Hari ini para MABA berkumpul di ruang serbaguna yang gedungnya terletak di barisan timur paling selatan. Letaknya pinggir jalan dekat dengan pos satpam. Sebelahnya lagi gedung Radio, Jurnalistik, Cameramen dll, tempat itulah yang sering mahasiswa datangi dikala tidak ada kuliah. Aku, ifa dan desi memilih kursi didepan biar bisa melihat acara lebih jelas. Kakak panitia meninstruksikan bahwasanya para MABA segera masuk dan mengisi kursi yang kosong karena acara akan segera dimulai. Kursi yang semula kosong kini perlahan-lahan sudah mulai terisi. Aku melihat di sekeliling ternyata para MABA kurang lebih dari 6000 mahasiswa, waw baru kali ini aku berkumpul dengan orang sebanyak ini, kalau di pesantrenku biasanya kalau semua murid berkumpul hanya sekitar 1000 orang saja. Di pesantrenku tergolong muridnya banyak dibanding dengan pesantren lainnya. Fasilitas di sana memang kurang memadai tapi lumayan buat menunjang kebutuhan kita. Lamunanku terhenti ketika kakak senior menyuruh para MABA berkumpul di halaman jurusan masing-masing. Kamipun segera menuju ke kampus jurusan kami. Kecuali ifa yang berpisah dari aku dan desi karena dia berbeda jurusan. Aku dan desi berdiri di halaman sambil mendengarkan kakak panitia. Pembagian kelompok sudah selesai dan kami berkumpul sesuai kelompok masing-masing. Kami membahas perlengkapan yang akan di bawa. Aku duduk sebelah desi. Setiap kelompok terdiri dari 10 orang, kami saling berkenalan menyebutkan nama dan asal kami. Kelompok kami terdiri dari panji anak Temanggung, Deden anak karawang, ulfa anak sumatra, iwan anak pati, ima anak brebes, hamid anak jogja, amel anak solo dan dika anak padang. Waktu berkenalan mereka berjabat tangan kecuali aku dan desi. Aku masih canggung ketika panji, deden dan iwan mau berjabat tangan karena selama ini kami gak pernah berjabat tangan dengan lawan jenis. Di pesantrenku laki-laki dan perempuan dilarang menyentuh tangan yang bukan muhrimnya. Alhamdulillah teman-teman mengerti karena kami selama ini hidup di lingkungan pesantren yang banyak peraturan tentang tingkah laku yang dianjurkan di agama. Aku mulai akrab dengan kelompokku, ternyata sekelompokku asyik-asyik orangnya, aku dan desi perlahan-lahan ikut berbaur dengan mereka, dan mulai nyambung dengan canda mereka, maklum selama di pondok aku hanya di tuntut belajar, ngaji dan baca kitab. Untuk dunia pergaulan diluar kami memang kurang begitu paham. Tanpa terasa jam menunjukkan jam 5 dimana waktunya kami semua pulang. Alhamdulillah acara hari ini berjalan lancar. Aku dan yang lainnya meninggalkan halaman kampus. Aku lihat di dekat pagar sudah menunggu ifa, aku dan desi segera menghampirinya.
"Udah dari tadi kamu nunggunya fa?" tanyaku sambil melangkahkan kaki.
"Gak kok baru aja, yaudah kita cepet pulang soalnya belum shalat ashar" jawab ifa dengan mempercepat langkah.
Kos kami gak begitu jauh dari kampus, hanya perjalanan 2 menit kami sampai. Sesampainya di kos mbak riska sudah duduk manis di ruang tamu sambil liat tv . Di kosku bukan kos elit tapi didalamnya sudah di sediakan dapur dan semua perlengkapannya, ruang tamu sekaligus kursi dan tv. Kamar mandi ada 6, jadi kami tidak perlu mengantri terlalu lama, beda pas masih di pondok dulu. Kalau dulu pas masih di pondok kalau mau tidak telat harus mandi jam 2 malam waktu mau shalat Tahajjut kalau tidak maka akan telat kesekolah gara-gara belum mandi. Ach jadi ingat masa di pondok. Gak terasa sekarang aku sudah mulai hidup sendiri, apa-apa sendiri beda waktu di pondok kalau mau makan tinggal makan karena bayarnya setiap hari jumat waktu ibu bapak ngirim. Aku dan kedua sahabatku udah selesai mandi, kami duduk di ruang tamu ikut nimbrung percakapan mbak riska dan teman kos lainnya. Tiba-tiba mbak riska mengajak kami nanti malam buat pergi ke malioboro.
" Naj nanti malam mau ikut gak ke malioboro? Desi dan ifa juga mau ikut. Kalian biar tahu suasana sana. Karena sebentar lagi kalian kan akan sibuk, mana sempet bisa jalan-jalan" ucap mbak riska. Aku mengangguk saja tanda setuju. Lagian selama ini aku belum pernah keluar malam-malam, gimana mau keluar malam wong tinggal di pondok. Anak pondok pantang keluar malam, karena kata bu nyai pamali perempuan keluar malam tanpa di temani orang tua atau yang muhrim. Adzan magribpun berkumandang, kami segera shalat karena kata mbak riska habis shalat magrib mau langsung berangkat biar tidak terlalu malam takut bus transJogja tidak ada. Ya nama Transportasi yang bisa pergi kemana saja selama masih antar Jogja hanya bayar 3500, sepuasnya sampai mumet. Aku sudah siap tinggal nunggu yang lainnya. Kamipun mulai meninggalkan kos dan menuju pinggir jalan yang biasa bis TransJogja berhenti. Tidak perlu nunggu lama tiba-tiba bus TransJogja jurusan Malioboro sudah datang, aku dan yang lainnya segera masuk dan mencari kursi yang kosong. Ku pandangi kesekeliling ternyata tempat duduknya berhadap-hadapan beda seperti bus pada umumnya. Aku mulai pusing karena pengharum di dalam busnya yang begitu menyengat. Aku rogoh minyak kayu putih yang biasa kemanapun aku bawa buat aku cium biar rasa mualku hilang. Aku mencoba melihat ke luar jendela sambil tersenyum dan mengucap syukur karena aku bisa menikmati suasana kota Yogyakarta yang selama ini hanya bisa aku dengar dari cerita tetangga yang kebetulan juga kuliah disini. Aku benar-benar takjub melihat lampu-lampu yang terang benderang, namun perlahan-lahan busnya mulai berhenti dan para penumpang turun. Akupun ikut berdiri tapi di cegah mbak riska katanya belum sampai.
"Eeh duduk dulu najwa, kita turun di salter satunya, biar gak terlalu jauh buat jalan" akupun mengikuti ucapan mbak riska karena aku pengalaman pertama naik bis TransJogja. Perlahan lahan bis mulai bergerak dan berhenti kembali. Aku tetap duduk takut salah lagi. Namun mbak riska menarik tanganku tanda buat kita turun. " alamak padahal deket banget jaraknya, kenapa gak turun disana saja" batiku dalam hati sambil tersenyum. Aku mulai mengikuti langkah teman-temanku. sesekali melihat-lihat kenan kiri, ternyata banyak yang jual gelang, sandal dan baju batik. Mbak riska berhenti di depan penjual gelang, dan mulai mencobanya. Aku dan yang lain juga mencobanya dan tertarik dengan gelang warna hitam yang bulatannya seperti tasbih. Aku, desi dan ifa membeli gelang itu. Katanya gelang itu ciri khas anak Jogja. 2 jam kami berjalan-jalan, perut mulai memanggil-manggil minta diisi. Akhirnya mbak riska mengajak kami makan sate ayam yang perporsi harga 25.000, kami duduk sambil menyantap sate itu, tidak luput sambil bercerita. Namun tiba-tiba ada 2 laki-laki menghampiri kami, aku terkejut karena tidak kenal dengan orang itu. Namun mbak riska menyapa salah satu laki-laki itu dan memperkenalkan kepada kami. Yang membuat aku agak terkejut ternyata laki-laki itu pacar mbak riska, orangnya putih, tinggi dan ganteng. Aku menunduk kembali karena ingat kata-kata buk nyai kalau kita gak boleh melihat lawan jenis yang bukan muhrim kita. "Pacar....sejak kapan mbak riska punya pacar" pikirku dalam hati. Akupun bersikap seperti biasa tanpa memperlihatkan rasa sungkanku dan aku melihat-lihat kembali suasana malioboro yang dipadati banyak orang. Aku menikmati alunan musik yang disajikan para seniman Jogja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Quản trị viên
Hebatnya!
2023-10-10
1