*Enam bulan kemudian*
Ema menikah dengan fahri. Fahri yang berstatus bujangan dengan usia yang lebih muda 2 tahun dari alika membuat alika sedikit kesal dengan ibu yang sudah membesarkan nya itu. Alika kecewa dengan keputusan ema yang menerima fahri begitu saja. Bahkan bukan cuma alika saja yang tidak setuju. Semua rombongan pengajian ema tidak menyetujui ema menikah dengan fahri. Karena usia mereka terpaut sangat jauh 20 tahun. Ema saat ini berusia 40 tahun sedangkan fahri berusia 22 tahun. Sangat disayangkan bagi alika jika mereka menikah. Karena bagi alika mereka lebih pantas sebagai anak dan ibunya bukan suami istri. Bukan hanya keluarga alika yang tidak setuju. Ibu dari fahri pun juga tidak setuju, bagi ibunya fahri anaknya masih laku menikah dengan seorang perawan kenapa harus menikah dengan janda yang sudah mempunyai 2 cucu itu sangat memalukan bagi ibunya fahri. Sedangkan ayahnya fahri sangat setuju karena Abah nya Ema dan Ayahnya fahri adalah sahabat sejak kecil dulu. Jadi ayah nya fahri sangat setuju jika mereka menikah untuk menyambung tali persaudaraan kembali yang dulu sempat putus karena kesibukan masing masing.
"Mama yakin akan menikah dengan dia?" Tanya alika yang sudah mempunyai firasat tidak enak.
"Mama terserah apa kata Allah! Jika pernikahan ini terjadi semua atas kehendaknya!" Jawab ema dengan enteng nya.
"Jika mama menolak pernikahan ini tidak akan terjadi mah! Ini terjadi karena mama menerima nya!" Ucap alika membuat ema terdiam.
"Sudahlah! Berdebat denganmu tidak akan ada habisnya!" Sahut ema santai.
Alika yang merasa sudah tidak dihargai akhirnya memilih pergi dari kamar ema dan masuk ke kamar nya sendiri. Alika kesal karena ema dengan mudah nya menerima lamaran dari keluarga fahri. Alika sangat tidak menyukai fahri sejak awal dirinya datang untuk bertaubat dan malah justru merayu ema yang sudah lama tidak mendapatkan belaian dari seorang lelaki.
Satu bulan kemudian hari yang ditunggu tunggu akhirnya datang. Hari ini adalah hari pernikahan ema dan fahri. Ema sudah dirias sebagai seorang pengantin menggunakan gaun cantiknya. Alika justru masih sibuk mengurus anaknya di dalam kamar dengan penampilan yang acak acakan.
"Eva.. Tolong panggilkan alika! Dia harus jadi pendampingku saat menuju KUA nanti!" Titah ema pada salah satu murid pengajian nya.
"Iyaa mba ema!" Sahut eva dan beranjak dari duduknya menuju kamar alika.
"Tok! Tok! Tok!"
"Mba Alika di panggil mba ema!" Ujar eva masih di luar pintu kamar alika.
Alika membuka pintunya dengan penampilan masih menggunakan celana kolor nya dan kaos santai nya dengan rambut yang di cepol bahkan belum di sisir rapi membuat eva terkejut melihat penampilan alika. "Bilang sama mama. Aku akan kesana!" Ujar alika dengan wajah datar nya.
Alika tidak bahagia melihat ema menikah dengan fahri. Karena bagi alika ini pernikahan yang sangat memalukan bagi dirinya. Alika menutup kembali pintu kamarnya dan melangkah menuju kasurnya lalu menggendong anaknya untuk dibawa ke kamar ema. Alika keluar dari kamarnya dan melangkah menuju kamar ema.
"Ada apa mah?" Tanya alika yang sudah dikamar ema dan melihat ema sudah dirias oleh pihak MUA.
"Ya Allah Ya Robbi alika! Kamu kenapa masih acak acakan begini?" Ujar ema terkejut melihat alika masih dengan penampilan.biasa saja. "Kamu kan akan menjadi pendamping mama sampai KUA nanti! Kenapa kamu belum siap? Sudah buruan sana! Sebentar lagi kita jalan!" Pekik ema sedikit kesal dengan tingkah anaknya.
"Mama minta pendamping lain saja! Aku tidak bisa ikut! Anakku rewel mah! Minta nindia atau mba rodiyah untuk mendampingi mama!" Jawab alika dengan santainya dengan wajah datarnya.
"Astaghfirullahal'adzim! Kamu ini anak tertua harusnya kamu yang mendampingi! Bukan adikmu atau orang lain!" Pekik ema merasa frustasi dengan sikap alika yang keras.
"Maaf mah! Aku gak bisa! Anakku rewel dari semalam! Aku mohon jangan paksa aku!" Sahut alika langsung membalikan badan nya dan melangkah menuju kamarnya dan menguncinya dari dalam.
Ema berlari kecil menyusul alika untuk bicara namun pintunya sudah ditutup lebih dulu oleh alika. "Alika..! Alika kamu jangan keras begini doong! Dengar mama dulu!" Teriak ema menggedor kamar alika hingga membuat anaknya terbangun dan menangis.
Alika membuka pintunya dengan kesal karena anaknya kembali terbangun gara gara ema. "Aduuuh mama bisa pelan gak sih ketok pintunya! Lala jadi bangun karena mama teriak!" Pekik alika membentak ema karena emosi.
"Alika mama mohon jangan seperti ini! Bersiaplah mama tunggu karena acara akad nya sebentar lagi! Dan mobil juga sudah siap!" Ujar ema memohon pada alika untuk bersikap dewasa.
"Aku gak bisa mah! Mama lebih memilih dia daripada memilih saranku sebagai anak mama! Jadi mama minta tolong pada yang lain saja yang menyetujui pernikahan mama dengan nya jangan aku! Karena sampai kapanpun aku gak setuju mama menikah dengan dia!" Pekik alika lagi membuat semua orang yang disana juga ikut mendengarnya. "Sungguh memalukan!" Gumam alika kemudian menutup pintunya dan menguncinya kembali dari dalam.
Ema sudah pasrah dengan sikap alika yang seperti itu. Ema hanya bisa pasrah karena alika jika sudah membuat keputusan seperti itu maka tidak akan bisa dirayu dengan cara apapun. Karena alika mempunyai prinsip yang tinggi.
Kini ema dan rombongan sudah pergi ke KUA dan meninggalkan alika dirumah sendirian. Ema menangis sepanjang perjalanan menuju KUA. Ema bingung karena dirinya berada di dua keputusan yang sulit. Ema berfikir karena alika adalah seorang janda yang masih membutuhkan banyak biaya dan akhirnya ema memutuskan untuk menikah lagi agar bisa memberi makan keluarga nya tanpa harus memeras otak nya lebih dulu. Sedangkan alika tidak memikirkan hal itu karena dirinya ingin kembali bekerja jika ada pekerjaan yang bisa menerima kondisi dirinya sudah mempunyai satu anak.
Ema dan rombongan nya sudah sampai di Kantor KUA untuk melaksanakan pernikahan nya. Semua orang sudah berkumpul dan sudah waktunya untuk melaksanakan ijab.
"Saudara Fahri!" Tegas penghulu menyalami fahri dengan takzim.
"Saya pak!" Sahut fahri dengan wajah tegang.
"Saya nikahkan engkau dengan saudari ema binti Zafar bin Thalib dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Tegas penghulu dengan satu nafas mengucapkan ijab.
"Saya trima nikahnya Ema binti Zafar bin Thalib dengan mas kawin tersebut tunai!" Sahut fahri dengan satu nafasnya.
"Bagaimana saksi? Sah?" Tanya penghulu pada saksi kanan dan kirinya.
"Saah.. Saah..!" Sahut kedua saksi disamping mereka.
Ema menitikan air matanya karena sekarang statusnya sudah sebagai istri dari fahri. Ema sedih karena anak kesayangan nya alika tidak mau menghadiri acara sakral seumur hidupnya. Namun ema tetap berusaha kuat dan tegar seakan tidak terjadi apa apa. Ema menyalami tangan fahri yang seharusnya menjadi anaknya dengan begitu takzim nya. Ema yang sekarang statusnya sebagai ustadzah harus menikah dengan seorang pria yang usia nya pantas sebagai anaknya.
Alika hanya terdiam tanpa mengatakan apapun dan pandangan nya lurus kedepan dengan tatapan kosong diatas kasur menunggu anaknya yang masih tidur disampingnya dengan begitu lelap nya. Alika terus bergumam dalam hatinya karena merasa tidak terima dengan keputusan ibunya yang dengan entengnya mau menerima fahri sebagai suaminya.
...****************...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
luna violet☆
hmm bener sih
emaknya gk mikir dulu kalo mau nikah
2023-12-04
2
luna violet☆
mangat ya thor
2023-12-04
1
luna violet☆
hah?! napa bisa begitu🗿🗿
ibu2 nikah sama bujangan apa gk takut ada apa apa🗿🗿
2023-12-04
1