Shara, Keira, bersama Putera tengah asyik ngumpul di satu meja sembari makan di sana. Ini adalah waktunya istirahat pertama, bagi mereka ini adalah waktunya untuk jajan, sementara di jam istirahat kedua mereka membaca buku di perpustakaan.
Shara mulai menatap Putera dan Keira bergantian, dengan perasaan lucu. Dia tahu karakter Keira yang sedikit pendiam dan suka ketenangan, namun lelaki ini telah datang dan mengacaukan ketenangannya. Ini sungguh lucu, pikirnya.
"Aku pikir, kau begitu suka sekali dengan Keira. Alasannya apa?" tanya Shara.
Putera mulai menatap Shara sejenak, lalu mulai berfikir. "Hmmm... entahlah," jawab Putera membuat Shara dan Keira mengangkat sebelah alisnya.
"Pasti ada kelebihan dari Keira yang membuatku kepincut ama dia. Masa kau ga tahu alasannya apa?" tanya Shara merasa tidak puas.
"Yah, memang sih. Dia cantik dan pintar, namun entah mengapa bukan itu yang jadi penyebab aku menyukai dia," jawab Putera sembari sedikit menunduk.
"Bilang aja kau mendekatiku karena aku cantik, beres kan?" ucap Keira kesal.
Putera langsung menggelengkan kepalanya. "Di sekolah lamaku bahkan ada gadis yang jauh lebih cantik dan pintar daripada kau, Keira. Tapi aku sama sekali tidak tertarik, loh!" ucap Putera yang membuat Keira memutar bola matanya malas. Namun perasaan Keira sendiri malah terasa tidak menentu sekarang.
"Nama gadis itu siapa?" tanya Shara.
"Dia bernama Wanda. Dia teman sebangku aku saat masih Di SMA negeri 3. Ada apa?" tanya Putera tanpa berfikir panjang, membuat Shara mulai percaya.
Memang, jika seseorang mulai berfikir sejenak dahulu sebelum berucap, bisa saja dia mengarang, namun Putera tidak.
"Shara, cepat habiskan bakso kau. Lalu, kita tinggalkan lelaki menyebalkan ini di sini," ucap Keira terdengar sangat kesal. Agak aneh.
Shara agak mengerutkan keningnya sejenak, lalu mengiyakan namun di dalam hatinya, dia tertawa.
Karena sedikit memahami bahwa gadis ini sedikit cemburu. Sementara itu piring Putera telah tandas sejak tadi, membuat Keira menghela nafasnya. Jika piring Putera telah tandas, berarti dia sudah selesai makan, dengan begitu dia pasti diikuti lagi.
"Sudahlah, Keira. Pacaran saja sana sama Putera," ucap Shara sambil mengambil es dingin.
"Idih! Semoga kau keselek," ucap Keira kesal.
Mendadak Shara terbatuk-batuk setelah minum es itu, membuat Keira tersenyum puas. "Mampus, kena karma kau."
"Gini amat punya sepupu menyebalkan. Untung si Putera masih sayang," ucap Shara kesal.
"Idih!"
Bel pelajaran kedua berbunyi. Mereka mulai kembali ke kelas secara bersama sama. Keira mulai merasa begitu risih mendengar gosip dari berbagai murid, membicarakan dirinya.
"Liat deh itu, si anak baru itu, kejar Keira terus. Sepertinya mereka punya hubungan deh."
"Mungkin, sih."
"Aku dengar, si Keira juga tidak keberatan tuh diikuti oleh Putera. Mungkin mereka pacaran."
"Kau tahu, Keira itu pendiam dan sangat dingin. Sepertinya Putera adalah orang pertama yang berhasil dekati dia."
Keira menghela nafas pelan, tidak memperdulikan ucapan mereka. Yang Keira tahu, mereka itu hanyalah tukang gosip yang kerjaan nya cuma menggibahi orang saja.
"Biarkan saja mereka berbicara, Keira. Yang penting, kamu tahu bahwa tidak ada yang benar dari gosip-gosip itu," ucap Shara.
"Memang, kelakuan orang lain memang begitu di sini. Mirip sama emak emak kompleks yang liat tetangganya beli kulkas baru," ucap Putera yang terdengar cukup jenaka.
Mereka mulai mengambil tempat duduknya masing-masing. Shara terlihat sedikit bingung dengan perkataan Putera kemarin. Mengapa dia tidak bisa datang jika waktu nya di malam hari?
"Putera, memangnya kenapa jika kau datang tiap malam untuk kerja kelompok?" tanya Shara, membuat Keira menatapnya kesal, karena kembali mengungkit soal rencana kerja kelompok kemarin.
"Tentu saja, aku tidak akan beritahu alasannya. Yang terpenting kita harus fokus belajar dulu. Lihat tuh, guru sudah datang," ucap Putera sambil menunjuk pintu yang dimana Sang guru telah muncul.
Waktu berlalu dengan cepat. Di malam harinya, jalan raya masih cukup ramai dilalui kendaraan. Maklum, masih pukul 9. Shara bersama Keira kini berada di sebuah toko Ganesha Serba ada.
"Kau yakin disini tempat beli alat untuk prakarya besok?" tanya Keira mencoba kemas.
"Kan temanku bilang di Toko Ganesha. Sudah pasti disini tempatnya," ucap Shara sembari menarik tangan Keira untuk masuk ke dalam toko.
"Eh, bentar dulu!" ucap Keira, namun itu sia-sia. Shara telah menarik tangannya dan mereka telah masuk ke toko itu.
Mereka mulai menjelajahi berbagai rak yang penuh dengan barang-barang. Toko ini ternyata serba ada, bahkan Keira terbelalak karena Snack Favoritnya juga dijual di Toko yang terlihat sederhana ini.
"Benar benar seperti namanya, toko serba ada," ucap Keira kagum.
"Makanya, jangan cuma pergi ke minimarket mulu. Sesekali kunjungi toko kecil seperti ini," ucap Shara.
"Idih, ga usah menasehati karena kau juga begitu!" ucap Keira kesal.
Ketika mereka berada di rak khusus alat seni, Keira mulai memilih pensil warna, cat air, dan kertas khusus untuk prakarya mereka. Sementara itu, Shara mencari berbagai perlengkapan tambahan seperti kuas, pensil grafis, dan krayon.
"Lah, kau beli ini semua buat apa?" tanya Keira terheran.
"Kita perlu memastikan prakarya kita nanti akan terlihat sangat kreatif," kata Shara dengan semangat.
Keira mendadak terbelalak ketika seseorang terlihat lewat di sana dan dia sepanjang yang sangat dia kenal. Keira segera mencoba mencari orang itu, namun malah tidak ketemu. Shara yang mengikutinya pun juga kebingungan mencari jejak orang itu.
"Shara, kau juga tidak salah lihat, kan? Itu mirip sekali dengan Lelaki menyebalkan itu," ucap Keira sambil celingak-celinguk.
"Ya, tadi orang itu terlihat mirip dengan Putera. Tetapi masa iya dia jadi Staff di sini?" ucap Shara juga kebingungan mencari keneradaan orang yang lewat tadi.
"Sekarang orang itu hilang. Apa mungkin perasaanku saja, ya?" tanya Keira sambil memijit keningnya.
"Mustahil. Jika hanya perasaanku saja, bagaimana aku dapat melihatnya juga?" tanya Shara lagi.
"Sudahlah, ayo kita perlu ke kasir saja," ucap Keira yang merasa kepalanya begitu pusing.
Mereka segera membawa keranjang belanja nya ke kasih dan ternyata orang yang mereka lihat tadi benar-benar Putera. Dia menjadi pegawai toko di sini, benar benar mengejutkan.
"Putera, ini Kau?" tanya Shara hampir tidak percaya.
"Ya, ini aku." jawab Putera sembari balik bertanya. "Ada apa?"
"Kau kerja di sini,sekarang?" tanya Shara lagi.
"Yah, kerja part time sebagai pegawai toko pada malam hari," jawab Putera sembari menghitung semua belanjaan mereka berdua.
"Lalu bagaimana dengan sekolahmu?" tanya Shara lagi.
Putera terdiam sejenak, lalu menjawab, " Kan aku bilang kerja part time. Sekolah tetap lanjut lah."
Keira menghela nafas, lalu mulai berucap, "Aku harap kau tidak ketiduran di kelas besok karena kau adalah ketua kelompok Prakarya. Ingat, besok praktikum."
Putera tersenyum sejenak, lalu menjawab, "terima kasih atas perhatiannya, Keira."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments