"Selamat, Bro. Ternyata cinta pasangan langka ini nggak main-main," ucap salah satu teman Riko yang menghadiri pernikahan mereka.
Riko akhirnya benar-benar menikahi Raya sesuai dengan yang telah dia katakan sebelumnya, dan pernikahan mereka hanya disaksikan oleh berberapa teman mereka saja. Mereka tetap menikah meskipun tanpa restu dari orangtua Riko.
"Lu pikir gue ngajak pacaran anak orang buat dimainin, ya buat dinikahin lah."
"Gue yakin, ntar setelah ini lu pasti udah susah diajak gabung buat nongkrong."
"Ya nggak, lah. Istri gue orang yang paling pengertian. Iya kan, Sayang?" Riko memegang pundak Raya untuk membenarkan perkataannya.
"Ya ya ya." Raya memberikan jawabannya,dan mereka semua tertawa mendengarnya.
"Gimana kalau kita rayain hari pernikahan kalian ini dengan jalan keliling sambil motoran? Hitung-hitung ini sebagai momen pernikahan yang bisa kalian kenang." Salah seorang dari teman Riko memberikan sebuah ide untuk memeriahkan pernikah Riko yang menikah di KUA dan hanya dihadiri oleh mereka saja sebagai teman Riko.
"Gas lah." Riko berkata dengan semangat. Saat ini dia tidak peduli dan memikirkan hal yang lain, karena dia sudah sangat bahagia bisa menikah dengan kekasihnya meski tanpa restu dari orangtuanya.
Sementara Raya hanya mengikut saja, dia tidak menolak ide dari teman-temannya Riko, karena dari awal dia juga tahu bahwa Riko mempunyai sebuah genk motor. Bahkan dia juga sering dibawa Riko saat mereka motoran. Ini juga salah satu kebiasaan yang tidak disukai oleh orang tua Riko, karena mereka menganggap itu adalah hal yang tidak bermanfaat dan tidak menghasilkan apa-apa. Riko bukannya tidak bekerja, dia mempunyai usaha sebuah bengkel motor yang dia dirikan sendiri meskipun belum terlalu besar. Selama ini dari bengkel itulah dia bisa bertahan untuk menopang kehidupannya. Menurutnya begitu lebih baik, dia merasa lebih bebas dan tidak tertekan dengan keinginan orang tuanya yang selalu menginginkannya untuk bekerja di perusahaan milik keluarganya.
...----------------...
"Sayang, apa pernikahan kita ini nggak masalah buat kamu meski orang tuaku nggak merestui hubungan kita?" Riko bertanya kepada Raya ketika mereka ingin tidur. Saat ini Raya sudah pindah dari kontrakannya ke rumah kontrakan Riko karena mereka sudah sah menjadi suami istri.
"Nggak pa-pa, Sayang. Nanti kita akan coba meminta restu mereka secara perlahan. Tidak usah buru-buru," jawab Raya pengertian.
"Terima kasih, Sayang. Kamu memang orang yang selalu bisa ngertiin aku," ucap Riko lalu mencium pipi Raya. Setelah dia menghentikan ciumannya, dia menatap Raya sambil memainkan alisnya. " Kayanya aku udah bisa deh, macam-macam sama kamu."
"Macam-macam gimana maksud kamu, Yang?" Raya bertanya karena tidak mengerti dengan ucapan sang suami.
"Kamu pura-pura nggak tahu atau ingin mengelak?"
"Serius, Sayang. Aku nggak tahu maksud kamu apa."
"Baiklah, aku dengan senang hati akan kasih tahu kamu biar kamu ngerti." Riko memeluk tubuh Raya lalu memggelitiki pinggangnya yang membuat Raya tertawa tanpa henti.
...----------------...
Seminggu sudah kebersamaan Riko dan Raya dalam berumah tangga, mereka terlihat bahagia meskipun hidup dalam kesederhanaan.
Riko benar-benar menjadi laki-laki yang sangat beruntung karena mendapatkan seorang perempuan bernama Raya, karena dia menjadi istri yang selalu memanjakan sang suami, sikapnya tetap tidak berubah sejak mereka berpacaran hingga menikah, dia selalu bisa mengerti dan memanjakan Riko dengan sikapnya.
"Yang, aku kerja di kafe lagi, ya?" Raya bertanya saat dia membawakan Riko secangkir kopi di pagi hari sebelum Riko pergi ke bengkel motornya.
"Kenapa?" Riko merasa heran dengan permintaan Raya, karena menurutnya lebih baik Raya tidak perlu bekerja setelah mereka menikah.
"Aku bosan di rumah terus dan cuma nungguin kamu pulang dari bengkel. Aku kerja biar bisa bantu kebutuhan kita juga."
"Lah, bukannya aku udah kasih belanja buat kamu?"
"Iya, sih. Tapi aku bosan di rumah terus. Pengen Ikut ke bengkel kamu juga nggak kasih."
"Di bengkel itu semuanya cowok, masak iya kamu di sana cewek sendiri, kan nggak enak di lihatnya, Sayang."
"Aku kerja lagi aja, ya?" Raya tetap ingin bekerja karena bosan jika terus diam di rumah. Di awal mereka menikah ini, dia belum terlalu mempunyai banyak kesibukan di rumah, apalagi mereka hanya tinggal berdua. Jadi pekerjaan di rumah masih terlalu ringan untuk dia kerjakan.
"Iya, deh. Tapi nggak boleh ambil yang tiap hari, dan pulangnya juga nggak boleh malam, kan udah punya suami." Riko mengingatkan. Dia tidak ingin Raya bekerja seperti masih gadis yang bekerja setiap hari dan selalu pulang malam. Dia bekerja dengan waktu yang lama karena hanya tinggal sendiri.
"Siap, Sayang. Istrimu ini berjanji." Raya memberikan gerakan hormat kepada Riko karena telah menyetujui permintaannya, dan itu membuat Riko tertawa. Raya tidak bermaksud untuk tidak menghargai usaha Riko, tapi sekarang semuanya membutuhkan uang, jika kita tidak bekerja keras, maka kita hanya bisa menahan banyak sesuatu yang kita inginkan. Sementara hidup berumah tangga itu kebutuhannya juga sudah berbeda dengan masa ketika kita masih belum menikah.
*
*
*
"Wiuhhhh selama udah kawin, si Riko datang bengkelnya udah teratur, datangnya selalu pagi. Coba kalau sebelum kawin, orang udah pada makan siang, dia baru nongol," gurau seorang teman Riko yang berada di bengkelnya.
"Lu bisa aja. Bini gue bilang, kalau bangun itu nggak boleh siang, nanti rezekinya di patok ayam."
"Hemmm bisa ae lu, mentang-mentang ada yang bangunin."
"Makanya cepetan nikah, biar kaya gue."
"Ogah gue, mah. Gue pengen menghabiskan masa lajang dulu sepuasnya."
Riko dan temannya terus saja bersenda gurau ketika mereka sudah berkumpul di bengkel motornya. Tidak ada habisnya mereka untuk saling bercanda. Kadang jika mereka sudah lelah, mereka akan pergi meninggalkan bengkel mencari tempat nongkrong untuk melihat suasana yang baru.
Sementara Raya telah bersiap di rumah setelah Riko berangkat ke bengkel, dia akan memberitahu kepada bosnya di kafe bahwa dia akan kembali masuk bekerja. Sebelumnya dia sudah berjanji akan memberi kabar secepatnya jika dia akan kembali bekerja setelah dia memutuskan untuk menikah.
"Ambil ini!" Sebuah amplop berwarna coklat disodorkan oleh seorang wanita paruh baya dengan dandanannya yang berkelas kehadapan Raya. Dia khusus di datangi wanita itu ke kafe saat dia sedang bekerja.
"Ini apa, Ma?" Raya sedikit bingung karena dia tidak tahu apa maksud dari mertuanya memberikan amplop itu kepadanya. Ya, wanita itu adalah mamanya Riko.
"Panggil saya, Tante, kamu nggak ada hak memanggil mama kepada saya."
"Ta-,"
"Meskipun kamu sudah menikah dengan Riko putraku, aku tidak merestuinya. lagian, kamu seharusnya menasehati Riko karena kamu lebih dewasa darinya. Bukan kamunya malah mengikuti saja apa yang dia lakukan. Riko itu belum membutuhkan istri untuk saat ini, dia hanya butuh orang yang peduli dengannya, dan kebetulan kamu bisa memberikan itu, jadi dia merasa nyaman. Kamu juga aneh, bukannya menasehati, malah menikah dengannya."
Raya tertunduk dan tidak berani menatap mertuanya yang sedang berbicara untuk menasehatinya.
"Ambil uang ini! Tetapi dengan syarat kamu harus tinggalkan Riko."
Raya yang awalnya tidak berani menatap mertuanya, memberanikan diri mengangkat wajahnya untuk memastikan apa yang baru saja dia dengar dari bibir mertuanya.
"Maaf, Tante. Aku tidak bisa meninggalkan Riko," bantah Raya dengan pasti.
"Apa uangnya tidak cukup? Aku akan menambahnya kalau menurut kamu itu masih kurang."
"Nggak, Tante. Bukan itu yang aku maksud." Raya menolak dengan cepat agar mertuanya tidak salah paham kepadanya.
"Ini semua salah kamu, coba kalau kamu menolak diajak nikah sama Riko, pasti saya nggak akan menyalahkan kamu. Gara-gara kamu juga Riko jadi anak yang durhaka, kalian menikah diam-diam tanpa sepengetahuan kami."
Raya bisa melihat bahwa ada kekecewaan di mata mertuanya saat mengetahui putranya telah menikah tanpa sepengetahuannya.
Mama Riko berdiri dari tempat duduknya karena tidak berhasil menghasut Raya yang tetap pada pendiriannya, lalu dia pergi meninggalkan Raya tanpa berkata-kata lagi.
Sementara Raya hanya bisa mengelus dada untuk bersabar, pernikahannya dengan Riko baru saja berjalan satu minggu, tapi dia sudah mendapat serangan dari mertuanya. Dia sedikit berpikir, apakah benar jika dia seharusnya menasehati Riko karena nyatanya umurnya diatas lebih tua daripada Riko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments