Jonhan POV...
" Pergilah! "
" Tapi kita bisa melanjutkan ini jika ka Han ingin " serunya masih mengalungkan tangannya di leherku
" Cih. Aku tidak tertarik dengan mu! Perlu kau ingat, kapasitas kita hanya sekedar untuk kepentingan sendiri-sendiri. " Ucap ku pergi.
Siang kemarin, perempuan itu menghadang langkah ku yang tentunya sama sekali tak kuhiraunkan
" Ka Han. Ada yang ingin aku bicarakan.." ujarnya mengejar ku yang segera di hadang oleh orang kepercayaan ku selain Joshua.
" Ini tentang Jessica young mendelz! " Teriaknya mengucap nama yang sangat ku benci itu,
" Aku ingin mengajak mu membuat aliansi " serunya lagi yang masih terus di tahan oleh orangku. Hal itu berhasil menghentikan langkahku.
" siapa kau? " aku melihatnya dengan dingin
" Nama ku Sandra Alexander. dari keluarga Alexander... "
" a- ehm perusahaan kecil itu. Lantas, atas dasar apa kau ingin mengajak ku beraliansi " ucap ku
" mengenai Jessica. Tolong biarkan aku menjelaskannya " pintanya, aku pun memberi kode isyarat pada orang-orang ku untuk membiarkannya.
" To the points saja. " Ucap ku yang tak ingin bertele-tele.
" Aku tahu kau pasti tidak menyukai Jessica bukan?. Apa lagi dengan pernikahan kalian, sebab seharusnya kau menikah dengan jessline Zee mendelz..."
Kulirik ia dengan tatapan tajam, sebab aku tidak mengenalnya tapi ia bisa tahu mengenai hal itu.
" Kalian kakak tingkat kampus kami, jadi siapa yang tidak tahu tentang kalian berdua dan romansa kalian. Jujur saja aku sangat tidak keberatan jika ka Han menikahnya dengan ka jessline, tapi saat aku menghadiri pernikahan itu kenapa bisa-bisanya si wanita arogan itu yang ada di altar. Ia pasti menggunakan taktik kotor untuk bisa mendapatkan mu! karena sejak dulu ia itu sudah menyukai mu. Oke langsung saja, aku tidak menyukai wanita itu bahkan sudah ketingkat benci dan dendam. Aku ingin mengajak mu untuk membuat nya menderita. " Ucapnya
Aku tertawa smirk, " tanpa aliansi dari mu pun aku dapat melakukan itu sendiri" seruku
" Tapi dengan adanya aku, aku yakin bisa menambahnya lebih menderita. Melihatnya menderita adalah kesenangan untuk ku. Kita bisa pura-pura memiliki hubungan layaknya kekasih untuk membuat nya terluka. sakit dan menderita." Ucapnya
Diam-diam ku pikir-pikir itu bukanlah ide yang buruk. Jika itu bisa menambah membuat nya menderita. dia pikir, dia bisa main-main dengan ku.
" Bagaimana kak? " Ujarnya
" Oke. Tapi, perlu kau ingat baik-baik. Semua ini hanya demi untuk keperluan sendiri-sendiri. Hanya sebatas itu! Tidak akan pernah lebih! Apa lagi tentang hubungan itu sendiri. Tidak akan pernah" Ucap ku yang justru membuat senyum piciknya mengembang. Ah masa bodo dengan apa yang terjadi di antara mereka. Itu bukan urusan ku. Aku tidak peduli. Asalkan itu dapat membuatnya tersiksa menderita, tidak masalah untuk ku. siapa yang suruh ia berani bermain-main dengan ku.
***
Pagi hari sudah tiba kembali, dengan aku yang sedari dini hari sudah rapih dan sedang membuat dua kotak bekal sarapan. Pagi ini ku awali dengan sebuah senyuman meskipun aku masih sedih dengan apa yang semalam ku lihat. Pagi ini, aku akan ke cafetaria nya Dino, untuk bekerja pastinya.
Ka Han sudah keluar kamar yang tentunya juga sudah rapih dengan setelan ngantornya.
" Ka Han, tunggu. Aku telah buatkan bekal " aku mengejarnya yang masih terus berjalan itu
" kak. Tunggu... " Seruku
" Kau itu tuli atau apa hah! dengar ini!! Aku tidak akan pernah Sudi makan masakan mu! Mencium baunya saja aku tidak Sudi! Ah Bahkan mendengar suara mu, aku bencinya bukan main!! " Ucapnya pergi dengan menutup pintu begitu keras. membuat hatiku meringis dengan kata-katanya itu.
Baiklah. mungkin ini adalah konsekuensi yang harus aku terima, Meskipun aku tak salah. tapi memilih membiarkan aku menjadi pihak yang bersalah. Toh benar sekalipun, aku akan tetap di cap sebagai yang salah atas kejadian ka Zee dan juga orang yang telah menghancurkan hidupnya oleh dirinya. Aku memilih kembali ke dapur menyelesaikan condimen-condimennya.
Bib..bibb.. biib.. pintu apartment terbuka,
Aku yang tak jua kunjung tahu siapa orang itu pun memilih untuk menengoknya yang masih dengan sarung tangan plastik di tanganku.
" Shua? " Seru ku mendapatinya yang sedang menatap potret foto bingkai prawedding milik kak Han dan juga ka Zee.
" Ah Sorry. Aku kebiasaan langsung main masuk saja ke sini " ujarnya melihat ku
" It's oke. Ku kira ka Han, ia belum lama baru saja pergi. Kalian tidak bertemu? "
" Tidak. Jess, suami mu itu meminta ku mengambil berkas "
" Ambillah. Aku tidak tahu di mana ia menyimpannya. " Aku kembali berjalan santai ke arah dapur tanggung dengan menyelesaikan isi kontak bekal ku.
(...)
" Jess. " Panggil nya mengejutkan ku dengan intonasi serius,
" Sudah mendapatkan nya. " Aku melihat berkas di tangannya
" Apa yang kulihat di atas itu benar. apa han sungguh melakukan itu padamu? "
Astaga! Bagaimana bisa aku lupa meletakkan bantal ku kembali di sofa. Shua pasti juga melihat koper dan barang-barang ku yang masih ada di sudut kamar. Jika begitu aku tak bisa mengelak apapun lagi darinya, lagi pula shua juga tahu hubungan ku dengan ka Han sebenarnya gimana.
" Jadi bener. " Tanyanya
" Apa yang kamu lihat itu benar adanya. " jawabku tersenyum
" Benar-benar keterlaluan. Jika ia emang tidak bisa menerima mu paling tidak kupikir ia bisa sedikit saja berbaik hati dengan mu. Jess, ini sudah tidak bisa di toleransi. "
" Sudahlah shua. Aku sendiri saja menerima nya. Selagi ia tidak kasar dengan ku, aku tak masalah " ujarku memasukan kotak bekal kedalam tas ku,
" Untuk mu. " Aku memberikan kotak bekal yang kubuat untuk ka Han padanya.
" Untuk ku? " Sindirnya
" Tadinya kubuat untuk ka Han. Tapi ia tak mau, jadi untuk mu saja dari pada di buang. Sayangkan. Capek-capek aku membuat nya." kataku
" Aku tidak suka bekas an... "
" Yasudah kalau gak mau. Sini! "
" sttt tapi karena aku sedang baik, maka kuterima. Rasanya udah pasti enak bukan? " Tanyanya
" Tentu. Aku punya pengalaman memasak bertahun-tahun." Ujarku berbangga diri karena shua lah juga yang membantu ku. Ia selalu ku suruh untuk mencicipi makanan apapun yang ku buat dari yang rasanya gak enak banget sampai rasanya better. Bahkan ia pernah masuk rumah sakit juga karena masakan ku.
" Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu, kau juga kelihatannya akan pergi. " ucap nya meninggalkan ku
" Shua! aku ikut sampai cafetaria nya Dino. " Seruku menyusulnya sambil melihat jam di tangan ku.
" sepagi ini, Untuk apa ? "
" Ehm. Hari ini aku mulai bekerja di tempatnya " ucap ku tersenyum. Sejenak aku melihat shua mengerutkan keningnya.
" Pertama, selamat ya. Kedua, di sana kau bekerja menjadi apa? " Serunya
" Apapun. Yang penting aku bekerja " Sahut ku duduk di samping bangku kemudi.
" Kenapa kau terlihat seperti tidak senang! " Ujarku
" Seperti yang ku tahu, kau selalu mengambil hal yang tak pernah terduga. Kenapa tidak mencoba bekerja di mendelz group saja si Jess. Atau tidak, aku bisa membantu mu mencarikan pekerjaan yang lain juga. Aku begini, bukan berarti tidak senang."
" Soal perusahaan, aku yakin Daddy tidak akan ada masalah. Apalagi ada ka Sam yang selalu sedia di samping Daddy ku itu. Daddy ku itu kan sangat hebat. " Seruku yang menyaksikan sendiri kehebatan Daddy ku.
" Oke. Thanks! " ucap ku keluar mobil setelah shua menghentikan mobilnya tepat di depan cafetaria Dino.
" Jess. Semoga hari mu menyenangkan!" Ucap nya. Menambah energi semangat ku.
Aku berjalan penuh percaya diri, menghampiri pelayan di meja kasir dan berbicara jika ingin bertemu owner cafetaria ini.
" Maaf, apa anda yakin sudah membuat janji dengan pak Dino? " Serunya dengan tatapan yang terlihat tak menyenangkan.
" Tolong sampaikan saja padanya jika di bawah ada seseorang yang ingin bekerja " ucap ku. Yang membuatnya melirik ku sinis sebelum pergi.
Aku masih berdiri sambil menelisik isi cafetaria milik Dino yang keren ini.
" Kukira kau tidak jadi datang. " Ujarnya tersenyum padaku. membuat ku menoleh nya.
" Buktinya aku di sini. Apa aku terlambat? " Tanyaku
" Tentu tidak. Ingin melihat-lihatnya dulu... "
" Jadi aku bekerja sebagai apa? " Seruku yang tak sabaran,
" Hmm Mita, mulai sekarang. kau pindah sebagai pelayan. Tentang gaji, kau tidak perlu khawatir. " Ucap nya. Aku melihat wajah karyawan itu yang sedikit syok tapi juga tak bisa protes.
" No. Boleh aku bicara. " Seruku menjauh, ia melihat ku.
" No. Aku gak setuju sama apa yang kamu bilang tadi! Dia itu orang lama kamu dan pastinya ia juga lebih mengetahui apapun tentang cafetaria milik mu..."
" Kamu juga orang lama di hatiku yang masih bersemayam. " Sambung nya
" Aku ingin bekerja bukan mengeser kedudukan seseorang no. Aku sama sekali gak masalah sekalipun posisi pelayan."
" Tapi Jess... "
" Noo! "
" Ya. Baiklah. Kau bebas mau posisi apa. Lagi pula percuma saja aku jika terus menentangnya, hanya dengan mu saja aku bisa melakukan ini! Biasanya aku tak akan mau mengalah! " ucapnya
" Terimakasih bapak Dino yang terhormat. " Seruku
" Aish! Jangan panggil aku begitu. Aku tidak suka! " Umpat nya kesal
" Kenapa? Kau itu kan atasan ku. Ah ya, jangan pernah membicarakan identitas nama belakang ku. Ya? "
" Ehm. " Sahutnya, ia lalu meminta karyawan kepercayaan nya itu untuk mengajari ku.
***
jangan lupa like, vote dan komennya yeorobeun. mohon dukungannya ya ☺️🤗
# happy reading all 🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments