Mitos Kembang Mayang
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Maudy baru pulang dari mengajar, gadis cantik pemilik mata indah serta menjadi kesayangan para murid itu terkejut ketika Ia baru tiba di rumahnya. Itu semua di karenakan oleh sikap Ayahnya yang tidak seperti biasanya, beliau langsung menyambut kedatangannya dengan raut wajah serius. Rahmat Efendi langsung meminta anaknya untuk duduk bersamanya di ruang tengah.
" Iya Pa, ada apa sih. Kok sepertinya serius amat, apa ada masalah Pa. Papa nggak sakit kan ?. " Tanya Maudy sembari mendudukkan bokongnya di kursi.
Pak Rahmat tersenyum pada Putrinya sebelum berbicara.
" Nak, Papa sudah tua dan Papa rasa umur Papa tidak akan lama lagi. "
Maudy yang tadi begitu serius mendengarkan apa yang di katakan Ayahnya, langsung terkejut mendengar ucapan Ayahnya itu.
" Papa, cukup ! Maudy kan sudah bilang ke Papa, tolong jangan pernah katakan itu lagi. Kita ini hanya manusia biasa, bukan Tuhan yang bisa menentukan kapan dan berapa lama lagi umur kita di dunia ini, Maudy tidak mau dengar Papa berbicara seperti itu lagi. "
Pak Rahmat memang sudah tua dan sering sakit- sakitan, bahkan berulang kali menginap di rumah sakit karena sakit yang selalu menyerang perutnya. Meskipun setiap kali di tanya, Pak Rahmat selalu mengatakan kalau kondisinya baik- baik saja. Selaras dengan ucapan Pak Rahmat, Dokter pun kompak mengatakan hal yang sama.
" Papa tau Nak, tapi cepat atau lambat semua yang bernyawa pasti akan menemui takdirnya Nak, begitu halnya dengan Papa. Tapi Nak, sebelum itu terjadi Papa mohon agar kamu segera menikah. Papa ingin melihat mu menikah dan ada seseorang yang akan menjaga mu kelak ketika Papa sudah tidak ada nantinya. "
Maudy menjadi serba salah, dalam waktu dekat ini memang dirinya belum kepikiran untuk menikah, meskipun Maudy memang sudah punya komitmen dengan seseorang.
" Baiklah Pa, Maudy akan pikirkan itu nanti tapi bukan untuk saat ini. " Terpaksa Maudy mengiyakan ucapan sang Ayah agar tidak membuatnya kecewa.
Setelah ini Maudy akan pertimbangkan tawaran Rizky yang ingin meminangnya setelah kembali dari luar kota nanti.
" Maudy, mau sampai kapan Nak. Sebenarnya kamu tidak perlu memikirkan nya karena Papa sudah punya calonnya untuk mu. "
Maudy terkejut mendengar ucapan Ayahnya yang mengatakan kalau beliau sudah punya calon suami buatnya.
" Kamu tidak perlu khawatir, mereka adalah orang yang baik dan dari kalangan berada. Kamu tentu tau dengan keluarga Wijaya, tadi pagi orang kepercayaannya datang kemari dan meminta mu secara baik- baik pada Papa. Mereka menginginkan mu untuk di jadikan sebagai menantu di keluarga mereka. "
Maudy nampak shock mendengar penuturan Ayahnya, siapa yang tidak kenal dengan keluarga itu. Salah satu keluarga terpandang di Ibukota, hanya saja yang menjadi masalah dalam hal ini, mengapa mereka memilih calon menantu dari keluarga biasa seperti dirinya.
" Papa, apa Papa tidak salah bicara. Siapa yang tidak kenal dengan mereka, bagaimana mungkin Maudy bisa menjadi bagian dari keluarga itu. "
Pak Rahmat juga sebenarnya bingung tapi beliau juga tidak bisa menolak. Apalagi tawaran yang di berikan pihak mereka begitu menggiurkan. Sebenarnya bukan hanya tawaran nya saja yang menggiurkan, tapi juga ancamannya yang mengerikan kalau sampai mereka berani menolak.
" Nak, Papa juga tidak tau. Tapi Papa mohon agar kamu tidak menolak mereka, besok mereka akan datang kemari untuk membicarakan kelanjutan perjodohan kalian. "
Maudy menjadi dilema, Ia tidak ingin menikah dengan orang lain karena dia juga sudah punya pilihannya sendiri.
" Papa, aku tidak bisa menikah dengan nya karena aku… … !! "
" Papa tidak sedang ingin mendengarkan pendapat mu, Papa hanya ingin kamu segera bersiap- siap besok untuk menyambut kedatangan keluarga mereka. Kalau kamu tidak bisa melakukannya karena rasa suka maka setidaknya lakukan semua ini demi Papa. "
Ayah Maudy memilih masuk setelah selesai mengutarakan maksudnya, tinggallah Maudy seorang diri di ruang tengah.
Maudy menghela nafas berulang kali, saat
Ini dirinya bagaikan memakan buah simalakama. Ingin menolak namun apalah daya, Ia tak punya keberanian.
Maudy melangkah gontai kedalam kamarnya, di hempaskan nya bokongnya di pinggiran ranjang miliknya. Sebagai seorang anak Ia ingin melihat orang yang paling Ia sayangi bahagia, apalagi beliau saat ini adalah satu-satunya orang tua yang Ia punya.
Maudy merogoh tasnya, mencari sesuatu disana. Di ambilnya ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang, namun sudah yang kesekian kalinya nomor yang Ia coba hubungi tidak juga terhubung atau berada di luar jangkauan.
" Kamu dimana mas, saat ini aku
sedang membutuhkan mu. Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan mu. " Gumam Maudy lirih.
Berkali-kali Maudy menekan tombol panggil namun selalu berada di luar jangkauan. Akhirnya Ia menyerah dan memilih menyibukkan diri sampai malam.
Maudy berharap kalau ini semua hanyalah mimpi saja, Ia masih berharap ketika Ia bangun nanti semua masalahnya akan hilang.
Pagi-pagi Maudy sudah rapi dengan seragam pengajarnya, namun baru keluar dari kamarnya Ia sudah di sambut Ayahnya dengan wajah yang sulit di artikan.
" Kamu mau kemana Nak. " Tanya Pak Rahmat.
" Maudy mau ke sekolah Pa, ini sudah telat. Maudy pamit dulu ya, Papa kalau mau sarapan sudah Maudy siapkan di meja. Papa tinggal ambil sendiri saja ya, Assalamu'alaikum. "
Maudy mencium punggung tangan Ayahnya sembari berlalu keluar, Pak Rahmat menatap kepergian Putrinya dengan tatapan bingung.
" Maudy, Nak.... tunggu !! Apa kamu lupa ada apa hari ini !? "
Maudy menghentikan langkahnya dan menoleh, Ia menggeleng pelan karena memang Ia sudah lupa soal kejadian semalam.
Di saat Ia sedang mengingat- ingat apa yang terjadi semalam tiba-tiba ada suara dari luar rumah mengucapkan salam.
" Waalaikum salam. " Jawab Maudy sambil setengah berlari membukakan pintu.
" Waalaikum salam. " Ucap Maudy lagi ketika pintu terbuka.
Ia terkejut sekaligus heran melihat di luar rumahnya banyak orang asing dengan tubuh tegap.
" Maaf, Bapak- bapak cari siapa. " Tanya Maudy heran.
Tidak lama berselang muncullah dua orang wanita yang masih sama-sama cantik dalam versi usianya masing-masing.
" Oh kalian sudah datang. Mari Pak, Bu. Silahkan masuk. " Pak Rahmat yang baru saja keluar langsung meminta tamunya masuk.
Maudy yang masih bingung dengan semuanya hanya bisa mundur selangkah dan memberi jalan untuk tamunya.
" Silahkan duduk, Pak, Bu. "
Para tamunya mengangguk dan duduk di kursi yang tersedia disana.
" Maudy, sini Nak. " Panggil Pak Rahmat.
Maudy mengangguk pelan dan melangkah menghampiri sang Ayah, Ia masih sangat bingung, apalagi melihat tatapan kedua wanita di depannya.
" Cantik Bunda. " Bisik Bella pada Ibunya.
Bu Ayu mengangguk pelan dan tersenyum, beliau juga membenarkan mengenai penilaian Putrinya pada calon menantunya.
" Maaf, ini ada apa ya. Soalnya saya mau berangkat bekerja. "
Bu Ayu dan juga yang lain saling pandang, mereka mengira kalau Pak Rahmat belum menceritakan pada Putrinya mengenai rencana mereka hari ini.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Andariya 💖
maudy d jodohkan 🤣🤣
2024-01-31
0
🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ🇳 🇴 🇱❣️
jgn" Maudy mau dijadikan tumbal pesugihan 🤔🏃🏃🏃
2024-01-30
2
🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ🇳 🇴 🇱❣️
rombongan dari keluarga calon besan rupanya 🚶♀️🚶♀️🚶♀️
2024-01-30
2