BAB 5 BAGAI PETIR DI SIANG HARI

Dag dig dug

Hatiku benar-benar tidak karuan, jantungku berdegub kencang tatkala aku melihat hasil taspack yang keluar garis merah 2. Mataku terus saja memandang taspack itu takut tes yang pertama ada kesalahan. Aku mencoba lagi membuka taspack yang baru dan mencoba tes ulang, aku tunggu beberapa menit dengan hati berdebar-debar.

"Semoga tadi salah, semoga" kata-kata itu yang terus aku ucapkan. Saat Waktunya sudah pas sesuai perintah yang ada di kertasnya, aku berusaha mengambil taspack itu dengan tatapan penuh cemas, saat aku liat, hasilnya tetap garis merah 2, jantungku seakan berhenti, langit terasa gelap bagai di sambar petir disiang hari. Aku keluar kamar mandi dan segera menuju kamar panji, panji terperanjat saat melihat aku masuk dengan deraian air mata dan langsung menubruk panji dalam pelukannya. Panji heran dan segera menanyakan perihal yang terjadi.

"Sayang, ada apa? Tanya panji dengan raut wajah cemas.

" aku...a....aku" aku gak menyelesaikan ucapanku saking kaget dan gak percayanya.

"Sayang yang jelas kalau bicara, biar aku gak bingung liat kamu"

"Aku hamil" aku memeluk panji kembali dengan diiringi tangisan. Panji sontak terdiam mendengar ucapanku, dia masih tak mengeluarkan kata-kata. Dia masih diam membisu.

" bagaimana cung" tanyaku. Mancung adalah panggilan sayangku pada panji karena hidung panji mancung. Sedangkan panji memanggil aku pesek karena hidungku pesek.

"Kita fikirkan jalan keluarnya ya, kamu tenang dulu jangan panik ok" panji berusaha menenangkan aku. Namun tangisanku tetap belum bisa berhenti mengingat nasib dan perasaan kedua orang tuaku. Mereka begitu bangga melihat aku bisa kuliah dengan nilai bagus dan mendapatkan beasiswa ini. Aku terus menyalahkan diriku sendiri setelah apa yang telah aku lakukan. Penyesalan demi penyesalan yang terus datang dalam hati seakan tidak terima dengan masalah yang menimpaku saat ini.

"Ya Allah maafkan hamba yang sudah melakukan dosa besar ini" gumamku dalam hati.

"Apa digugurin aja" kata-kataku yang secara tiba-tiba keluar dari mulutku, entah bisikan dari mana yang jelas hanya itu yang ada difikiranku saat ini.

"Jangan, aku gak mau menambah dosa lagi, bayi itu gak salah, yang salah adalah kita" jawab panji dengan penuh perasaan.

"Aku akan segera melamarmu dan kita akan menikah" ucapnya lagi dengan mantap.

"Sekarang aku akan nelfon keluargaku dan kamu nelfon keluargamu, sebelum perutmu besar kita harus segera menikah biar aib ini gak menyebar, kasihan keluarga kita" ucapnya lagi sambil mengelus pipiku dengan penuh parhatian.

"Bagaimana kalau keluarga kita gak setuju? Secara kita masih kuliah dan belum punya kerjaan? " tanyaku dengan penuh kecemasan.

"Kamu gak boleh berfikiran seperti itu sayank, belum tentu apa yang kamu fikirkan sama dengan apa yang mereka fikirkan, sekarang kita fikirkan alasan yang masuk akal sehingga mereka mengerti niat baik kita. Aku siap dengan resiko apapun karena ini memang kesalahanku. Kalau perlu nanti aku akan cari kerjaan biar kamu dan bayi kita tidak kekurangan. Aku akan lakukan apapun demi kalian karena kalian sekarang tanggung jawabku. Mulai Sekarang tenangkan fikiran kamu, jaga kesehatan, jaga pola makan kasihan bayi yang ada di dalam perut kamu. Nanti kita beli susu ya biar bayi kita sehat. Sekarang tersenyum ya" panji berusaha berfikiran realistis dengan sesuatu yang baik. Dia yakin kalau kita punya niat baik insyaallah Allah akan memberi jalan. Aku mempertimbangkan kata-kata panji, ternyata ada benarnya juga. Gak nyangka ternyata pacarku benar-benar dewasa dalam menyikapi masalah. Aku baru tahu sikap dan sifatnya yang selalu dingin itu mampu membuatku nyaman dan tenang saat ada didekatnya. Tiba-tiba aku ingat sosok bapak yang selalu membuatku nyaman, aku ingat pesan beliau " Nak, ketika kamu ada masalah, belajarlah untuk menyelesaikannya sendiri kalau sekiranya sudah tidak mampu kamu ceritakan sama bapak, bapak dengan senang hati akan bantu" ach bapak aku jadi rindu. Aku mengatur nafas dan mulai memencet no hanphone bapak. Aku menelfon bapak namun belum diangkat. Aku coba lagi akhirnya diangkat.

"Halo Nak, ada apa? Maaf tadi bapak lagi di belakang jadi lama ngangkatnya" ucap bapak berusaha menjelaskan.

"Gak apa-apa pak, Najwa yang nelfon disaat yang tidak tepat" jawabku dengan jantung dag dig dug

"Ada apa Nak?" tanya bapak kembali dengan suara lembut.

"Pak Najwa mau minta restu bapak, ada seorang laki-laki mau menikahi Najwa" jantungku dengan penuh berdebar-debar.

"Loh kalau bapak terserah Najwa saja, tapi kenapa tidak menunggu sampai wisuda saja Nak,? Tanya bapak kembali.

" iya sih pak, tapi Najwa ingin sebelum KKN Najwa sudah ada pendamping halal, karena hidup diperantauan beresiko pak, Najwa takut khilaf karena Najwa disini jauh dari bapak" aku berusaha meyakinkan bapak.

"Rencananya kapan Nak, dan dimana?"

"Rencananya dekat-dekat ini pak dan tempat lamaran ditengah-tengah yaitu di Jogja saja, baru nikahnya nanti dirumah" jawabku dengan seraut senyum.

"Yasudah bapak merestui kamu nak, kalau memang itu yang terbaik untuk kamu, bapak tidak bisa melarangmu karena hal itu demi menjaga dirimu. Tapi nikahnya sederhana saja ya nak, bapak belum ada cukup biaya" suara bapak agak merendah.

"Iya pak, Najwa pengen nikah sederhana saja yang penting sakral"

"Yasudah bapak bicarakan hal ini sama ibumu" ucap bapak. Saluran telfonpun putus. Aku bahagia karena orang tuaku merestui niat baikku. Sekarang tinggal tunggu kabar panji yang saat ini lagi nelfon orangtuanya. Aku sempat menguping pembicaraan panji dikamarnya, aku kaget saat suara panji meninggi, aku berusaha tidak berfikiran yang negatif. Aku berusaha tenang, aku yakin panji bisa mengatasi semuanya. Panji sudah selesai nelfon dan menghampiriku dengan raut wajah kusut. Aku mencoba mendekatinya dan menanyakan hasil pembicaraan dengan kedua orang tuanya.

"Bagaimana cung" tanyaku perlahan.

"Kalau papa setuju tapi mama gak setuju katanya selesaikan kuliah dulu baru mikir nikah, dari dulu mama memang selalu memaksakan kehendaknya tanpa memikirian perasaanku, mama selalu menganggab aku masih kecil, walau bagaimanapun kita harus tetap menikah gak bisa ditunda karena aku takut perutmu tambah membesar" jawabnya dengan menatap wajahku.

"Aku takut kalau kita tetap menikah, mamamu akan memusuhi kita?" ucapku kembali.

"Gak akan karena aku anak mereka satu-satunya, dan nanti aku akan minta tolong papa buat bujuk mama lagi. Kamu tenang aja ya" panji tetap berusaha menenangkan aku. Sejak kesepakatan itu, aku dan panji mulai menyiapkan semuanya. Kami berharap semoga acara kami berjalan lancar tanpa ada halangan. Desi dan ifa kaget saat aku menyampaikan niatku untuk menikah dengan panji namun mereka bahagia akhirnya aku mempunyai pendamping hidup yang benar-benar tulus mencintai dan menerimaku apa adanya.

Terpopuler

Comments

ANDERSON AGUDELO SALAZAR

ANDERSON AGUDELO SALAZAR

Keren! Bagus banget ceritanya.

2023-10-11

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!