Kisah Kusuma & Keira : Catch Your Heart
Di sebuah bangunan yang begitu megah, bernama SMA Sidhi Karya. Di depan gerbang, terlihat seorang lelaki yang tengah menatap tempat itu dengan perasaan kagum. Dia tidak menyangka akan bersekolah di Sekolah elit ini, walaupun karena Beasiswa selama 2,5 tahun penuh.
Dia bernama Putera, Murid pindahan dari SMA yang jauh di sana, kebetulan takdir mempertemukannya dengan para donatur yayasan dan diberikan bantuan beasiswa untuk bersekolah di SMA elit ini karena prestasinya, dia berhasil menyabet medali perak pada olimpiade Fisika tingkat Provinsi di tahun lalu.
"Sungguh megah," ucap Putera tidak berhenti merasa kagum. Gedung ini terdiri atas gedung 3 lantai, lalu ada lapangan basket yang luas, juga ada kolam renang, parkiran yang sangat rapi, dan juga banyak fasilitas lainnya, yang membuat Putera begitu takjub.
"Rasanya seperti mimpi untuk bersekolah di dini. Tidak heran jika semua teman lamaku langsung merasa iri. Aku beruntung," ucapnya senang.
Mendadak, dari belakang dia didorong, entah sengaja atau tidak, Putera tidak tahu. Putera jatuh terduduk, yang kemudian orang yang menabraknya tertawa. "Murid baru coy, tulang lunak."
"Ekhem, enak nih kalau kita bully keknya," ucap temannya.
Putera mulai bangkit, dan menatap mereka yang rupanya bertiga. Terlihat mereka itu lelaki bertampang layaknya berandalan, telinga saja diisi anting, lalu mengenakan kalung Rantai, tangannya juga tatto-an, jangan lupakan style rambutnya yang seperti kebakaran. Benar benar preman sekolahan, pikir Putera.
"Kenapa lu liat-liat?" tanya lelaki itu sembari mendorong kepala Putera sampai membuatnya terpukul mundur selangkah.
"Mungkin ngajak berantem kali," ucap temannya mengompori.
"Dia cuma tulang lunak, sekali ketiup angin doang udah terbang ke atas awan," ucap temannya satu lagi dengan nada mengejek, yang kemudian tawa mengudara kembali.
Putera terlihat menghela nafasnya, namun tidak menyiratkan ketakutan sedikitpun. Tentu, karena dia memiliki kemampuan dalam bela diri menjadi alasannya. Di sisi lain, semua murid kini telah menatapnya, merasa sangat kasihan melihatnya. "Sayang sekali murid baru itu. Baru masuk sekolah saja sudah berurusan dengan preman sekolah."
Di antara mereka, terlihat sosok lelaki menatap Putera dengan sorot mata dingin, seolah tiada kepedulian sedikitpun, namun dia malah terlihat maju mendekati mereka.
"Heh, dengar ya. Lu itu cuma banci di sini. Jadi, jangan Coba-coba-"
"Bobi, sudah berapa kali aku ingatkan untuk tidak berulah?" tanya Lelaki itu.
Ketiga preman kelas itu mendadak merasa takut. Ini agak menggelikan, sebab sebelumnya dia sok paling berani dan berkuasa, kini malah ciut. "Ketua OSIS, kami hanya-"
"Tidak ada yang perlu dijelaskan di sini. Mulai besok, kau aku Skors 1 minggu," ucapnya penuh wibawa.
Putera terdiam sejenak, memandangi lelaki itu. Lelaki itu membalas tatapan Putera, namun Ekspresinya adalah ketidakpedulian. Dia kini berlalu begitu saja sebelum Putera mulai membuka mulutnya, hendak berucap terima kasih. 'Apa dia masih marah?' tanya Putera di dalam hati.
Putera menghela nafas sejenak, lalu berjalan menuju ke ruang guru. Namun, dia adalah orang yang baru mengenal tempat ini, tentu saja dia tidak tahu letak ruang guru. Putera mulai sedikit kebingungan, sampai dia menemukan seorang gadis yang sangat Putera kenal tengah memainkan ponselnya "Bukankah dia peraih medali emas olimpiade Fisika itu?"
Putera tidak menyangka, setelah belajar selama 6 bulan di SMA umum kemudian pindah kemari, dia dipertemukan oleh Gadis itu kembali. Putera kembali merasa terpesona olehnya dan ini yang kedua kalinya.
Dengan langkah hati-hati, Putera mendekati gadis itu dan tersenyum lebar. "Hai, maaf mengganggu. Aku Putera, murid pindahan baru. Kita pernah bertemu di olimpiade Fisika, bukan?"
Gadis itu mulai menatap Putera, lalu berbalik menatap ponselnya sambil menjawab menjawab, "Itu hanya piagam kosong. Bagaimana kau tahu aku pernah ikut Olimpiade?"
Putera terdiam sejenak, ingin rasanya dia menjerit kesal. Gadis ini ternyata tidak seramah yang dia kira. "Aku pernah melihatmu saat olimpiade itu dimulai. Oh, ya. Apa kau tahu dimana letak ruang guru? Aku adalah murid pindahan, jadi belum tahu-"
"Aku mengerti. Sangat sulit untuk menjelaskan lokasi ruang guru kepadamu, jadi ikuti aku," ucap Gadis itu sembari berjalan mendahului. Putera yang melihatnya langsung mengikuti gadis itu. 'Gadis ini dingin sekali sifatnya,' ucap Putera di dalam hatinya
Di perjalanan, Putera mulai mencoba berbicara kepada Gadis itu, yang ternyata sangat sulit. Gadis ini kelihatannya agak pendiam rupanya, berbeda dengan dirinya yang ceria bukan main, walaupun dibalik keceriaannya, ada penderitaan hidup yang dia tanggung sendirian.
"Kita sudah sampai," ucapnya dengan nada datar.
Putera mulai menatap ruangan itu sejenak, lalu berbalik menatap gadis ini. "Terima kasih banyak, kamu sangat membantu. Aku harap kita bisa menjadi teman baik di sini."
Gadis itu tersenyum tipis, dan meskipun ekspresinya masih agak tertutup, Putera merasa ada sedikit kehangatan dalam senyum itu. "Kalau begitu aku kembali dulu."
Putera terdiam kembali, merasa melupakan sesuatu. Mendadak dia teringat bahwa dia belum bertanya siapa namanya. "Hey, kau belum beritahu namamu! Siapa namamu? Bagaimana caraku memanggilmu?!"
Tidak ada jawaban. Gadis itu tetap berjalan pergi begitu saja. Putera mulai merasa bahwa gadis itu menarik. Tidak mau membuang waktu, Putera memutuskan untuk memasuki Ruang guru.
Bel pelajaran pertama telah dimulai. Terlihat Kelas X IPA 1 tengah begitu ramai dengan murid yang saling berbincang bincang mengenai beberapa hal. Terlihat gadis itu duduk bersama teman sebangkunya, namun dia tidak terlihat seperti yang lainnya. Alih alih mendengarkan gosip, gadis ini malah fokus membaca bukunya.
Terdengar suara langkah kaki, yang dimana Sang guru bersama Putera mulai masuk ke dalam kelas yang seketika begitu hening.
Sang Guru menyapa kelas dan memperkenalkan Putera sebagai murid baru yang akan bergabung di kelas tersebut. "Perkenalkan, ini adalah Putera, Murid baru di kelas kita. Aku harap, kalian dapat belajar dan berteman dengannya, oke. Baiklah, Putera. Silahkan perkenalkan dirimu."
Putera merasa sedikit gugup di bawah sorotan perhatian teman-teman barunya. Namun, dia mencoba menjaga ketenangannya dan memulai memperkenalkan dirinya. "Perkenalkan, namaku Made Putera. Aku pindahan dari SMA negeri 3. Hanya itu yang bisa aku perkenalkan, mungkin ada di antara kalian mau bertanya?"
Seisi kelas tampak bingung mendengarnya. Sungguh perkenalan yang sangat singkat, namun dia juga menawarkan untuk mengajukan pertanyaan.
"Aku mau bertanya. Kapan hari ulang tahunmu? Akan aku siapkan telur dan tepung di saat itu tiba."
"Aku juga. Dimana kau tinggal sekarang? Hanya penasaran."
"Apa saja prestasi yang kau dapat selama Ini?"
"Apa pekerjaan orang tuamu?"
"Apa kau punya pacar?"
Pertanyaan bertubi-tubi mulai dilayangkan kepadanya, membuat Putera agak kewalahan. "Hey, tenanglah. Cukup berikan aku pertanyaan satu demi satu. Jadi, aku harus jawab yang mana dulu?"
Seseorang yang duduk di samping gadis itu mulai mengangkat tangannya. "Aku dulu!"
"Sangat aneh karena kau pindah menjelang ulangan akhir semester. Kenapa kau pindah ke mari? Pasti ada alasannya, bukan?"
Putera terdiam sejenak, kemudian menghela nafasnya. "Itu karena aku mendapatkan beasiswa dari yayasan, namun dengan syarat aku harus melanjutkan sekolahku di sini. Selanjutnya?"
"Putera, semuanya, cukup sampai disini dulu perkenalannya. Lanjutkan saja nanti saat jam istirahat. Kau, silahkan duduk di meja kosong sana," ucap Sang guru sembari menunjuk bangku kosong yang tepat di belakang gadis itu. Hey, keberuntungan macam apa ini?
Putera mulai duduk di bangku yang kosong di situ, lalu dia mulai memperhatikan suasana kelas dan di dalam hati, dia berharap bisa menjalani hari pertamanya di SMA Sidhi Karya dengan baik.
Pelajaran pun mulai berlangsung, dan secara mengejutkan, di hari pertamanya ini dia sudah menerima soal penilaian harian Pelajaran Biologi. Hadeh, belum sempat belajar juga, keluhnya.
Putera mulai menatap soal Biologi ini, mulai membaca soalnya, mendadak dia sedikit terbelalak. Soal ini begitu mudah untuk dikerjakan, jadi mengapa dia mengeluh barusan?. 'Hadeh, soal segampang ini bisa aku kerjakan dengan mata merem. Mengap aku harus cemas begitu barusan?
Tidak terasa waktu cepat berlalu. Para murid mulai berhamburan Keluar, dan Putera memulai aksinya untuk mendekati Keira. Dengan begini, kisah cinta ini segera dimulai.
-bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
White Mist (Trisha)
bukan novel fantasi... sedikit kecewa saya 😢😢
2023-11-18
0
Erna Wati
mjskkek
2023-11-16
1
Jejakk~
2023-10-08
4