Anggoro Dwi Purwadi Dan Dewi Arum

Hingga sore hari pasangan suami istri itu dengan setia menunggu kesadaran dari wanita yang pingsan , yg mereka temukan.

Bu Dewi pun membuat berbagai ramuan obat obatan untuk wanita itu , "kasihan" kata itu yg muncul ketika ia menemukannya, hingga bebagai cara ia lakukan agar ibu dan calon anak itu bisa selamat , bahkan ia sudah membuat ramuan untuk kaki wanita itu yg terlihat bengkak. Bu Dewi juga menumbuk umbi umbian yg dipercaya bisa menghangatkan badan . Dulu ia belajar dari almarhumah mertuanya yg mengajari membuatnya . Bahkan ia sering bertanya ini itu karena memang pertama kalinya ketemu obat obatan dan ramuan ramuan dari tanaman sekitar kita , terutama dari almarhumah ibu mertuanya , Bu Dewi dulu hanya tahu obat obat kedokteran.

Ia membuat tempat khusus untuk meracik ramuan itu di rumahnya sebagai kamar obat.

*****

Tak banyak penduduk atau warga yg tahu kalau pak Pur dan Bu Dewi menemukan perempuan pingsan di pinggir hutan itu , selain Anak gadis yg bernama Ningsih dan keluarganya , karena jarak rumah mereka yg berjauhan. Sementara pak Pur dan Bu Dewi berada di paling atas di lereng gunung tersebut. Tempat yg paling sejuk dan jalanan nya yg sudah tertata rapi memakai bebatuan dan sedikit semen , tapi jangan ditanya kekuatan jalan itu , karena kiri kanannya btu cadas yg sangat kuat.

dibelakang rumahnya tanah bebatuan yg menjulang , sementara kanan kirinya tanah datar yg ditanami sayur sayuran beserta buah buahan tak luput pula berbagai tanaman obat obatan disana , kesukaan dari ibunya yg kini di warisi oleh istrinya itu. Depan rumah halaman luas dengan pohon buah buahan dari depan pintu sampai depan sana tertata bebatuan sebagi jalanan menuju rumahnya. Ketika pagi hari. Cahaya matahari masuk kedalam rumahnya .

Rumah dengan pintu kayu jati rumah joglo khas Jawa. Tempat kediamannya itu terlihat semakin mempesona.

" tok ...tok...tok...!!"

" tok .. tok...tok...!!"

Pintu rumah pak Pur diketok seseorang dari luar rumah. Pintu yg senantiasa ia tutup separuh agar angin yg berhembus tidak terlalu kencang masuk rumah.

Bergegas pak Pur membuka pintu rumahnya yang diketok seseorang dari luar rumah walau terbuka separuh namun seseorang memang harus kula nuwun terlebih dahulu.

"Assalamualaikum..." seorang wanita paruh baya muncul dari depan pintu bersama seorang gadis kecil yg tadi menemukan wanita yang pingsan di hutan. Ya dia Ningsih dan ibunya , ia tetangga terdekat dari pak Pur disini , walau jaraknya hampir 200an meter , namun mereka saling tegur sapa maupun kumpul bareng atau kumpul warga.

" waalaikumsalam wr.wb.." saut pak Pur

" mari silahkan masuk Bu Murni , nduk Ningsih...mari mari..." lanjutnya

Mereka kemudian masuk kedalam rumah pak Pur , Ibunya Ningsih atau Bu Murni masih terlihat lemas , mungkin karena masih sakit perut kata Ningsih tadi ketika mencari daun mengkudu tadi.

" Maaf pak Dokter , apa benar tadi ada wanita pingsan di hutan...???" kata Bu Murni yg mengetahui kalau tadi Ningsih menemukan wanita pingsan di hutan. Dan minta tolong sama pakdhe Pur dan Budhe Dewi untuk menolongnya

" Saya sudah bukan dokter lagi Bu .....pensiun..." kata pak Pur yg sudah enggan untuk disebut dokter lagi , lebih lebih disini ia disebutnya pak mantri . Ia ingin hidupnya damai Tampa embel embel itu , tapi nyatanya warga tetap menghormatinya walau telah pensiun . Ia enggan disebut dokter atau mantri lagi , karena pernah sakit tapi tidak bisa menyembuhkan diri sendiri , maka dari itu ia pensiun dini dari kedokterannya dan di ikuti juga oleh Bu Dewi .

" ada dia ada di balai dan belum sadar juga , kasihan , sepertinya dalam keadaan tidak baik baik saja.." jawab pak Pur lagi.

" alah Pak Pur bisa aja kan masih dokter...." sambil menengok balai tempat terbaring nya wanita tersebut.

Sambil mengamati , dan memperhatikan , dari ujung rambut sampai ujung kaki wanita itu.

" Masya'allah... Allahuakbar..... innalilahi...!! " Bu Murni dengan kagetnya melihat kondisi wanita yg terbaring lemah di balai tersebut , seakan ngga tega melihat kondisi itu.

" sepertinya harus dirawat dirumah sakit orang ini ya Bu Murni ? ...tapi..... Melihat situasi dan kondisinya saya ngga tega...." kata pak Pur , sambil mengingat jalanan dari rumah sampai jalan besar saja harus jalan kaki selama setengah jam bahkan lebih , karena memang tidak ada mobil yg bisa masuk . Hanya kendaraan motor saja yg bisa naik ke atas terutama ke tempat rumahnya.

Padahal kendaraan motor maupun mobil bisa sampai puncak Sindoro jika melewati jalur hutan larangan , tapi itu sangat berbahaya.

" biar disini saja dulu pak Pur , kan juga ada Bu bidan Dewi yang paham kondisi ini..." kata Bu Murni , mengingat jika Bu Dewi juga seorang bidan walau sudah pensiun

" eh Bu Dewi dimana pak Pur...?? " sambung Bu Murni

" ada dibelakang , lagi bikin ramuan obat buat wanita itu , jika sadar nanti " jawab pak Pur

Bergegas Bu Murni berjalan ke belakang sambil menarik tangan Ningsih anaknya.

Karena sudah menjadi kebiasaan , ketika bertamu di tempat pak Pur .

" ijin kebelakang pak Pur " kata Bu Murni

pak Pur hanya mengangguk terus geleng geleng kepala " kebiasaan....tapi ya sudahlah.. " batinnya. Pak Pur menyadari akan hal itu , semua warga yg disini lebih akrab dan tidak segan keluar masuk rumah orang lain dan mereka saling percaya . Karena kalau mereka mencari apa yg ia cari maka dia akan ambil yang dimaksud tadi tidak lebih .

pak Pur duduk di bangku sebelah balai balai dan sambil mengamati wanita yg terbaring lemah tsb. Ia merasa merawat anak gadisnya yg sekarang jadi seorang dokter juga . Ia juga teringat ketika tugas dan menangani wanita yg keadaanya seperti ini , sesaat pelupuk matanya mengembun dan sudut matanya mengeluarkan cairan mengingat semua pengalaman hidupnya itu.

Dipegangnya tangan wanita itu untuk mengetahui denyut nadi dan tampak lemah.

Kemudian pak Pur berdiri menuju lemari untuk mengambil peralatan dokternya yg lama tidak dipergunakan. beberapa peralatan ia keluarkan , memastikan kondisi alat tersebut masih bisa berfungsi dan bisa dipergunakan untuk memeriksa.

Karena memang sudah lama , alat alat itu tidak dipergunakan , namun ia tetap merawatnya.

Walau sudah pensiun , kadang ia masih dipercaya oleh beberapa instansi terkait tindakan medis kemiliterannya, kadang ia juga di panggil di sekolah Taruna di Magelang untuk memberikan konseling maupun bimbingan non mata pelajaran disana.

Sementara dibelakang Bu Dewi yg lagi menggerus obat obatan dan ramuan untuk wanita yg pingsan tadi. Selain itu ia juga sering membuat jamu jamuan untuk kesehatan dimasa tuanya bersama suaminya.

" Bu Dewi...." kata Bu Murni

" eh ...ada Bu Murni...sini..." jawab Bu Dewi

"ada apa ...? " lanjutnya

" Bu Dewi...Bu Dewi.....kasihan ya wanita itu....!..." kata Bu Murni kembali mengingat wanita pingsan di balai rumah Bu Dewi.

" mana lagi hamil ..." lanjutnya

" iya benar ...tapi mau bagaimana lagi " jawab Bu Dewi yg masih sibuk membuat ramuan itu , terlihat ada 3 gelas disana dengan ramuan berbeda. " mungkin but pak Pur dan Bu Dewi sendiri, dan satunya untuk wanita yg pingsan tadi" monolog hati Bu Murni.

" itu buat ramuan untuk orang itu ya Bu...? " kata Bu Murni

" iya Bu ..." jawab Bu Dewi yg masih menggerus ramuan dan jamuan yg ia buat.

" he ..he....sekalian dong saya buatin ramuan buat perut saya , mules dari kemarin , ada nyerinya lagi , padahal tadi sudah saya tempel daun mengkudu di perut , tetep aja ngga sembuh sembuh...." kata Bu Murni yg tampak masih lemas karena katanya sakit perut itu.

" ibuk sih makan sambel kebanyakan jadinya sakit perut kan...." celetuk anak Bu Murni , si Ningsih , dan merasa bahwa ia menjadi korban ibunya , yg harus mencari obat sakitnya itu.

" habis kalau ngga pakai sambel kurang nendang Ningsih...." jawabnya

Bu Dewi hanya geleng geleng kepala , ia tahu Bu Murni suka sekali kalau makan pedas , sementara perutnya tidak mampu untuk makan itu , tapi tetap ia melakukannya

" sebentar ya Bu , setelah ini saya buatin.."

Di usia kepala 6 ini Bu Dewi dan pak Pur sering kali menolong orang tanpa mengharapkan imbalan. Memang tujuannya mengabdi kepada masyarakat , walau kadang kala orang yg tak enak hati , mereka dengan suka rela memberikan rempah ataupun hasil ladang mereka kepada Bu Dewi ataupun pak Pur.

Dengan kepiawaiannya dalam dunia kesehatan yg telah lama mereka tekuni , mereka tetap melayani walaupun tidak membuka klinik. Dengan dibantu putranya yg aktif dalam bidang kesehatan di kemiliteran , serta anak perempuannya yg di ibu kota , yg bekerja dirumah sakit. Mereka bahu membahu untuk ayah ibunya itu. Walau mereka pensiun dan memilih bertani , tapi tak jarang pula orang meminta pak Pur dan Bu Dewi membantu memeriksa dan memberikan solusi kesehatan bagi warga dan penduduk di sini.

Bu Dewi selesai membuatkan obat untuk wanita pingsan tadi dan menyiapkannya , kemudian ia membuatkan ramuan untuk Bu Murni.

#bersambung

Terpopuler

Comments

❀⃝✿𝐋il 𝐌σσηℓꪱׁᧁׁhׁׁׅׅ֮֮t✿⃝❀

❀⃝✿𝐋il 𝐌σσηℓꪱׁᧁׁhׁׁׅׅ֮֮t✿⃝❀

1iklan + mawar buat kk 😁🌷

2024-07-05

0

❀⃝✿𝐋il 𝐌σσηℓꪱׁᧁׁhׁׁׅׅ֮֮t✿⃝❀

❀⃝✿𝐋il 𝐌σσηℓꪱׁᧁׁhׁׁׅׅ֮֮t✿⃝❀

oh jd ky semacam bidan di desa/Sneer/

2024-07-05

0

Victor

Victor

Janggal tapi menarik.

2023-10-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!