Emillio Kendrick, ia dikenal sebagai panglima perang yang paling hebat dan penuh karisma, selain itu ia juga dikenal oleh musuhnya sebagai Kepala Iblis, karena ia selalu menghabisi ketua musuh dengan cara menebas kepala dan membawa kepala itu hingga dihadapan sang Raja.
Selama ini Klarisa hanya dapat mengagumi Emillio Kendrick melalui cerita saja. Tapi, tidak ia sangka saat ini ia justru hidup kembali di dalam tubuh Putri semata wayangnya Emillio yang bernama Karina “Dewa benar-benar menyelamatkanku! Bukannya jatuh ke tangan Iblis… saat ini aku masih bisa bernafas dan menjadi Putri seorang panutan!” batin Klarisa dengan senyum penuh kemenangan.
“Nona… anda tidak merasa takut?” bisik wanita yang ternyata adalah pelayan pribadi Karina, yang bernama Kimi sambil terus mengikuti langkah kaki Karina saat sesampainya ia di Kastil keluarga Kendrick.
“Kenapa takut?” tanya Klarisa dengan wajah polosnya sambil menghentikan langkah kakinya dan membalas tatapan mata Kimi dengan lekat.
“Karena sepertinya… Tuan besar sudah tahu rahasia Nona,” jawab Kimi dengan nada bicaranya yang berbisik, sambil sesekali melirikkan matanya dengan penuh waspada.
“Rahasia?” gumam Klarisa dengan wajah bingungnya “Memangnya aku punya rahasia apa?” tanya Klarisa dan tepat sebelum Kimi menjawab pertanyaan Klarisa, tiba-tiba ada seorang Kepala Pelayan memanggil nama Karina dan mempersilahkan Klarisa untuk segera menemui Emillio seorang diri tanpa ditemani oleh Kimi.
Dengan perasaan senang dan tidak sabar, Klarisa melangkah masuk ke dalam ruangan Emillio sambil berusaha meyakinkan dirinya kalau pria yang penuh karisma itu adalah Ayahnya. Tapi, tepat setelah Klarisa melangkah masuk tiba-tiba ia diteriaki oleh pria yang ingin ia anggap Ayah itu “Kamu sudah tidak waras, ya?!” yang seketika itu juga membuat Klarisa tersentak dan merasa telinga tertusuk.
“Ugh,” keluh Klarisa sambil menyentuh telinganya sekilas.
“Ayah dengar kamu sering mengadakan pesta minuman keras dan tidur dengan sembarang pria?!” bentak Emillio sambil berjalan mendekati Klarisa dengan langkah kakinya yang sangat kasar.
Sedangkan Klarisa yang mendengar perkataan pria dihadapannya itu pun langsung membelalakkan matanya dan berkata “Apa?!!” dengan nada bicaranya yang sangat kencang “Hah? Jadi, ini rahasia yang Kimi katakan tadi?!” kaget Klarisa di dalam hatinya.
Detik itu juga, tiba-tiba Emillio mencengkram kedua lengan Klarisa dengan sangat kasar sambil berkata “Sekarang juga, katakan! Siapa pria itu?!” dengan ekspresi yang terlihat sangat marah dan mengerikan di mata Klarisa.
“E… I-itu… Ugh, sakit sekali!” keluh Klarisa yang berusaha mengalihkan topik pembicaraannya dan membuat Emillio yang tidak tega, segera melepaskan cengkraman tangannya.
“Hah… sial! Akan aku tebas kepala pria itu!” gerutu Emillio sambil membalik tubuhnya dan melangkah pergi dari hadapan Klarisa, yang seketika itu juga membuat Klarisa merasakan betapa besar kasih sayang seorang Emillio kepada Putrinya Karina.
***
Setelah keluar dari dalam ruangan Emillio, dengan ekspresi sedihnya Klarisa melangkah pergi sambil teringat dengan wajah Ayahnya yang sempat ia temui sebelum jatuh ke dalam jurang.
“Nona!” tiba-tiba Kimi berlari mendekati Klarisa dan bertanya “Nona tidak memberitahu Tuan besar, siapa pria yang sudah tidur dengan Nona kemarin malam kan?” tanya Kimi dengan tatapan khawatirnya.
“Aku saja tidak tahu siapa pria itu,” batin Klarisa sambil terus melangkahkan kakinya.
“Dengar! Pokoknya Nona tidak boleh beritahu nama pria itu… atau tidak, Tuan besar akan benar-benar memenggam kepala pria itu!” sambung Kimi dengan nada bicaranya yang panik.
“Memangnya kamu tahu siapa pria itu?” balas Klarisa dengan nada santainya “Hm… soal itu, hanya Nona yang tahu! Karena Nona bilang itu rahasia,” jawab Kimi dengan ekspresi sedihnya.
Klarisa yang mendengar perkataan Kimi itu pun langsung memutuskan untuk mengubur semua rahasia yang dimiliki oleh Karina, karena saat ini tubuh Karina akan ia ambil alih sepenuhnya, entah sampai kapan.
“Tapi, kenapa Karina sampai membuat pesta minuman keras?! Apa dia sudah tidak waras?” gerutu Klarisa yang tanpa sengaja di dengar oleh Kimi dan membuat Kimi kebingungan, setelah itu berkata “Nona bertingkah seperti itu setelah tahu kalau tunangan Nona selingkuh, karena itu juga… Tuan besar jadi sangat marah dan memutuskan untuk segera pulang setelah perang selesai!” ucap Kimi panjang lebar.
“Uwa! Ternyata ada cerita sedrama itu di Ibu Kota sebesar ini?!” kaget Klarisa yang selama ini hanya tinggal di dalam desa kecil.
Kimi yang melihat tingkah dan ucapan Nonanya itu pun langsung menatap tajam Klarisa dan dengan curiga berkata “Tapi, kenapa Nona bicara seperti sedang membicarakan orang lain? Nona baik-baik saja, kan?!” dengan ekspresi paniknya tepat dihadapan Klarisa.
“Ugh, sepertinya aku masih belum sadar dari pengaruh minuman keras! Ayo, antar aku ke kamar,” balas Klarisa dengan reflek sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, yang sengaja ia lakukan agar Kimi tidak semakin menaruh curiga kepada dirinya.
***
Keesokan harinya, Klarisa kembali menemui Emillio yang saat ini sepertinya sudah jauh lebih tenang daripada kemarin dan betapa terpananya Klarisa, saat melihat panglima perang yang legendaris itu sedang membersihkan pedangnya dengan penuh pesona.
“Hm, walaupun sudah tua… dia tetap keren dan penuh karisma!” batin Klarisa dengan perasaan kagumnya.
Dan tiba-tiba Emillio berkata “Lupakan pria itu!” yang seketika itu juga membuat Klarisa kebingungan “Ya?” dengan tatapan lekatnya “Mantan Tunanganmu dan juga pria yang sudah menghabiskan malam denganmu! Lupakan mereka,” sambung Emillio dengan wajah serius dan nada bicaranya yang tegas.
Yang seketika itu juga membuat Klarisa tersenyum tipis dan berkata “Tentu saja, Ayah!” dengan nada bicaranya yang sangat meyakinkan dan membuat Emillio sedikit terkejut dengan tingkah putrinya yang tidak seperti biasanya, yang selalu suka merengek seperti anak kecil.
Klarisa pun membalik tubuhnya. Tapi, tiba-tiba ia teringat hal penting yang membuatnya kembali menghadap Emillio dan berkata “Apa Ayah pernah dengar soal peyihir dan aliran sesatnya?” yang lagi-lagi membuat Emillio terkejut.
“Kenapa tiba-tiba-“ belum selesai Emillio bicara, Klarisa kembali berkata “Aku akan membantu Ayah menghabisi mereka semua sampai ke akarnya!” sambung Klarisa dengan tatapan matanya yang penuh dendam dan keberanian.
“Apa maksudmu?” tanya Emillio sambil bangkit dari duduknya. Tapi, hanya dibalas oleh Klarisa dengan senyuman tipisnya setelah itu ia segera melangkah pergi dari hadapan Emillio.
Sebenarnya, sejak tragedi pengusiran Ibu dan dirinya dari Desa, Klarisa sudah tahu kalau Emillio merupakan salah satu Panglima yang berdiri di garis terdepan untuk memusnahkan para penyihir atau aliran sesat yang sempat membuat kerusuhan di seluruh Kota.
Tapi, karena hal itu juga, warga di Desa Monic butuh kambing hitam dan memutuskan untuk menuduh Ibunya Klarisa “Dengan cara mudah saja, aku harus meningkatkan pengaruhku dengan bantuan Tuan Emillio… dan memusnahkan seluruh warga di Desa Monic!” ucap Klarisa dengan penuh percaya diri sambil mengepalkan tangan kanannya dengan sangat erat dihadapan wajahnya sendiri.
“Nona Karina, ada surat untuk anda,” tiba-tiba ada seorang pelayan pria berjalan mendekati Klarisa dan memberikan sebuah surat dengan amplop berwarna emas “Ya, terima kasih,” balas Klarisa sambil menerima surat dari pelayan itu dan tanpa berlama-lama lagi ia langsung membuka surat emas itu dengan wajah datarnya.
Tapi, dalam hitungan detik wajah datar Klarisa langsung berubah, karena isi surat itu yang bertuliskan “Malam ini, aku ingin menghabiskan malam panas yang indah bersamamu lagi,” dan juga alamat tempat tujuan, yang seketika itu juga membuat Klarisa langsung menjerit ketakutan “KYA!!!” karena merasa sangat merinding.
Dengan reflek, Klarisa meremas surat itu dengan sangat kasar menggunakan kedua tangannya sambil bergumam “Ba-bagaimana ini?! Pria yang menghabiskan malam dengan Karina… tahu siapa Karina! Sedangkan aku tidak ingat siapa dia?!” panik Klarisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments