"Kabari aku kalau udah nyampe di sana." Raya mengingatkan ketika Riko berpamitan dengannya di saat hari masih berada pada jam 5 pagi. Biasanya Riko tidak pernah bangun pada jam begini, tapi karena hari ini adalah jadwal mereka pergi motoran, maka dia.bangun lebih cepat. Terkadang Raya sedikit bingung. Demi pergi motoran, Riko bisa bangun lebih cepat, bahkan sangat cepat. Namun berbeda ketika pada hari-hari biasanya, dia sedikit malas bahkan sangat malas, apalagi bengkelnya sepi.
"Iya, Sayang. Aku akan ngabarin kamu." Jawab Riko sambil mengunyah makanan yang ada di mulutnya.
"Kamu bawa ini, ya! Aku udah siapain, biar kamu hemat dikit." Raya menyodorkan bekal makanan yang telah dia siapkan kepada Riko.
"Nggak usah, ah. Nggak mesti bawa bekal juga, Yang." Riko menolak. Sepanjang dia pergi motoran selama ini, dia tidak pernah membawa bekal seperti yang telah disediakan oleh Raya. Bisa-bisa dia akan ditertawai oleh semua temannya.
"Kamu harus bawa! Biar kamu bisa hemat, Yang. Katanya lagi nggak ada uang, terus nanti kalau kalian mau makan, kamu makan bekal yang udah aku siapin ini aja." Raya tetap memaksa agar Riko membawa bekal itu.
Melihat Raya yang terus memaksanya, Riko memutuskan untuk membawa bekal itu dan memasukkan ke dalam tas ranselnya.
Selain menyiapkan bekal, Raya juga sudah menyiapkan beberapa perlengkapan untuk dibawa oleh Riko yang pada awalnya ditolak oleh Riko, tetapi dia terus dipaksa oleh Raya agar tetap membawanya, dan itu adalah suatu bentuk perhatian yang diberikan Raya kepada sang suami.
Setelah ditinggal oleh Riko pagi-pagi sekali, Raya pun bersiap untuk pergi ke bekerja. Namun saat dia keluar dari rumah, dia dikejutkan oleh seorang wanita paruh baya yang sudah berdiri di teras rumah mereka.
"Mmm ma!" Panggil Raya dengan ragu, karena wanita itu sudah pernah mengatakan jika dia tidak berhak untuk memanggil sebutan itu kepadanya.
"Kenapa kamu masih saja keras kepala?" Wanita itu berkata dengan sedikit emosi.
"Ayo masuk dulu, Ma!" ajak Raya dengan sopan meskipun wanita itu tidak menyukainya.
Mamanya Riko masuk ke dalam rumah mereka dan menggerakkan matanya untuk melihat semua isi di dalam rumah tersebut. Sementara Raya sesekali melihat jam yang menempel di dinding karena dia takut akan terlambat datang ke kafe.
"Duduk dulu, Ma! Aku akan buatkan minum untuk Mama."
"Tidak perlu, aku datang ke sini hanya ingin memperingatkan kamu lagi. Kapan kamu akan meninggalkan anak saya?"
Raya terkejut mendengar perkataan itu, lagi-lagi mama Riko menyuruhnya untuk meninggalkan suaminya.
"Maaf, Ma. Ta-, "
"Apa kamu tidak lihat, anak saya itu masih butuh waktu untuk bersenang-senang dengan usianya saat ini. Saya kasihan dengan anak saya, di usianya yang masih muda, sudah harus menanggung hidup seorang istri, padahal hidupnya saja belum terlalu mapan."
Raya bisa melihat di saat mama Riko berkata begitu, raut wajahnya berubah menjadi sedih.
"Saya harap kamu bisa memikirkan kembali perkataan saya."
Mama Riko pergi meninggalkan Raya yang masih berdiri menunggunya untuk duduk. Tapi, bukannya mama Riko ikut duduk seperti yang telah dia katakan, wanita itu bahkan langsung pergi dari rumah itu.
Raya kembali memikirkan apa yang dikatakan oleh mama Riko kepadanya saat dia di perjalanan pergi ke kafe. Dia juga sedikit terlambat beberapa menit tiba di sana, dan beruntungnya dia tidak dimarahi oleh bosnya, dengan alasan karena dia tidak pernah terlambat datang bekerja, hanya baru kali ini dia datang terlambat dan itu masih bisa dimaafkan oleh bosnya.
...----------------...
Saat ini Riko dan teman-temannya sedang berhenti di sebuah warung kecil di pinggir jalan sambil mengisi perut mereka dengan makanan.
"Wuihhh yang punya istri, dibekalin kaya anak kecil aja," goda salah satu teman Riko saat dia membuka bekal yang disiapkan oleh Raya tadi pagi. Ada sedikit rasa malu di hati Riko karena digoda bahkan ditertawai oleh temannya.
Belum sempat Riko menyuap makanannya, terdengar suara handphonenya berbunyi. Setelah dia lihat, ternyata sudah banyak sekali panggilan Raya yang tidak terjawab.
"Maaf, Yang. Tadi lagi di perjalanan, makanya nggak kedengaran kalau handphone aku bunyi."
"Aku khawatir, Sayang. Kamu udah nggak ngabarin aku sejak tadi."
"Maaf, nanti aku kabarin lagi, soalnya sekarang kami belum nyampe."
Riko mengakhiri panggilannya, tapi tidak sampai di situ, ternyata Raya kembali mengirimi dia beberapa pesan untuk mengingatkannya.
"Hemmmm yang udah punya bini, pasti dipantau terus ni."
"Iya nih, kaya nggak tau aja kita motoran mana ada lihat cewek, yang banyak dilihat itu tuh daun hijau, ampe mata ikut hijau lihatnya."
Mereka semua tertawa bersama mendengar candaan salah satu dari mereka, sementara Riko hanya bisa geleng kepala melihat tingkah temannya yang selalu suka menggodanya sejak dia memulai berpacaran denga Raya hingga mereka menikah.
Riko kembali melanjutkan makannya sambil sesekali berbalas pesan dengan Raya, karena sekarang adalah waktu istirahat bagi sang istri di kafe sehingga dia mempunyai waktu luang untuk berbalas pesan.
Selesai mereka beristirahat, Riko dan teman-temannya kembali melanjutkan perjalanan ke tempat yang mereka tuju. Dalam beberapa jam kemudian, mereka memutuskan untuk berhenti dan memasang tenda di sebuah tempat yang lumayan jauh dari rumah penduduk, mereka juga sudah meminta izin untuk beristirahat di tempat itu karena hari sudah mulai gelap.
Sekitar jam delapan malam, mereka keluar dari tenda masing-masing dan duduk berkumpul seperti kebiasaan mereka ketika motoran. Ditemani api unggun yang menyala mereka bernyanyi sambil sesekali berjoged gaya anak remaja yang sedang bahagia menikmati perjalanan mereka. Hingga jam sepuluh malam, lagi-lagi Riko dihubungi oleh Raya. Dia sempat berniat untuk mengabaikannya, tapi Raya terus saja menghubunginya tanpa henti. Dia juga sudah mengirimkan pesan kepada Raya di saat mereka berhenti dan memutuskan untuk memasang tenda. Tapi ternyata pesan itu tidak cukup bagi Raya.
"Tidurnya jangan lama-lama,Sayang.Besok mau lanjut jalan lagi, kan? "
"Iya, sebentar lagi juga mau tidur. "
"Atau sekarang kamu tidur duluan aja, sambil teleponan sama aku."
"Nggak boleh gitu dong, Sayang. Masak iya aku tidur duluan. Nggak enak lah sama yang lain."
"Ya udah, nanti aku telepon kamu lagi, ya! Awas loh kalau masih belum tidur." Raya terdengar mengancam Riko.
Riko melihat ke arah temannya yang masih terus bernyanyi tanpa ada gangguan dari siapa pun, sementara dia harus terganggu dengan panggilan dari Raya yang terlalu ingin tahu bagaimana keadaannya.
Riko kembali bergabung bersama temannya menikmati kebersamaan mereka, hingga jam 12 malam mereka belum berhenti. Dia juga sudah tidak melihat handphonenya lagi dan mengabaikannya, sedangkan sejak tadi handphone itu sudah banyak sekali pesan yang masuk dari Raya. Riko tidak ingin membalas pesan itu lebih dulu, dia berniat akan membalasnya ketika dia ingin tidur saja. Tapi ternyata semua itu hanya menjadi niat di hatinya saja karena saat mereka berhenti dan pergi tidur, Riko tidak lagi mengingat Raya karena merasa lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
PADAHAL USIA 25 TH, USIA PAS UNTUK SEORANG PRIA MNIKAH...
2024-02-22
2