Hingga suara adzan Maghrib menggema , wanita itu masih terbaring lemah di balai balai. Pak Pur menunaikan sholat Maghrib bersama istrinya , ia aktif sholat berjamaah dengan istrinya itu , sementara wanita yg pingsan masih terbaring tak sadarkan diri . Entah apa yg terjadi pada wanita itu. Pikir pak Pur
Pak Pur dan Bu Dewi tetap setia untuk menunggu. Sudah beberapa kali diolesi minyak kayu putih dan berbagai bau bauan tetap tak bergeming. Sehingga memutuskan untuk malam ini tetap menunggu dan menunggu mungkin tidak tidur atau bergantian. Walau dinginnya malam mulai menusuk tulang , Bu Dewi tetap terjaga. Sementara pak Pur duduk bersila dan melantunkan ayat ayat suci Al Quran , kebiasaan suami istri tersebut melakukan hal itu tiap malam .
Kadang berdua atau kadang anaknya yg di kota berlibur di tempat itu. maka pak Pur dan Bu Dewi akan bersama cucu cucunya , yang senantiasa membuat suasana jadi ramai.
Di suatu tempat yg jauh dari tempat Pak Pur dan Bu Dewi.
di sebuah taman yg ditumbuhi tanaman bunga bunga yg bermekaran , warna warni.
Di tengahnya ada pendopo kecil sebagai tempat istirahat dan bercengkrama.
Seorang kakek kakek sedang bercengkrama dengan cucu perempuannya.
" Nduk...cah ayu ...cucuku..." suara kakek berjenggot putih dan pakaian serba putih. Berbicara dengan seorang perempuan cantik.
" Dalem eyang...." suara perempuan itu
" Waktumu sebenarnya sudah dekat....akan tetapi kau telah berhasil mendapatkan kembang Mawar biru itu " kata lelaki tua yg disebut eyang oleh perempuan dihadapannya.
" apa maksudnya ini eyang....?" jawabnya
" itu berarti kau telah memupus kutukan eyang buyutmu , sehingga engkau tetap selamat.....tapi ....???!!" kata eyang
" tapi apa eyang....?" jawabnya
" saat ini kau sedang mengandung , anakmu adalah seorang pewaris , maka akan banyak sekali cobaan dan pantangannya , apa kau sanggup untuk membimbingnya....." kata eyang
perempuan itu menganggukkan kepala tanda setuju . Entah nanti bagaimana caranya untuk membimbing dan mendidik seorang pewaris itu.
"eyang tahu , kamu seringkali gegabah dalam mengambil keputusan maupun tindakan..." lanjut eyang
Sambil melihat keseriusan di wajah perempuan itu lalu berkata
" orang yang kau cari sedah dekat , dia akan datang ke ragamu dan menjaganya bersama anakmu itu...." lanjutnya
" karena dialah yg diberi mandat oleh eyang buyutmu untuk menjaga..." lanjut eyang
" waktuku tidak banyak nduk..." kata eyang
" lalu bagaimana dengan suamiku eyang....?" jawab perempuan itu
" dia berada jauh dari tempatmu berada saat ini , tunggulah beberapa saat ia akan datang ketempat mu berada.." jawab eyang
"apakah suamiku selamat eyang...?" jawab perempuan itu
" Alraisha Biru Sekar Langit cucuku.... selamat atau tidaknya semua tergantung pada dirimu , jika kau tulus mencintainya maka ia akan pulih seperti sedia kala " eyang
Oh nama perempuan itu Alraisha Biru Sekar langit to 🤭
" suatu saat kau akan mengerti mengapa semua ini bisa terjadi , karena semua sudah ditakdirkan untuk menjalankannya. " lanjutnya
" Baiklah eyang , sendiko dawuh , saya menurut dengan perkataan eyang...." jawab Raisha
" kembalilah..." kata eyang
" baik eyang...terima kasih eyang... Assalamualaikum..." Raisha
" Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh "
Sementara itu ditempatnya Pak Purwadi yang masih melantunkan ayat ayat suci Alquran . malam yg semakin larut dan semakin dingin.
Bu Dewi masih terjaga , walau matanya sudah redup karena saking mengantuknya.
Tak sengaja melihat pergerakan jemari tangan dari wanita yg masih terkulai di balai balai. Semakin memfokuskan pandangan matanya ke jari jemari itu yg sedikit bergerak. Lalu matanya tampak melotot dan berucap
" Allahuakbar... Allahuakbar.... Alhamdulillah... Alhamdulillah ya Allah....!!! Teriakan Bu Dewi menggema di ruangan itu
Ucapan Bu Dewi membuat pak Pur kaget , sehingga segeralah ia bangkit dari duduknya.
" Ada apa bune...?" kata pak Purwadi
" Lihat ...lihat pak , tangannya bergerak...." jawabnya
Pak Purwadi mendekat , mata perempuan itu sedikit demi sedikit terbuka , lalu mengedarkan pandangannya , merasa asing.
ia tersadar ketika baru saja berada di taman. Namun saat ini ada di sebuah bilik ruangan yg berbeda , ia tidak mengenalinya.
"dimana saat ini aku berada..? monolognya dalam hati
" Alhamdulillah ya Allah.... Allahuakbar....kamu sudah sadar nak...? Kata pak Purwadi
" Dimana aku bu....?" Kata wanita itu
" ini rumah kami nak, di desa lereng gunung Sindoro " jawab pak Purwadi
" minumlah dulu nduk cah ayu...." kata Bu Dewi
Lalu wanita itu minum seteguk dua teguk air yg diberikan Bu Dewi. Tertatih tatih bangunnya dibantu pak Purwadi . Sedikit demi sedikit akhirnya wanita itu menghabiskan air minum dalam gelas. Selanjutan berbaring kembali , dirasa belum kuat untuk duduk seperti pada umumnya.
Wanita itu masih mengamati sekelilingnya , terlihat rumah sederhana dengan perawatan apik. Sehingga terlihat nyaman. Tempatnya berbaring adalah balai balai bambu yg panjang di ruangan itu , seperti ruang tengah dan ruang tamu yg jadi satu . Tampak juga meja dan kursi kayu berjejer disana . Meja agak tinggi dipenuhi peralatan kedokteran dan obat obatan.
" Nama kamu siapa nduk...? Tanya Bu Dewi sambil meletakkan gelas di meja samping balai
" Raisha Bu...." jawab Raisha
" Nak Raisha kok bisa sampai daerah sini...? Tanya Bu Dewi
" sudahlah Bu , dilanjut besok , biar nak Raisha istirahat dulu , sudah hampir subuh ini....biar istirahat ? Kata Pak Purwadi
" iya pak....istirahat dulu nak Raisha...."
" Terima kasih Bu " Jawab Raisha
Akhirnya Raisha pun merebahkan dirinya di balai itu , sementara pak Purwadi dan Bu Dewi kebelakang sebelum sholat Subuh , merek menyiapkan segala sesuatu untuk esok hari.
Adzan subuh menggema dan saat itu pak Purwadi dan Bu Dewi melaksanakan sholat dengan khusyuk. Sementara Raisha terbangun mau melaksanakan sholat namun badan masih lemas.
Hingga pagi menjelang , burung burung bernyanyi menyambut pagi. Hiruk pikuk di desa itu tidaklah seramai penduduk kota. Tiap pagi sudah disuguhi suara bising motor tetangga , keramaian orang orang antri ke kamar mandi dan teriakan tukang sayur yg menggema di komplek perumahan. Sedang di desa ini di lereng gunung ini , aktifitas keseharian orang orang berkebun dan bertani selain itu beternak juga untuk sampingan. Sesekali ke kota hanya untuk kebutuhan dapur dan perkebunan atau sawah mereka. Tidak banyak penduduk disini. Pak Purwadi mempunyai tetangga paling dekat jaraknya 200 meteran , itupun cuma keluarga Ningsih. Sementara untuk lainnya lebih jauh lagi. Sesekali berpapasan dengan tetangga kalau lagi berkebun ataupun ke ladang . Tapi tak jarang pula mereka datang ke tempat Pak Purwadi untuk berobat atau memeriksa kesehatan.
Raisha mencoba bangun dari tidurnya , ditangan kirinya masih merasa menggenggam sesuatu , dicoba untuk dibuka tangan kirinya sambil duduk di tepi balai.
Dibuka tangannya , nampak sekuntum bunga mawar yg sudah hampir layu berwarna Biru.
Mencoba mengingat ingat kembali rangkaian rangkaian peristiwa terhadap dirinya hingga sampai disini , rumah asing menurut Raisha.
Peristiwa ia harus kabur bersama suaminya karena telah diikuti oleh sosok yg tidak ia kenal , menyerangnya dengan bola api , bahkan ia diselamatkan oleh siapa , pun ia tidak tahu.
Hingga Raisha dan suami terpisah diperjalanan , entah apa yg memisahkan itu , padahal berada satu mobil . Hingga Raisha menemukan taman dengan bunga warna warni , dipetik lah bunga mawar biru itu dan digenggamnya.
Berlanjut bertemu eyangnya di alam bawah sadarnya hingga kini tergeletak dibalai balai bambu ini
# bersambung
Hah capek juga ya🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments