Mahkotaku Telah Hilang

Mahkotaku Telah Hilang

BAB 1 KABAR GEMBIRA

Pagi begitu cerah membuatku lebih semangat melangkahkan kaki di sekolah. Hari ini hari kelulusan dimana semua teman-temanku berkumpul untuk mengetahui siapa yang lulus sekolah. Ada rasa takut dan rasa bahagia, semuanya menyatu dalam diri. Kenapa hanya aku yang tersenyum melihat teman-temanku. Semuanya murung entah apa yang mereka fikirkan saat ini yang jelas aku selalu berfikiran optimis dan yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja. Semuanya aku serahkan pada Allah. Hanya Dialah yang bisa membantu dikala suka maupun duka. Hanya Dialah tempat aku memohon. Saat ini aku sudah duduk di dekat ifa dan desi sahabatku, mereka berdua merupakan anak berprestasi, sehingga kelulusan ini membuat mereka benar-benar stres. Aku mencoba menghibur mereka dan memberikan semangat agar mereka tidak terlalu stres memikirkannya.

"Fa kenapa kamu kok diem" tanyaku pada ifa yang daritadi hanya diam membisu tanpa menjawab pertanyaanku.

"Ihh kalian tu ya ampek stres kayak gitu, udah dech yakin bahwa kalian akan lulus. Segala sesuatu kalau terlalu difikirkan akan berbahaya buat diri kalian sendiri". Ucapku berusaha memberikan semangat buat sahabatku ini.

" aku takut banget kalau sampai gagal kali ini, orang tuaku begitu berharap aku bisa masuk kuliah. Aku takut orang tuaku akan sedih kalau aku gagal" ucap ifa lirih. Sedangkan desi hanya melihat tanpa berkomentar. Aku bisa mengerti perasaan mereka karena mereka selalu giat belajar dan mempunyai impian besar. Akupun memiliki impian besar bisa kuliah dan bisa bekerja kantoran. Aku bisa banyak uang buat ngangkat derajat keluarga. Itulah harapan yang saat ini ada di benakku. Namun aku agak pesimis karena orang tuaku tidak mempunyai biaya buat kuliah tapi aku berharap bisa lolos beasiswa yang aku ajukan kemaren. Saat wali murid sudah ada yang keluar, aku dan sahabat-sahabatku dag dig dug menunggu amplop putih yang biasanya terdapat nama murid yang lulus yang diberikan kepada orang tua masing- masing. Aku berusaha mengatur nafas saat melihat bapak menghampiriku. Tanpa basa basi aku langsung bertanya pada bapak.

"Pak bagaimana? apa najwa lulus?" tanyaku pada bapak yang hanya diam. Raut wajah bapak seperti orang sedih. Aku semakin penasaran dibuatnya. Aku mengulangi pertanyaanku kembali.

"Pak apa najwa lulus" ulangku dengan suara mendesak. Badanku bergetar saat melihat bapak menggelengkan kepala kepadaku. Tak kuasa air mataku jatuh, badanku gemetar. Aku duduk bersimpuh, kakiku terasa tidak kuat menahan badanku. Ya Tuhan kenapa semuanya harus seperti ini. Tiba-tiba bapak mengangkat badanku untuk berdiri, namun aku tetap saja sulit berdiri, rasanya semua tulangku lemas tak ada tenaga. Aku mencoba melihat ke wajah bapakku yang mulai tersenyum padaku. Aku bingung melihat reaksi bapak yang tersenyum, aku tidak punya semangat untuk menanyakannya, mulutku terasa susah untuk mengeluarkan kata-kata.

"Nak maafkan bapak ya...sebenarnya kamu lulus nak" kata-kata bapak belum sepenuhnya aku cerna, aku berusaha mengulangi lagi kata-kata bapak.

"Apa pak? Najwa lulus?"

bapak menganggukkan kepala sambil tersenyum. Secara spontan aku langsung memeluk bapak dengan deraian air mata.

"Bukan hanya itu kabar yang akan bapak sampaikan tapi ada lagi nak"

Kutarik kepalaku yang semula nyender di bahu bapak, kutatap wajah bapak dengan seribu pertanyaan.

"Apa pak" semangatku yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Aku menata nafas dan siap-siap mendengarkan kabar gembira yang kedua kalinya.

"Kamu...lolos beasiswa sayank, selamat ya nak, keinginanmu untuk kuliah sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Bapak bangga padamu" ucap bapak sambil menghapus air mataku yang sedari tadi jatuh membasahi pipi.

"Kita memang bukan tergolong orang yang mampu dalam masalah materi tapi jangan sampai kamu putus harapan ya, segala sesuatu bisa kita raih asal kita selalu optimis dalam menyikapinya, tentu harus dibarengi dengan doa juga. Bapak akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa membiayai kamu nak. Jadilah anak kebanggaan bapak" bapak memelukku dengan deraian air mata. Aku tak kuasa lagi menahan air mataku, ku tumpahkan semuanya dipelukan laki-laki cinta pertamaku yang sampai kapanpun tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Aku menarik badanku dan melihat ke arah ifa dan desi. mereka juga tertawa bahagia karena mereka juga lulus.

*****

Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga dimana aku, ifa dan desi sudah berkumpul di terminal. Kami diantar oleh orang tua kami masing-masing. Orang tua kami tidak ada yang mengantarkan sampai di Yogyakarta karena disana ada kak riska tetanggaku yang sudah menyiapkan semuanya. Kami hanya fokus memikirkan ujian untuk tes masuk kuliah. Aku berniat ambil jurusan komunikasi, ifa jurusan informatika dan desi jurusan komunikasi juga. dari dulu kami memang berniat untuk kuliah di kota dan kampus yang sama. Alhamdulillah niat itu akan segera terkabul. Lamunanku pudar saat bus yang mau aku tumpangi segera memasuki halaman terminal. Orang-orang pada berdesakan untuk segera memasuki bus. Begitupun aku dan kedua sahabatku siap-siap mau memasuki bus, namun tidak lupa aku berpamitan pada kedua orang tua dan kepada orang tua sahabatku. Mereka meneteskan air mata waktu aku dan sahabatku menaiki bus. Akupun memilih duduk dekat jendela pas diatas bapak dan ibu berdiri. Aku tak kuasa menahan tangis ketika melihat mereka melambaikan tangan.

"Ya Allah ternyata begitu berat berpisah dari bapak dan ibu, selama ini hanya merekalah tempat aku mengadu segala susah maupun senang. Mereka selalu mendukungku apapun yang aku lakukan yang penting masih batas normal. Kini aku akan mengurus semuanya sendiri, dan akan rindu dengan masakan ibu, omelan ibu. Pesan bapak yang akan selalu aku ingat.

" nak jaga diri, jaga kesehatan karena di Jogja kamu akan melakukan semuanya sendiri, tidak ada bapak dan ibu yang akan membantumu. Ingat jaga kehormatan kamu dan keluarga kita karena kamu adalah kebanggaan kami. Jangan buat kami kecewa ya nak. Shalatnya jangan sampai terlupakan, ingat ibadah adalah no 1 diantara semuanya. Kalau mau sukses jangan lupa berdoa dan usaha. Paling utama jangan sombong tetap rendah diri karena semua yang nanti akan kamu capai tidak akan ada nilainya ketika kamu tidak lagi menjadi diri kamu sendiri. Bapak dan ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu". Kata kata bapak selalu terbayang dalam ingatanku. Bus sudah jauh meninggalkan terminal, entah kenapa mataku tak tahan lagi, rasanya ingin segera memejamkannya. Aku meluruskan kursi dan membetulkan kepala seraya menutup mata kembali. Mataku tertutup tetapi pikiran masih melayang-layang mengingat kata-kata bapak dan ibu. Senyum mereka, suara mereka achhh rasanya aku akan merindukan semua tentang bapak dan ibu. Baru saja berpisah tapi rasa rindu ini sudah sangat besar. Ohh beginikah rasanya jauh dari orang tua.

"Najwa rindu kalian" desah najwa dalam hati.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!