Bab 3 Lamaran Sebenarnya

......................

Pintu ruangan Gibran di ketuk dari luar, Gibran langsung meminta tamunya untuk masuk.

              " Masuk. " Ucap Gibran dengan suara bariton nya.

Dua orang Pria bertubuh tegap langsung masuk ke dalam ruangan dan berdiri tepat di depan Gibran.

        " Oh kalian, apa kalian sudah dapatkan semua yang aku minta. " Tanya Gibran.

Kedua Pria itu saling pandang sebelum keduanya mengangguk serempak. Salah satunya menyerahkan sebuah berkas kepada Gibran namun Pria tampan itu melambaikan tangannya.

            " Tolong bacakan saja untuk ku. " Pintanya.

Pria itu mengangguk dan mulai membaca poin- poin penting yang telah mereka kumpulkan secara susah payah.

           " Namanya adalah Maudy Sabrina Anggraini, anak tunggal dari Pak Rahmat Efendi. Ibunya sudah meninggal dunia lima tahun yang lalu, dia tinggal bersama Ayahnya. Sehari-hari nya Nona Maudy bekerja sebagai guru di sekolah dasar Tunas Jaya. "

Gibran mengerutkan keningnya karena orang kepercayaan nya berhenti melaporkan hasil penyelidikan mereka.

" Apa hanya itu saja yang kalian dapatkan. " Tanya Gibran lagi.

Kedua Pria itu saling pandang, seolah ragu untuk mengatakannya.

" Nona Maudy juga punya seorang kekasih, mereka sudah menjalin hubungan selama dua tahun dan dari kabar yang kami dapatkan, hubungan mereka sudah sangat serius. Untuk sementara hanya itu yang bisa kami sampaikan. " Ucap salah satu dari mereka.

             " Baiklah, kalian boleh pergi sekarang. Terima kasih. "

Gibran mengepalkan tangannya ketika kedua orang suruhannya itu pergi dari hadapannya.

             " Dasar perempuan, dimana- mana, semuanya sama saja. Sudah punya kekasih masih mau saja menjalin hubungan dengan Pria lain. " Gumam Gibran.

Di tempat berbeda, Maudy sedang menjalankan tugasnya. Memberikan materi kepada murid-murid nya, meskipun terkadang fokusnya terganggu karena masalah Pribadinya.

            " Adik- adik, silahkan di catat semua yang ada di papan tulis. Ini pekerjaan rumah, kalian selesaikan di rumah hari ini dan kumpulkan besok. Buat yang sudah, silahkan pulang. "

Satu persatu murid sudah meninggalkan kelas, tinggallah Maudy seorang diri. Ia berulang kali menghela nafas panjang, seberapa keras Ia berusaha mengikhlaskan namun tetap saja rasa ini terlalu berat baginya.

" Maudy, kok kamu masih disini sih. Aku cari tadi kemana-mana tapi nggak ada, mobil mu masih ada di parkiran, rupanya kamu masih betah disini ya. "

Maudy menoleh ke asal suara, ternyata itu adalah sahabatnya.

         " Ada apa Maudy, apa ada masalah. Tidak biasanya kamu menyendiri seperti ini, ah Iya. Dari kemarin aku lihat kamu seperti orang linglung, lebih banyak diam. "

Maudy menggeleng pelan dan berusaha tersenyum, Ia mengatakan kalau dirinya baik- baik saja.

           " Tidak apa- apa Nadia, aku baik- baik saja. Oh sudah jam pulang, yuk kita pulang. " Ajak Maudy

Nadia bisa merasakan kalau saat ini sahabatnya itu sedang ada masalah, namun Ia tidak nyaman untuk bertanya lebih jauh. Karena takut kalau sahabatnya itu akan merasa tidak nyaman padanya.

" Ayo Maudy. "

Keduanya melangkah beriringan, meninggalkan area sekolah yang hanya tersisa mereka berdua.

" Maudy, aku nebeng ya. Biasa mobilku masuk bengkel, maklum sudah tua. " Nadia sengaja membuat lelucon agar sahabatnya itu bisa tertawa.

" Ish mana ada tua. Ya sudah ayolah, tunggu apalagi. "

Nadia memperhatikan raut wajah sahabatnya yang memang nampak murung, ingin bertanya namun lagi- lagi Ia tidak nyaman.

" Makasih ya Maudy, sudah di antar sampai ke rumah. Mau masuk, kita minum dulu. Kebetulan pagi tadi Mama ada bikin kue cake, bukankah kamu suka. " Tawar Nadia.

Lagi-lagi Maudy menggeleng, saat ini Ia hanya ingin menyendiri, tidak ingin di ganggu oleh siapa pun.

        " Ah terima kasih Nadia, tapi kayanya lain kali saja ya. Tolong sampaikan salam ku buat Tante Mayang. Ya sudah kalau begitu, aku pamit dulu ya assalamu'alaikum. "

" Waalaikum salam. " Jawab Nadia setelah Maudy sudah pergi menjauh.

Nadia menghela nafas berat, Ia tau betul kalau sahabatnya punya masalah yang cukup berat saat ini.

" Semoga kamu baik- baik saja Maudy. " Gumam Nadia.

***

Berulang kali Maudy menghubungi nomor seseorang namun sampai saat ini tidak ada jawaban yang Ia terima.

" Kamu kemana saja Mas, kenapa telpon mu nggak pernah aktif lagi. Pesan ku pun hanya centang satu, cepat kabari aku Mas. " Gumam Maudy.

Pagi pagi sekali di depan rumah Maudy sudah nampak ramai, ada beberapa mobil mewah berjejer disana. Beberapa kali bel di bunyikan tapi nampaknya yang empunya rumah masih betah dengan selimutnya, begitu halnya dengan Maudy.

Semalaman Ia tidak bisa tidur, Ia baru tertidur setelah sholat subuh.

" Astagfirullahalazim, aku ketiduran. " Gumam Maudy ketika melihat keadaan dirinya.

Ternyata Ia masih memakai perlengkapan sholat, dan Dia tertidur di atas sajadah. Maudy mendengar bunyi bel terus menerus, perlahan Ia berdiri dan melepas perlengkapan sholatnya.

" Siapa sih yang bertamu pagi-pagi begini. " Gumam Maudy.

Ketika Ia membuka pintu alangkah terkejutnya ketika melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

" Astagfirullah, ya Allah sudah siang. Bagaimana ini, kok aku bisa bangun kesiangan. " Gumam Maudy nampak panik.

Ia berlari kearah pintu karena bel rumah terus menerus berbunyi.

" Iya, tunggu sebentar. " Ucap Maudy sambil membuka pintu.

Lagi- lagi Ia terkejut melihat banyaknya orang yang sudah berbaris di depan pintu rumahnya.

Ada beberapa yang Ia kenal, Maudy menatap mereka dengan tatapan bingung. Itu di karenakan mereka yang datang tidak hanya dengan tangan kosong. Namun semua yang hadir disana membawa sesuatu di tangan mereka.

" Ta, eh Bunda...... ada apa ini. Oh ya, mari silahkan masuk. "

Maudy membuka pintu lebar lebar agar semua tamunya bisa masuk ke dalam rumahnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.

" Mari duduk Nak. "

Bu Ayu menghampiri Maudy dan mengajaknya duduk, dari dalam rumah muncullah Pak Rahmat dengan senyum merekah melihat para tamunya.

" Papa, ini ada apa sebenarnya. Kenapa semua datang membawa banyak barang- barang seperti ini, siapa yang mau nikahan. Kok nggak ngasih tau Maudy. "

Bu Ayu merasa gelisah namun berusaha tersenyum.

" Ah iya maaf Nak Maudy, Bunda datang dadakan. Soalnya Bunda sudah tidak sabar ingin membawa kamu ke rumah Bunda, nggak apa- apakan. "

Kini giliran Maudy yang gelisah, Ia memang sudah menerima perjodohan ini tapi tidak menyangka akan secepat ini.

" Apa ini tidak terlalu cepat Bunda. " Tanya Maudy pelan.

Pak Rahmat tertawa kecil, Ia melihat perubahan di raut wajah Bu Ayu dan yang lainnya.

" Ah Nak, niat yang baik bukankah seharusnya di segerakan. Toh cepat atau lambat kalian juga akan tetap menikah, jadi apa bedanya sekarang atau nanti. " Ucap Pak Rahmat.

Bu Ayu kembali tersenyum, berbeda dengan dua orang wanita yang ikut bersama dengan nya. Sejak tadi mereka hanya memindai seisi rumah Maudy dengan tatapan seolah tidak suka dan jijik.

Beberapa kali mereka nampak berbisik kepada Bu Ayu namun tidak di tanggapi sama sekali.

......................

Terpopuler

Comments

Panji Tika

Panji Tika

dadakan ya lamarannya bikin Maudy bingung aja

2023-11-13

2

🍁ʀͬαͥɪᷤʂᷜαͥ❣️

🍁ʀͬαͥɪᷤʂᷜαͥ❣️

nah jelek banget pikiranmu , asal kamu tau maudy juga dipaksa sama bapaknya ya

2023-11-09

0

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

Si Gibran jgn menyimpulkan yang belum tentu benar adanya'dunk

2023-11-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!