Mawar terus menatap sinis pada Maudy dan juga Ayahnya, Ia terus mengajak mertuanya agar segera pergi meninggalkan kediaman Maudy yang sudah membuatnya tidak nyaman.
" Bisa diam nggak sih kamu Mawar, kalau kamu ingin pulang ya silahkan pulang saja, ribet amat sih jadi orang. " Jawab Bu Ayu setengah berbisik.
Mawar cemberut karena mertuanya tidak membelanya atau pun mengikuti keinginannya. Tadinya dia juga tidak ingin ikut namun ini semua karena permintaan suaminya.
" Dasar gembel, apa sih kelebihan yang dia punya. Penampilan juga kucel gitu, ya setara dengan rumahnya yang kumuh ini. Kalau aku tetap disini lama-lama aku disini bisa- bisa aku gatelan. " Batin Mawar.
Ia semakin gelisah dan juga memendam kebencian pada Maudy, apalagi melihat sikapnya yang plin plan.
" Alaaa pura-pura mikir, padahal dalam hati mah tidak mau lambat. Munafik, pura-pura nggak mau uang. Mana ada jaman sekarang perempuan yang nggak tergiur sama uang dan barang- barang mewah seperti ini. Lagipula ngapain sih Bunda ngasih barang- barang mewah seperti ini, mana banyak lagi. " Batin Mawar lagi.
Ingin rasanya Maudy menolak, Ia bahkan tidak tertarik dengan semua barang- barang yang di bawa oleh pihak Bu Ayu, namun lagi- lagi Ia hanya bisa mengangguk pasrah ketika melihat tatapan tajam Ayahnya.
" Alhamdulillah berarti semua sudah setuju ya mengenai pernikahan ini, Maudy mau menikah dengan anaknya Bunda. Soal pernikahannya juga akan secepatnya kita resmikan. "
Bu Ayu Prameswari juga meminta kelengkapan data milik Maudy agar segera mereka daftarkan. Beliau benar-benar sudah tidak sabar ingin menjadikan Maudy sebagai menantu perempuan nya.
***
Tiga hari berlalu semenjak kedatangan lamaran pihak Pria, kini Maudy merenung seorang diri di kamar hotel yang baru saja Ia tempati sejak siang tadi. Besok adalah hari pernikahannya, dan sebelumnya ada utusan dari keluarga mempelai Pria yang menjemputnya. Siap atau tidak Ia akan tetap menikah dengan orang yang sama sekali tidak Ia kenal.
" Mas, maafkan aku. Mungkin kita tidak akan bisa bersama lagi setelah ini, semoga kamu baik- baik saja dimana pun kamu berada. "
Pesan yang di kirimkan Maudy, sebelum akhirnya Ia menonaktifkan ponselnya. Mungkin Ia harus mencoba menerima dengan ikhlas pilihan orang tuanya.
Di tempat berbeda seorang Pria tampan akhirnya bisa menghela nafas lega, Ia mengambil ponselnya yang sudah seminggu terakhir sengaja Ia nonaktifkan.
" Sayang, aku sangat merindukanmu. Apakah kamu juga merindukan ku, kamu pasti mencemaskan aku karena tidak memberi kabar. Aku sengaja melakukan ini dan fokus pada pekerjaan ku agar cepat selesai dan pulang untuk melamar mu, ah aku sudah tidak sabar lagi sayang. " Ucap Rizky sembari menunggu ponselnya menyala.
Senyum selalu menghiasi wajahnya, Ia tersenyum melihat banyaknya panggilan masuk dari wanita yang sangat Ia cintai.
" Sudah kuduga, kamu pasti merindukan ku. Kamu menghawatirkan aku karena tidak ada kabar. "
Rizky men scroll pesan dari Maudy, keningnya mulai berkerut ketika membaca pesan terakhir dari wanita pujaannya.
" Mas, maafkan aku. Mungkin kita tidak akan bisa bersama lagi setelah ini, semoga kamu baik- baik saja di manapun kamu berada. Apa maksudnya ini...!?" Gumam Rizky setelah membaca pesan dari Maudy.
Rizky yang bingung segera menghubungi nomor wanita yang sangat di cintainya, namun tidak ada jawaban. Yang Ia dengar hanya suara operator.
" Kamu kenapa sayang, apa kamu marah sama Mas karena Mas nggak balas pesan mu. Kamu dimana sayang, ayo dong. "
Rizky mendadak merasakan firasat yang tidak enak, Ia takut kalau ada hal yang tidak beres terjadi pada kekasihnya.
***
Maudy memandang pantulan dirinya melalui kaca, begitu cantik dengan balutan gaun yang mewah. Hal itu semakin menambah kecantikannya, Ia yang jarang merias wajahnya sendiri juga terkejut melihat penampilannya saat ini.
Andai saat ini Ia bersanding dengan pria pilihan hatinya tentu hari ini adalah hari yang paling membahagiakan baginya. Tapi Maudy tidak bisa mundur kalau tidak ingin kehilangan orang tua satu-satunya yang Ia miliki.
Di tempat lain.
" Mas, ngapain sih Bunda memilih wanita seperti dia untuk jadi menantu di rumah ini. "
Bayu menatap Istrinya dengan tatapan bingung.
" Apa maksud mu, jangan sembarangan kalau bicara. Bagaimana kalau Bunda mendengarkan ucapan mu ini, apa kamu pikir Bunda akan baik- baik saja. Bunda pasti akan merasa tidak di hargai. Mawar, di dalam keluarga ini masih Bunda yang di hormati. Tolong hargai keputusannya, jangan pernah protes selagi itu masih dalam hal wajar. Daripada kamu pusing memikirkan kakak ipar mu, lebih baik cepat selesaikan dandanan mu, aku tunggu di luar. "
Bayu meninggalkan Istrinya di dalam kamar, sementara Mawar semakin kesal. Ia menghentakkan kakinya karena tidak ada yang mau mendengar ucapannya.
" Tunggu saja kamu wanita udik, akan aku buat kamu tidak betah berada di rumah ini. Akan ku buat semua perhatian keluarga ini menjadi benci, kamu sudah berani- berani mengambil tempat ku di rumah ini maka aku tidak akan tinggal diam. "
Mawar keluar dengan pakaian serba mencolok daripada yang lain.
" Mawar, kamu lambat sekali. Dandan apa tidur sih, ini sudah satu jam aku menunggu. Ini juga, pakaian mu kenapa seperti ini. "
Bayu stress melihat penampilan istrinya, ingin meminta istrinya untuk mengganti pakaiannya namun karena waktunya sudah kepepet terpaksa mereka pergi dengan pakaian yang tidak senada.
" Mas, kok cemberut begitu. "
Berulang kali Mawar mengajak suaminya bicara namun Bayu memilih diam, Mawar terus mendesak suaminya untuk bicara dan akhirnya Bayu buka suara.
" Bisa tidak kamu itu jangan jadi istri pembangkang, kamu selalu menuruti kemauan mu sendiri. Sekali- kali coba jadilah Istri yang penurut, sudah jelas-jelas kita di minta memakai seragam yang sama tapi kamu malah memakai pakaian yang seperti ini. Kamu sama sekali tidak menghargai keputusan yang sudah kita sepakati bersama. "
Mawar mendengus kesal, Ia memang tidak suka di atur. Maklumlah, sejak kecil Ia selalu di manjakan oleh kedua orang tuanya. Apapun yang Ia inginkan selalu di turuti oleh keduanya.
" Seragam. ?? Mas, lagian siapa juga yang mau memakai gaun kampungan seperti itu, apalagi harus seragam. Memangnya kita mau paskibraka, jangan ikut ikutan kudet deh Mas. "
Akhirnya Bayu memilih diam, berdebat pun Ia akan selalu kalah. Bayu berharap Bundanya tidak salah menjodohkan saudara laki-laki nya, sama seperti dirinya. Jodoh yang di berikan Bundanya hanya membuatnya pusing, karena Mawar adalah wanita manja dan malas. Kerjanya hanya berbelanja dan bersenang-senang, bahkan sampai usia pernikahan mereka yang ke lima, mereka belum memiliki keturunan. Itu karena sang istri yang memang tidak ingin memiliki anak yang akan membuatnya terkekang.
Bukan hanya itu, selama lima tahun ini juga Mawar sama sekali belum pernah menyediakan apapun untuk suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Panji Tika
mungkin Maudy bukan jodohnya Rizky
2023-11-21
2
🍁ʀͬαͥɪᷤʂᷜαͥ❣️
ya ampun mawar sok banget kamu jijik2 gitu pake ngatain maudy segala , kasian bayu punya istri macam mawar itu
2023-11-09
1
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
hadeeh klo istri gak mau di atur antar saja dia ke Antartika 😄😄😄
2023-11-09
1