Kerja Sama

"Putera, maju!" ucap temannya, memerintah Putera untuk maju ke depan sembari memberikan operan pendek ke arah Putera. Saat itu lawan telah begitu lengah sampai ruang pertahanan terbuka lebar dan Putera sangat leluasa menghitung bola kedepan sampai sang Kiper maju ke depan mencoba menghentikannya dengan cara Tackle karena tidak mungkin mengambil bola lawan karena dia sudah berada di luar garis gawang.

Putera berhasil melakukan dorongan pendek ke arah lain pada bolanya sehingga tackle lawan hanya mengenai kakinya. Itu mulai membuat Putera kehilangan keseimbangan dan mulai terjatuh, namun dia segera bangkit dan berlari ke arah bola dan melakukan shooting pelan yang disertai dengan dia yang jatuh terjengkang karena merasa sakit pada kakinya akibat Tackle tadi. Bola itu pun akhirnya masuk ke dalam gawang.

Suara peluit berbunyi, pertanda pertandingan telah usai. Pelajaran olahraga di pagi ini akhirnya ditutup. Mereka pun mulai kembali menuju ruang ganti untuk mengganti pakaian olahraganya, kembali ke pakaian Seragam normalnya.

Putera baru saja berganti pakaian, langsung saja dirangkul oleh sahabatnya. "Shooting yang bagus, Putera!"

Putera langsung mengerutkan keningnya sembari berucap, "hanya kebetulan saja."

"Yah, aku pikir begitu. Namun apakah kau tidak melihat reaksi gadis yang selalu kau kejar itu?" tanya temannya itu mencoba menggoda Putera.

"Maksudmu Keira? Aku lihat dia biasa-biasa saja, karena dia tidak suka sepak bola," jawab Putera enteng.

"Eh? Kau baru 3 hari sedekat itu dengan dia, tapi kau sudah paham banyak hal tentangnya, Putera. Wow, sepertinya hubungan kau dengannya sudah melewati batas teman," ucap temannya itu.

"Masih belum," ucap Putera sembari menghela nafasnya. "Dia sangat susah didekati."

"Tetapi aku selalu lihat kalian berjalan bersama di setiap tempat," tanya temannya sembari mengingat bagaimana Putera, Keira dan Shara yang selalu bersama.

"Itu karena keberadaan Shara. Tanpa dia, mungkin aku selalu dijauhi oleh Keira," ucap Putera.

Mereka pun mulai berjalan keluar dari ruang ganti, Putera terlihat tertatih-tatih, sedikit kesulitan jalan karena kakinya yang sedikit sakit. "Putera, kau kelihatannya Cedera. Mungkin perlu dipijat."

"Ah, itu karena tackle yang kau lakukan tadi, bodoh!" ucapnya sambil menjitak kepala temannya itu. "Kalau mau Tackle minimal jangan incar kaki lah!"

"Iya-iya, maaf. Sebenarnya aku berniat incar bolanya, tapi kau sendiri yang pintar ubah posisi bola nya jadi yang kena malah kaki kau," ucapnya lalu mulai melakukan pertolongan Khusus untuk cedera.

Keira mulai terlihat sedang berbincang bincang bersama Shara, kini terkejut melihat meeka berdua. "Kenapa tuh kakimu? Keseleo?" tanya Keira dengan ekspresi mengejek.

"Astaga, jangan begitu kepada calon Suamimu," ucap Shara yang membuat Keira terbelalak dan melotot ke arah Keira. Bukannya mendukung dirinya, sepupunya ini malah menggodanya balik seperti ini.

Satu jitakan mendarat mulus di atas kepala Shara, membuat gadis itu meringis. "Keira, Sakit tahu!"

"Itu akibat mulut kau yang sembarangan bicara," ucap Keira kesal.

Shara mendadak memasang muka memelas. "Lihatlah, Putera. Calon istrimu kalau marah, dia sangat keterlaluan," ucapnya.

"Calon istri kepalamu!" teriak Keira Marah hingga menjitak kepala Shara yang kedua kalinya. Melihat hal itu tidak ayal membuat Putera tertawa, namun seketika dia kena getahnya. "Kau juga, jangan ketawa!" ucapnya sembari menjitak kepalanya pula.

"Keira, jitakan kau ternyata tidak main-main," ucap Putera sembari memegangi kepalanya yang berdenyut kesakitan akibat jitakan Keira yang sangat mematikan.

Sementara itu temannya sudah selesai melakukan pijatan dan kini Putera mulai merasa sedikit lebih baik daripada sebelumnya. Dia mulai berjalan ke luar Ruang Ganti. "Ayo kita kembali ke kelas."

Keira dan Shara yang selalu bersama segera berjalan mengikuti Putera, dan temannya ini tersenyum lalu mengeluarkan ponselnya. Dia sempat mengetik sesuatu di sana sebelum sebuah pesan muncul di ponselnya.

'Tolong beritahu aku perkembangan hubungan mereka. Aku harap dia adalah lelaki yang baik untuk kakakku.'

Lelaki itu tersenyum, lalu berkata pada dirinya sendiri. "Putera, sungguh beruntung karena adiknya Keira sendiri bahkan ikut memperhatikan kedekatanmu dengan kakaknya. Aku rasa, kau mungkin bisa mendapatkan Cinta dari Keira."

Perlu diketahui, keluarga Wijaya adalah keluarga konglomerat yang terkenal dengan kekayaan dan bisnisnya. Mereka juga memiliki jaringan persahabatan dengan berbagai pengusaha hingga pejabat daerah. Keira adalah salah satu gadis yang digadang-gadang akan meneruskan garis keturunan keluarga Wijaya, namun itu menjadi hambatan setelah Keira ternyata tidak menyukai kedekatan dengan Lelaki manapun selain kerabatnya. Itu membuat keluarga Wijaya sangat menyayangkan hal itu. Begitu juga mereka tidak berkeinginan memaksakan kehendak mereka pada Keira, jadi mereka berharap seseorang datang dan menaklukkan hati dinginnya.

Dia biasanya selalu bersikap lumayan datar setiap kali pulang, namun sejak Keira mulai terlihat berubah, mereka mulai menyelidiki apa yang terjadi. Begitu diketahui bahwa Putera adalah penyebab utamanya, semua anggota keluarga Wijaya sepakat untuk mengawasi lelaki ini.

Putera tengah duduk di satu meja dengan Keira dan Shara, hendak mengerjakan praktikum kelompok. Putera mulai mengeluarkan berbagai bahan bahan Prakarya yang kemarin mereka berdua beli.

"Aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan dengan Stik es krim seperti ini, Putera. Sebenarnya apa yang akan kau buat?" tanya Keira terheran. Kelompok lain lebih banyak yang membawa tanah liat dan ada juga yang membawa kertas karton. Lah, ini kenapa harus Stik Es Krim?

Putera malah tersenyum, namun tidak menjawab. Dia berfikir hanya butuh tindakan untuk menjawabnya. Dia segera menyusun semua stik itu, dengan lem di tangannya, dia mampu membuat Stik itu menjadi tempat pensil selama 30 menit, hampir 2 jam pelajaran.

"Oke, tinggal Finishing," ucap Putera santai.

"Ini..." Keira tidak mampu berkata apa-apa lagi. Ini adalah tempat pensil dari Stik Es krim yang baru pertama kali dia lihat.

"Sekarang, Keira. Kau kan jago mewarnai, tuh? Ayo kita Finishing," ucap Shara.

Keira mulai melakukan pengecatan, yang dimana dengan cerdik, dia memoleskan Kuasnya dengan ornamen yang mantap. Jadilah Tempat pensil yang begitu luar biasa.

"Selesai," ucap Shara girang. Putera dan Keira saling berpandangan karena mereka baru menyadari satu hal. Itu tidak lain adalah kontribusi Shara di tugas kelompok ini.

"Shara, tinggal kau yang belum berkontribusi," ucap Keira.

"Lah, kan susah selesai," jawab Shara enteng.

"Ceritanya numpang nilai nih?" tanya Putera.

Shara langsung tidak terima. "Hey, yang beli ini semua siapa kemarin?"

Keira menghela nafas pelan. "Terserah kau saja, Shara."

Mereka pun segera mengumpulkan hasil karya mereka dan sang guru pun tersenyum melihatnya. Bel istirahat kedua juga mulai berbunyi. Pelajaran pun akhirnya ditutup dan ini sudah waktu nya untuk pergi ke perpustakaan.

"Putera, kenapa kau tidak bilang bahwa kau kerja part time?" tanya Shara.

"Yah, aku rasa kalian pasti akan tahu sendiri, makanya aku biarkan waktu yang menjawabnya," jawab Putera sekenanya.

"Alasan macam apa itu?" tanya Keira dengan ekspresi malasnya.

"Ayahku pernah bilang. Jika seseorang punya rahasia dan mereka menyembunyikannya padamu, biarkan saja karena waktu pasti akan menjawabnya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!