"Jangan berpura-pura bodoh. Kenapa kamu menyuruh kedua orang tuaku untuk melakukan pekerjaan rumah? Bukankah ini semua adalah tugasmu?" Samuel kaget ketika Amanda mengatakan hal tersebut; matanya langsung menatap Amanda dengan tajam.
"Siapa bilang? Aku tidak pernah menyuruh kedua mertuaku untuk melakukan pekerjaan rumah. Justru yang melakukan semua ini adalah aku," ucap Samuel dengan kesal.
"Jangan percaya dia, Amanda. Bukti sudah jelas, dia memperlakukan kami dengan tidak baik, dan dia juga telah menyiksa kami," ucap Sania, yang memperlihatkan luka di tubuhnya.
Amanda langsung marah ketika melihat bekas luka di tubuh ibunya. Dirinya benar-benar merasa sangat geram dengan apa yang dilakukan oleh Samuel.
Sementara itu, kedua orang tua Amanda tersenyum licik karena akting mereka bisa membuat Amanda percaya.
"Akhirnya, aku bisa mengusir menantu miskin ini. Setelah ini, aku ingin Amanda segera menceraikannya," gumam Sania.
Samuel merasa sangat geram dengan perlakuan yang dilakukan oleh istrinya.
"Aku bekerja seharian di sini, menyapu, mengepel, bahkan aku membuatkan makan malam untukmu, tapi kamu malah menuduhku melukai ibumu!" teriak Samuel dengan penuh kemarahan.
"Kamu berani membentak aku, memangnya kamu siapa?"
"Aku hanyalah pria miskin, tapi aku memiliki harga diri. Jika harga diriku diinjak-injak, selama ini aku bersabar atas perlakuan kalian. Aku menghormati kamu sebagai istriku, dan aku menghormati mereka berdua karena mereka adalah mertuaku."
Amanda kaget dengan kata-kata yang diucapkan oleh Samuel. Dia sudah berani membentak dirinya dan kedua orang tuanya.
"Siapa suruh kamu menikah denganku? Aku juga tak berharap menikah denganku. Seharusnya aku bisa menikah dengan Dion," ucap Amanda penuh lantang, yang membuat Samuel sakit hati karena dia sudah mulai mencoba untuk mencintai istrinya, tapi dirinya berusaha untuk tenang.
"Jadi kamu menyalahkan aku karena kamu gagal menikah dengan kekasihmu itu. Apa kamu ingat, kita sama-sama dijebak, tapi kamu malah menuduhku bahwa aku yang merencanakan semua ini," ucap Samuel. Matanya terus menatap Amanda. Sorot matanya menunjukkan bahwa dirinya sangat marah kepada istrinya.
"Amanda, jika kamu menikah denganku karena terpaksa, mari kita akhiri pernikahan ini," ucap Samuel penuh penekanan.
Amanda hanya tersenyum dan mengatakan, "Mulai sekarang, kamu pergi dari sini dan jangan menunjukkan batang hidungmu lagi di sini. Dan untuk masalah perceraian, aku yang akan mengurusnya," ucap Amanda lalu mempersilahkan Samuel untuk pergi.
Samuel hanya mengangguk, lalu dia segera membereskan bajunya dan keluar dari rumah tersebut.
Samuel menatap sekeliling pernikahannya, hanya beberapa bulan, akhirnya harus kandas. Samuel mengingat perkataan ibunya bahwa jika sudah memiliki seorang istri, harus selalu menghormati istrinya.
"Maaf, mah. Aku tidak bisa menepati janjiku. Aku bukannya tidak menghormati istriku, tapi aku tidak ingin harga diriku diinjak-injak, mah," ucap Samuel. Tak terasa, dia meneteskan air matanya karena merasa kangen dengan mamahnya.
Samuel keluar dari rumah tersebut, lalu pergi dengan menggunakan motor kesayangannya.
Samuel melajukan motornya di tengah-tengah hujan. Matanya terus fokus ke depan, dan sampailah Samuel di sebuah rumah yang sangat sederhana.
Rumah itu dia beli hasil dari kerja kerasnya sebelum dirinya dipecat karena kasus skandal yang menimpa dirinya dan juga Amanda.
"Sepertinya aku harus tinggal di sini untuk sementara waktu sebelum aku pergi mencari pekerjaan," gumam Samuel. Lalu, dia membuat air hangat untuk mandi.
Kini Samuel telah mandi menggunakan air hangat. Dia lalu merebahkan dirinya ke ranjang.
Sambil membuka ponselnya, Samuel ingin mencari pekerjaan yang pas untuknya. Samuel terus mencari-cari pekerjaan agar dirinya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Saat Samuel sedang mencari informasi pekerjaan, tiba-tiba ada seseorang yang menelponnya.
Nomor yang tidak dikenal, Samuel yang penasaran kemudian menekan tombol hijau dan mendengarkan siapa yang meneleponnya.
"Halo, dengan siapa ini?" tanya Samuel.
"Halo, apa benar aku berbicara dengan Samuel?" ucap seseorang dari seberang sana.
Samuel seperti mengetahui suara orang tersebut; suara yang membuatnya sedikit kangen.
"Papah?"
"Ternyata ini benar kamu, Samuel. Kembalilah, papah dan mamah sangat merindukanmu," ucap William yang merindukan suara putranya.
"Maaf, pah, aku tidak bisa pulang sebelum aku bertemu dengan orang tua kandungku."
"Samuel, papah mohon kamu pulanglah. Temui mamahmu; dia sangat merindukanmu. Apa kamu tega membiarkan mamah terbaring di rumah sakit?"
Samuel kaget ketika mendengar mamahnya masuk rumah sakit; jantungnya seakan berhenti berdetak selama beberapa detik.
"Apa, pah? Mamah masuk rumah sakit. Papah tidak berbohong, kan?" tanya Samuel.
"Papah tidak bohong. Papah ingin kamu segera pulang ke London."
"Besok aku akan pulang ke London."
"Baiklah, nanti aku akan suruh asisten papah untuk segera menemui kamu."
Tak terasa air matanya menetes ketika mendengar mamahnya masuk ke rumah sakit karena memikirkan tentang dirinya. Mamahnya yang merawatnya mungkin bukan orang tua kandungnya, tapi dirinya yang telah merawat Samuel dari kecil hingga dewasa seperti sekarang.
Sudah mendapatkan satu masalah, muncul masalah baru lagi. Samuel segera berkemas sebelum besok memutuskan untuk pergi ke London.
Hari semakin pagi, Samuel bangun dari tidurnya lalu mencuci muka dan membuat sarapan. Samuel akan pergi ke London pagi-pagi.
Setelah selesai membuat sarapan, Samuel segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Samuel sudah berdandan dengan rapi, dia segera pergi ke tempat makan dan memakan sarapan yang telah dirinya buat.
Mungkin Samuel akan menunda sementara waktu untuk menemukan orang tua kandungnya.
Samuel sengaja pergi dari London hanya untuk mencari orang tua kandungnya setelah mengetahui bahwa Samuel bukanlah anak kandung dari papah William dan mamah Yuna.
Samuel yang mengetahui hal tersebut kecewa. Lalu, dirinya memutuskan untuk datang ke Indonesia demi mencari orang tuanya.
Samuel menyamar menjadi petugas hotel demi mencari informasi tentang kedua orang tuanya, tapi malah berakhir di pelaminan.
Sungguh nasib yang kurang beruntung karena dia malah mendapatkan istri yang sombong dan mertua yang angkuh.
Samuel kini pergi ke bandara dengan menggunakan taksi, sementara motor kesayangannya dia letakkan di dalam rumah.
Sebelum itu, Samuel menghubungi ayahnya. Dirinya akan segera ke bandara dan menuju London.
Sesampainya di bandara, Samuel menunggu kedatangan pesawat yang menuju ke London.
Semalam, Samuel sudah memesan tiket pesawatnya karena bantuan dari papahnya, dan sekarang dirinya bisa segera pergi ke London.
Samuel sekarang sudah masuk ke dalam pesawat yang menuju ke London. Samuel duduk di dekat jendela lalu dia melihat sekeliling.
"Sampai jumpa, Indonesia. Aku pasti akan kembali lagi kesini dan untuk kedua orang tua kandungku, aku pasti akan menemukan kalian," lirih Samuel, dan pesawat yang di ditumpanginya akhirnya terbang.
Samuel akhirnya pergi meninggalkan Indonesia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
zahraky
Gitu dong sam.harus punya pendirian dan harga diri 😍
2024-03-15
0
zahraky
Ok aku ikutti cerita ini..tapi jika suatu saat samuel jd org kaya trus balik lg sama si amandel ini..maaf saja aq skiipp novel nih
2024-03-15
0
SR.Yuni
Cuma nanya ya, aku belom ada pengalaman pergi ke LN. Apa segampang itu pesen tiket dan mengurus visa?... maaf ini hanya nanya ya🙏🙏
2024-03-10
0