***
Keesokan harinya, karena saat berada di Balai Kota Klarisa sempat terlihat sakit dan sepulangnya terlihat sangat berantakkan, Ayahnya Karina yaitu Emillio memutuskan untuk mengirim Putrinya itu ke salah satu Rumah Sakit Ternama di Ibu Kota dan menjalankan pemeriksaan secara menyeluruh.
Yang lagi-lagi membuat Klarisa mau tidak mau harus menurut dan rela di seret-seret oleh para Dokter atau pun perawat di Rumah Sakit.
“Lihat… Apa kataku! Aku baik-baik saja, kan?” ucap Klarisa kepada seorang Dokter dan juga pelayan pribadinya Kimi yang sejak tadi sudah menemaninya, setelah hasil pemeriksaan kesehatannya sudah keluar.
“Apa benar begitu, Dokter?” tanya Kimi dengan tatapan khawatirnya.
“Ya, Nona Karina sangat sehat. Tapi, saya dengar anda sempat mengalami kecemasan yang berlebihan?” balas Dokter yang saat ini duduk tepat dihadapan Klarisa sambil memegang dokumen kesehatannya.
“Hm? Kata siapa?” tanya Klarisa dengan nada santainya “Kata Ayah anda,” jawab Dokter dengan wajah seriusnya, yang seketika itu juga membuat Klarisa teringat dengan kondisi kacaunya saat tiba-tiba bertemu dengan orang yang paling ia benci di Balai Kota.
“Ah, sial itu! Aku akan berusaha mengendalikannya,” balas Klarisa yang menganggap kalau kecemasannya itu muncul akibat trauma di masa lalunya.
Tapi, bukannya mengiyakan perkataan Klarisa, dengan reflek Dokter dihadapannya kembali berkata “Karena itu, anda harus berhenti membuat pesta dan minum minuman keras lagi,” yang seketika itu juga membuat Klarisa tersentak dan Kimi pun langsung melirikkan tatapan tajamnya kepada Klarisa.
“Ya?! Haha… Baik Dokter,” balas Klarisa dengan senyuman canggungnya “Kalau soal minuman keras, bukan aku pelakunya tahu!” gerutu Klarisa di dalam hatinya.
Sekitar setengah jam kemudian, Klarisa yang sudah selesai melakukan semua pemeriksaan kesehatan akhirnya keluar dari dalam Gedung Rumah Sakit itu bersama dengan Kimi dan dengan reflek Klarisa menghentikan langkah kakinya sambil berbalik ke arah Kimi untuk bertanya “Tapi, bagaimana bisa Dokter itu tahu soal Pesta minuman keras yang aku adakan? Bukannya itu rahasia?” dengan ekspresi bingungnya.
“Hm… kalau soal Pesta minuman keras itu… sepertinya saat ini sudah menjadi rahasia umum anda, Nona.” Jawab Kimi dengan nada bicaranya yang terdengar penuh dengan keraguan.
“Hah?! Astaga, memalukan sekali!” keluh Klarisa dengan reflek sambil menghentakkan kakinya dengan kasar dan mengacak rambutnya sendiri “Pantas saya Tuan besar Emillio sampai marah sekali! Dia pasti malu punya Putri yang suka berfoya-foya!” batin Klarisa dengan perasaan kasihannya kepada Sang Panglima Perang atau Ayahnya Karina.
Beberapa detik kemudian, setelah tersadar dari pikiran kacaunya Klarisa pun merasa kebingungan karena beberapa pengawal dan juga seorang kusir, yang seharusnya menunggu dirinya di depan Gedung Rumah Sakit tidak ada “Hm? Dimana mereka?” gumam Klarisa saat ia hanya melihat kereta kuda milik keluarga Kendrick saja.
“Benar juga, kemana perginya pengawal dan Pak Kusir? Apa mereka di Toilet?” ucap Kimi yang juga kebingungan sambil terus menolehkan kepalanya ke berbagai arah.
“Coba kamu cari mereka di Toilet,” pinta Klarisa dengan reflek kepada Kimi, yang saat itu juga membuat Kimi mengangguk dan langsung bergegas pergi memasuki Gedung Rumah Sakit lagi.
Saat Klarisa sudah seorang diri, ia pun berjalan mendekati kereta kudanya dan tiba-tiba instingnya mengatakan kalau saat ini, ia sedang diawasi oleh seseorang “Siapa orang yang berani memata-matai Putri dari Panglima Perang?!” batin Klarisa yang kesal dan merasa ditantang.
“Tunggu! Apa suruhannya Putra Mahkota?!” gumam Klarisa yang tiba-tiba teringat dengan wajah tampan Putra Mahkota yang sempat ia temui kemarin malam.
Dan tepat sebelum Klarisa membalik badannya tiba-tiba ada beberapa pria berjalan mendekatinya setelah itu langsung membekap Klarisa “Hmph?!” dengan kain yang sudah diberikan obat bius, yang beberapa detik kemudian berhasil membuat Klarisa jatuh pingsan di tangan penculik.
***
Tanpa sadar Klarisa di bawa oleh para penculik ke dalam hutan dan di masukkan ke dalam sebuah gubuk untuk disandra, hingga beberapa menit kemudian Klarisa tersadar dari pingsannya dan mulai membuka kedua matanya.
“Ah, akhirnya bangun juga!” ucap seorang pria yang saat ini berdiri tepat dihadapan Klarisa dengan menggunakan sebuah tongkat, karena salah satu dari kakinya terluka dan dibalut perban.
Klarisa yang tersadar kalau saat ini dirinya sedang berada dalam bahaya, mulai berusaha untuk membaca situasi “Ada lima orang pria bersenjata dan satu pria yang terlihat cukup kaya raya?” pikir Klarisa dengan wajah bingungnya saat melihat pria berwajah biasa saja sedang berdiri dihadapannya dengan tongkat.
“Siapa kamu?” tanya Klarisa dengan nada santai dan wajah datarnya, yang seketika itu juga membuat lima pria penculik saling tatap-tatapan, sedangkan pria dihadapan Klarisa langsung tersentak dan tertawa dengan aneh.
“Hahaha! Apa katamu?! Berhenti berpura-pura tidak mengenalku! Padahal… bulan lalu kamu masih merengek untuk balikan denganku! Ck,” balasnya dengan nada dan ekspresi yang sangat angkuh dihadapan Klarisa.
Sedangkan Klarisa yang mendengar perkataan pria itu pun langsung teringat dengan perkataan Kimi soal tunangan Karina yang berselingkuh “Ah! Pria bodoh itu! Tunggu, kenapa juga… Karina tidak bisa melupakan pria yang seperti belalang ini?!” batin Klarisa yang kesal setelah memperhatikan penampilan mantan Tunangan Karina.
Beberapa detik kemudian, Klarisa pun menghela nafas panjangnya dan kembali mengajukan pertanyaan “Lalu, apa maumu?” dengan nada bicaranya yang agak ketus dan penuh keberanian, yang lagi-lagi membuat pria dihadapannya tersentak.
“Hah! Bagaimana bisa kamu berubah menjadi wanita tangguh hanya dalam beberapa minggu saja?!” gerutu mantan Tunangan Karina dengan wajah bingungnya.
“Ekhem! Aku mau membalaskan dendamku padamu! Lihat kakiku! Karena ulah Ayahmu… aku harus menanggung malu seumur hidupku seperti ini!” sambung mantan Karina dengan membentak-bentak Klarisa dengan penuh amarah.
“Oh. Jadi, begitu! Seharusnya kamu bersyukur, karena masih dibiarkan hidup oleh Ayahku!” balas Klarisa sambil menggerakkan tangannya yang terikat. Tapi, ternyata ikatan pada kedua tangannya tidak kencang sama sekali “Wah… mereka pasti sangat meremehkan aku,” batin Klarisa.
Mantan tunangan Karina yang mendengar perkataan Klarisa itu pun kembali mengamuk dan dengan reflek berkata kepada lima pria bayarannya yang memegang senjata “Terserah kalian mau melakukan apa kepadanya! Yang jelas, setelah itu kalian harus membuang tubuhnya ke dalam jurang. Mengerti?!” sambil melirikkan tatapan tajamnya kepada Klarisa yang masih duduk terikat.
“Baik, Tuan!” balas lima pria bayarannya secara bersamaan, sambil sesekali tersenyum saat melihat kecantikkan wajah Karina.
Sedangkan Klarisa yang mendengar kalimat ‘buang tubuhnya ke dalam jurang’ seketika itu juga merasa sangat marah dan saat melihat mantan Tunangan Karina itu sudah melangkah keluar dari dalam gubuk, detik itu juga Klarisa siap melepaskan ikatannya dan balas menyerang, dengan tekad untuk tidak mengalami mati konyol yang kedua kalinya.
***
Di sisi lain, saat mantan Tunangan Karina sudah keluar dari dalam gubuk dan memasang senyuman liciknya, dengan santai ia meminta kepada dua pengawalnya untuk bersiap-siap pulang. Tapi, tepat sebelum ia memasuki kereta kudanya, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki kuda yang sangat cepat mendekatinya.
Dan pada saat mantan Tunangan Karina menolehkan kepalanya, betapa kagetnya ia karena beberapa pria yang sedang menaiki kuda adalah Putra Mahkota dengan para bawahannya yang sudah dikenal mematikan.
“A-astaga! Sedang apa Pangeran Frey… ah, maksud saya Yang Mulia Putra Mahkota ada di hutan yang kotor seperti ini?!” tanya mantan Tunangan Karina dengan ekspresi gugup sekaligus takutnya, saat Frey atau Putra Mahkota beserta beberapa anak buahnya menuruni kuda hitamnya.
Tanpa banyak basa basi, Putra Mahkota yang sudah mendengar kabar dari anak buahnya kalau Karina di culik dan di bawa ke dalam hutan, detik itu juga langsung menghunuskan pedangnya “Sring!” ke arah leher mantan Tunangan Karina “Hik?! Kenapa?!” kagetnya.
Dengan senyuman menyeringai dan tatapan tajam yang sangat mematikan, Frey pun berkata “Hama sepertimu… memang sudah sepantasnya mati, kan?” yang seketika itu juga membuat tubuh mantan Tunangan Karina bergetar ketakutan dan sebelum ia kembali bicara, tanpa belas kasih Frey langsung menebas tubuh pria dihadapannya itu “SRAK!!!” dan membuatnya jatuh terkapar dengan banyak darah yang berceceran di tanah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments