BAB 4 PENYESALANKU

Hari ini aku buru-buru berangkat kekampus, karena bangun kesiangan, tadi habis subuh ketiduran lagi. Aku lari tanpa henti takut telat masuk. Apalagi hari ini dosennya killer banget. 1 hari gak masuk langsung dikurangi nilainya. Daripada nilai yang selama ini aku tabung dengan cara mengerjakan tugas dan aktif di kelas hilang percuma gara-gara telat masuk. Aku cepat naik tangga yang kebetulan ruang kelasku lantai 4, aku tetap lari walau sebenarnya nafas dan kakiku sudah mulai lemas. Sesampainya didepan pintu, aku mencoba tarik nafas dan mengetok pintu. "Assalamualaikumsalam" ucapku dengan berusaha tenang. Pintu seketika terbuka dan dosenku menyilahkan masuk. Aku bersyukur karena mata kuliah belum di mulai. Aku melirik desi yang ternyata sudah duduk santai sambil melihat ke arahku. Aku mencoba meluruskan kaki yang dari tadi terasa lemas karena dibuat lari terus. Jam pelajaran berjalan lancar, kini tibalah jam keluar. Dosenku keluar ruangan, desi langsung menghampiriku.

"Yaelah kamu kok bisa telat Naj, padahal tadi pagi kamu yang bangunin aku" desi melihatku dengan tatapan heran.

"Tadi aku tidur lagi heee" jawabku dengan bibir tersenyum. Aku mengajak desi untuk pergi ke kantin karena perutku sudah memangil-manggil. Kini sebutan MABA sudah tidak berlaku lagi padaku karena, aku sudah kuliah setengah perjalanan. Sesampainya disana, aku lihat iwan, deden dan panji. Mereka bertiga tadi bolos kuliah. Aku menghampiri mereka dan mengagetkan mereka yang lagi khusu' makan.

"Woyyy tadi kalian pada bolos ya" kataku sambil duduk dekat mereka. Desipun juga duduk sebelah deden.

"Aku kesiangan e, tadi malem aku, deden dan iwan nongkrong ampek malem, jadi aku nginep dikos iwan malah gak ada yang bangunin" jawab panji yang terus ngunyah makanan. Kami bercanda bersama namun tiba-tiba handphonku berdering, kulihat layar handphonku ternyata bapak yang telfon. Aku berdiri meninggalkan teman-temanku mencari tempat sepi agar suara bapak bisa terdengar.

"Hallo, Assalamualaikum bapak" ucapku

"Waalaikumsalam Nak, bagaimana kabarmu Nak?" tanya bapak di seberang.

"Alhamdulillah kabar Najwa baik-baik saja pak, kabar bapak dan ibu bagaimana? Tanyaku kembali.

" Baik juga Nak, oiya bapak sudah panen padi kemaren, apa uang kamu masih ada Nak? Biar nanti bapak menjualnya buat dikirim ke kamu" ujar bapak dengan suara semangat.

"Tidak usah pak, uang Najwa masih ada sisa beasiswa yang turun kemaren" ucapku lagi dengan suara terharu sekaligus rindu berat pada bapak dan ibu. Kami ngobrol panjang lebar, hingga telponpun putus. Aku segera balik ke kantin sambil liat pesan masuk ternyata panji WA aku, aku mencoba membacanya.

"Naj, nanti ikut aku bentar yok tapi jangan bilang sama yang lain ya" begitulah isi chat panji, akupun membalasnya dengan meng iyakan. Aku duduk kembali seperti tidak ada apa-apa. Panji melihatku sambil tersenyum, akupun balik tersenyum padanya. Kebetulan hari ini mata kuliah cuma 1 jadi bisa santai-santai. Iwan dan deden ngajak panji main PS dikosnya, Karena mereka memang sering main PS disana. Panji tergolong anak orang berada diantara kami, tak jarang panji yang sering bayar makan kami waktu makan di kantin. Panji menolak ajakan mereka karena panji tadi ngajak aku pergi. Panji bilang ada urusan lalu dia memberikan kunci kamarnya pada iwan. Dan merekapun segera pergi. Kini giliran desi yang mengajakku pulang namun aku juga terpaksa berbohong dengan bilang ada acara organisasi. Desipun percaya karena selama ini aku belum pernah berbohong pada dia. Setelah semuanya pergi, tinggal aku dan panji dikantin, aku memberanikan diri menanyakan perihal dia mengajakku pergi.

"Emang mau kemana sih kamu ngajak aku pergi?" tanyaku dengan penasaran.

"Ada dech" ucapnya dengan mengajakku pergi dari kantin. Sampai di parkiran, aku menaiki motor panji dengan rasa sungkan karena selama ini belum pernah boncengan dengannya. Kami segera meninggalkan kampus, motor panji terus berjalan ke arah alkit (alun-alun selatan), panji memarkir motornya dan mengajak duduk di bawah pohon beringin. Alkit gak terlalu banyak pengunjung kalau disiang hari, tapi kalau malam hari, pengunjung banyak sampai lahan parkir full. Apalagi di bawah pohon beringin yang saat ini aku duduk di bawahnya, kalau malam banyak muda mudi, anak-anak, ibu-ibu bahkan bapak-bapak juga ikut andil mencoba permainan dengan cara menutup matanya memakai kain, terus berjalan melewati pohon beringin, konon katanya bagi yang bisa melewatinya, cita-citanya atau keinginannya bisa tercapai. Entah benar apa gak yang jelas banyak orang mempercayainya. Termasuk aku juga pernah mencobanya 2 kali namun gagal terus. Aku mencoba melihat-lihat disekitar dan kembali melihat ke arah panji yang agak gugub. Aku mencoba menanyakannya.

"Hemmm ada apa sih kamu ngajak aku kesini, ada hal penting kah sehingga gak boleh ada teman kita yang tau" tanyaku dengan terus memandangi wajah panji yang terlihat gugub dan wajahnya mulai panik. Dia hanya membetulkan duduknya sambil sekali-kali melihat kekanan dan kekiri seperti mulutnya kaku untuk berbicara. Agak lama kami diam, namun perlahan-lahan panji memulai pembicaraan.

"Ehhhh anu...anu....itu..." ucapnya dengan suara gak jelas. Aku semakin gak paham dengan maksud panji. Aku mengernyitkan dahi karena baru kali ini panji begitu sulit berbicara, seperti ada sesuatu yang tertahan.

"Eehhhh sebenarnya aku mau bilang sesuatu padamu Naj" ulangnya dengan suara agak tenang. Aku diam dan terus menunggu ucapan panji.

"Selama ini kita berteman, sedikit banyak aku tahu tentang kamu. Jujur aku salut dan suka dengan tingkah kamu Naj, dan aku sayang sama kamu" kata panji dengan suara lebih tegas. Aku kaget mendengar ucapan panji dan tak menyangka sebelumnya kalau dia sayang sama aku. Aku hanya diam karena bingung mau jawab apa. Aku berusaha tenang.

"Kamu becanda ya ji huuu dasar" celotehku dengan pura-pura menetralkan suasana.

"Aku gak becanda Naj, aku serius suka dan sayang sama kamu, kamu mau gak jadi pendampingku. Aku janji gak akan mengganggu kuliahmu dan akan menjagamu" ucap panji berusaha meyakinkan aku. Jujur selama ini, aku memang sedikit banyak juga mengetahui sifat dan tingkah panji, dia anak baik, sopan dan perhatian walau kadang dia juga usil sama aku dan teman-teman yang lain. Aku mencoba menarik nafas dan berusaha menjawab pertanyaan panji. Aku bertanya kembali hanya ingin memantapkan hati.

"Kamu yakin dengan apa yang Kamu ucapkan barusan" tanyaku kembali. Panji dengan sungguh-sungguh meyakinkan hati aku. Akupun tersenyum dan menganggukkan kepala. Karena selama ini aku juga menyukai panji tapi tanpa sepengetahuan siapa-siapa. Panji tertawa bahagia karena cintanya aku terima. Kami sama-sama tersenyum dengan hati berbunga-bunga. Serasa dunia ikut bahagia melihat kami. Sejak itu kami sering pergi bersama tanpa sepengetahuan teman-teman. Panji sering ngajak aku jalan-jalan dan tugas kelompokpun dia maunya sama aku. Selama pacaran dengannya, dia tambah semangat kuliah dan jarang bolos, dia tambah rajin ke perpus ikut denganku. Teman-teman tidak ada yang curiga karena kami bersikap sewajarnya saja selayaknya teman.

Singkat cerita, aku dan panji sudah menjalin hubungan sekitar 6 bulan, kami selalu kompak, walau berantem kami berusaha menyelesaikannya dengan baik-baik tanpa ada yang curiga. Saat hari minggu, aku dan panji pergi ke candi prambanan untuk penelitian karena ada tugas dari mata kuliah sejarah. Kebetulan aku dapat tugas meneliti candi prambanan. Teman-teman yang lain ada yang meneliti di museum keraton Yogyakarta. Saat penelitian kami selesai, cuaca mendung seperti mau turun hujan. Aku dan panji segera keluar dari candi dan segera mau pulang. Kami segera meninggalkan parkiran dan terus mengendarai motor dengan kecepatan standar. Karena aku bisa marah kalau panji mengendarai motor ngebut. Namun tiba-tiba gerimis, panji belok kiri ke arah kosnya karena saat ini sudah dekat dengan kos dia. Kalau ke arah kosku lurus tapi masih jauh sekali. Perlahan-lahan motor panji berhenti di pekarangan kos, dan kami segera turun untuk berteduh. Panji mengambil kunci dan membukanya. Dia masuk dan menyuruhku masuk. Aku ragu-ragu karena baru kali ini masuk kos cowok. Panji memaksaku masuk karena katanya gak apa-apa. Akhirnya aku masuk karena hujan semakin deras. Panji mengganti pakaiannya di kamar mandi yang terletak di samping kamarnya. Kosnya bagus, rapi dan bersih karena perbulannya lebih mahal dari kosku. Panji mengeluarkan baju dari lemarinya dan menyodorkan baju ke arahku. Aku bingung karena baju yang disodorkan ke arahku adalah bajunya. Bisa dibayangin gimana badanku memakai baju pendek dan celana pendek, bisa-bisa aku gak bisa keluar dari kamar mandi karena sungkan. Saking herannya aku, akhirnya ku tanyakan.

"Ini bajumu ji? Baju pendek dan celana pendek?" tanyaku tanpa melihat terlebih dahulu. Panji hanya tersenyum melihat kearahku sambil menoel hidungku.

"Makanya liat dulu dong, biar gak nyerocos dulu" ucapnya dengan memperlihatkan baju itu.Ternyata baju panjang dan celana pnjang. Aku segera pergi kekamar mandi karena badanku sudah kedinginan gara-gara kenak hujan tadi. Bajuku basah kuyub. Selesai ganti baju, aku kembali ke kamar panji dan kembali duduk. Panji ngeluarin minum dan cemilan. Kami bercanda namun hujan belum juga reda. Aku sudah mulai capek karena dari pagi belum tiduran. Aku mulai balik kanan kiri karena sudah capek duduk. Panji yang melihatku kecapean akhirnya menyuruhku tiduran, aku sempat nolak tapi gak di pungkiri memang aku capek banget. Panji memberikan bantal padaku dan kami terdiam. Mata kami saling menatap mengandung penuh arti. Karena kami lagi dimabuk cinta, panji perlahan lahan mendekat dan memegang pipiku. Entah kenapa aku tidak menolaknya malah aku membiarkan tangannya mengelus-elus pipiku. Aku menikmatinya. Semakin lama kami semakin dalam, kami mendekatkan wajah dan panji mulai mencium bibirku. Aku menikmatinya dan terus menikmatinya. Hingga akhirnya panji membuka bajuku dan kami melakukan perbuatan yang tidak boleh dilakukan. Perbuatan yang hanya boleh dilakukan oleh sepasang suami istri. Kami semakin ganas dan panas hingga kami sama-sama kelelahan. Namun aku sadar dan menangis dengan apa yang telah kami lakukan. Panji tak henti-hentinya meminta maaf dan siap tanggung jawab.

"Naj, maafkan aku, aku khilaf sayank. Aku janji akan tanggung jawab dan segera menikahimu" ucapnya dengan memegang tanganku. Aku tak memperdulikan ucapannya, aku hanya terus menangis menyesalin semua yang terjadi. Bibirku tak mampu berkata kata. Aku memakai bajuku kembali dan meminta panji buat mengantarku pulang.

"Tolong antarkan aku pulang sekarang" jawabku dengan isakan tangis. Aku gak memperdulikan kata-kata panji, aku berdiri dan keluar dari kamar panji. Panji memegang tanganku namun tangannya aku lepas dan aku tetap berjalan. Panji mengejarku.

"Ayo pakek helmmu dulu yank dan naik ke motorku" ucapnya dengan menyodorkan helm dan menyuruhku naik. Aku mengikuti ucapannya tanpa bicara. Karena saat ini bibirku gak bisa berkata-kata. Hatiku hancur, hidupku hancur dan harapanku hancur. Yang terbayang hanya wajah bapak dan ibu. Tangisanku tambah kencang saat ingat pesan-pesan bapak. Panji yang mendengar tangisanku, dia menghentikan motornya dan berusaha menenangkan aku.

"Sayank...tenangkan hati kamu, jangan sampai nyampek kos kamu tetap nangis, nanti desi dan ifa bisa curiga" kata panji berusaha membuatku tenang. Aku gak menjawab dan berusaha tenang. Karena benar kata panji, kalau aku tetap nangis otomatis teman-temanku akan curiga dan menanyakannya padaku. Motor panji terus berjalan dan perlahan-lahan memasuki jalan yang mengarah ke kosku. Sampai dihalaman, aku langsung turun dan akan segera meninggalkan panji, namun panji memegang tanganku seraya berkata.

"Naj, maafin aku ya..aku akan segera menikahimu, aku janji sayank jadi jangan sedih lagi ya" ucapnya. Aku tak menjawab namun menarik tanganku dan segera pergi. Panji menarik nafas dan segera berlalu.

Sejak kejadian itu, aku gak masuk kuliah. Desi dan ifa bingung melihat sikapku yang suka murung dan jarang keluar kamar. Desi mengetuk pintuku.

"Naj, kamu kenapa sebenarnya?" tanya ifa penasaran. "Kamu dah berapa hari gak kuliah dan gak keluar kamar" tanyanya kembali dengan raut wajah penuh tanda tanya.

"Aku gak apa-apa cuma lagi gak enak badan. Badanku sakit-sakit dan pusing. Aku berusaha menutupi apa yang sebenarnya terjadi.

" ow kamu lagi sakit, kamu gak bilang sama aku dan desi, yaudah kamu istirahat aja ya, kalau butuh sesuatu bilang" senyum ifa. Aku hanya menganggukkan kepala. Aku masuk kembali dengan hati berat. Fikiranku kalut.

"Aku ingin mati saja, buat apa aku hidup toh semuanya sudah berakhir. Tidak ada yang bisa dibanggakan lagi dari diriku. Semuanya telah hancur. Keluargaku akan hancur bila mengetahui ini semua, akulah kebanggaan mereka tapi kini leyaplah semua" ucapku dengan melempar buku-buku. Aku duduk terdiam dengan fikiran menerawang entah apa yang aku fikirkan. Aku gak punya semangat lagi, seakan semuanya musnah. Disaat fikiranku kalut, panji menelfonku, aku mencoba mengangkatnya.

"Sayang...kamu gak apa-apa kan? Kamu dah 5 hari gak kekampus. Kamu jangan nekat ya, kita selesaikan masalah kita baik-baik. Jangan sampai kamu menanggung semua ini sendiri. Apapun yang terjadi, aku akan selalu di dekatmu. Sayangku Najwa, aku sekarang kekosmu ya" suara panji dengan nada sedih.

"Aku gak apa-apa, aku cuma masih kaget dan gak percaya dengan masalah yang saat ini menimpa kita. Aku bingung ji. Aku sekarang gak punya tujuan hidup. Harapanku hancur. Aku kebanggaan keluarga tapi malah membuat mereka kecewa" aku menangis dan menutup telfon panji. Panji stres melihat sikap aku yang masih tetap menyalahkan diri sendiri. Panji bangkit hendak pergi ke kosku karena panji gak mau terjadi apa-apa denganku. Panji mengendarai motornya dengan kencang karena dia pengen cepat sampai kekosku. Sesampainya dikos, panji langsung parkir motornya dan segera masuk ke ruang tamu. Panjipun memanggil namaku. Aku keluar dengan mata sembab dan lemas karena sudah 5 hari gak makan nasi hanya minun air dan susu. Panji terkejut melihat mataku yang sembab, panji berusaha menghibur aku, namun aku tetap saja menangis atas kesalahan yang telah aku perbuat.

"Sayang...kamu pucat, matamu sembab, Kamu gak makan ya?" tanya panji dengan raut wajah khawatir.

"Aku beliin makan ya biar perutmu ada isinya, aku khawatir kalau kamu seperti ini sayank, jangan buat aku tambah sedih. Tolong jangan siksa diri kamu seperti ini. Kalau perlu pukul dan tampar aku biar amarahmu hilang. Ini semua bukan cuma salah kamu tapi salah aku jadi tolong jangan terus menerus menyalahkan diri kamu" bujuk panji berusaha agar aku bisa tegar dalam masalah ini.

"Iya" hanya kata itu yang keluar dari mulutku.

"Sayang..aku akan tanggung jawab, kalau perlu besok aku datang kerumahmu karena aku serius ingin nikahin kamu. Aku tulus dan sayang sama kamu" panji dengan sekuat hati meyakinkan hatiku. Aku hanya bisa diam mendengar kata-kata Panji. Panji terus memberikan nasehat agar aku tidak terus-terusan terpuruk.

"Sayang..ayo kita keluar cari makan ya" ajak panji. Aku sempat menolaknya tapi lama-lama nurut karena gak tega dia memohon-mohon. Aku masuk kamar buat ganti baju, setelah selesai aku menghampiri panji dan kamipun berangkat.

"Naj, kamu mau makan apa?" tanya panji saat berhenti di lampu merah.

"Terserah kamu ja, aku ngikut" jawabku seadanya

"Yaudah kita makan ditempat biasa kita makan ya" jawab panji lagi. Selama diperjalan, aku mulai mempertimbangkan kata-kata panji, dan aku membenarkan bahwa aku gak boleh putus harapan yang penting aku sama panji menyesal dan gak akan mengulanginya lagi. Kami ingin memperbaiki bersama. Semoga panji menjadi jodohku. Sesampainya di tempat makan, kami memilih tempat pojok dan segera memesan makanan.

"Sayank..mulai sekarang kita harus selalu bersama untuk menghadapi ini semua. Aku akan tanggung jawab apapun yang terjadi. Besok minggu aku jemput ya, kita akan kekosku” ucapnya sambil mengambil minuman dan meminumnya. aku langsung tersendak saat dengar ucapan panji.

" mau ngapain kekosmu, gak mau aku, takut kita khilaf lagi"jawabnya dengan nada marah.

"Dengerin dulu sayank" panji berusaha menjelaskan maksudnya.

"Aku ngajak kamu karena aku mau beliin kamu tespack buat cek, takutnya kamu...."

Panji gak nerusin kata-katanya tapi dia mengisyaratkan megang perut, aku langsung paham maksud panji. Aku nunduk dan melihat perutku.

"Tapi aku gak ngerasa ada yang aneh kok" ucapku dengan tatapan lugu.

"Makanya di cek dulu sayank, kalau besok negatif, kita cek lagi nanti kalau udah setengah bulan, kalau negatif lagi baru kita bisa tenang" ucap panji seperti dokter saja. Aku ngikut aja saran panji.

"Kalau ternyata aku... Gimana?" aku kembali bertanya sambil megang perut.

"Aku akan langsung melamarmu dan akan nikahin kamu, aku gak akan kabur. Aku akan tanggung jawab" panji berusaha meyakinkan aku.

"Tapi kamu kan belum kerja, gimana caranya ngidupin kami?" tanyaku dengan penuh harap.

"Tenang aja sayank, aku akan berusaha demi kalian" aku sedikit tenang dengan ucapan serius panji, memang kami sudah melakukan kesalahan tapi kami berusaha memperbaiki semuanya. Hanya Allah yang tahu niat baik kami, semoga Allah memberikan jalan pada kami. Amin

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!