingin mengakhiri semua nya tapi apa daya ema tak tau harus berbuat apa. Hati ema sakit dan terluka karena anak dan suaminya tidak bisa saling menerima satu sama lain. Fahri yang melihat alika selalu mengacuhkan nya bahkan tidak mau diajak bicara akhirnya membencinya dan mengakuinya pada ema sang ibu. Alika yang melihat kelakuan fahri yang selalu cari muka dengan ema juga membenci sikapnya karena tidak tulus mencintai ema dari hati. Melainkan mencintai ema karena ingin dikasih makan seperti layaknya berondong pada tante tante nya.
...****************...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Putra Al - Bantani
wah, burung apaan itu ya?
2023-11-10
0
Uisie
Definis ibu kuat, Mbak Alika/Smile/
2023-10-15
1