bab 3

Raya sudah pulang ke rumah sejak jam lima sore. Dia sudah berjanji tidak akan mengambil kerja malam lagi, makanya dia hanya bekerja hingga sore hari.

Sekarang dia sedang memasak makan malam untuk mereka di rumah, tadi pagi dia tidak sempat memasak karena buru-biru ingin pergi bekerja ke kafe.

Burmmm Burrmm

Raya mendengar Suara mesin motor Riko yang telah sampai di depan rumah saat hari sudah mulai senja.

"Sayang...!" teriak Riko ketika masuk ke dalam rumah.

"Jangan berteriak? kayak anak kecil saja." Raya keluar dari kamar ketika mendengar Riko yang berteriak memanggilnya.

"Kamu disamperin mama ya di kafe?"

Wajah Raya terlihat bingung. Dia juga heran dengan pertanyaan Riko, kenapa Riko bisa tahu kalau mamanya datang ke kafe dan bertemu dengannya.

"Anak-anak yang bilang, tadi mereka sempat liat kamu lagi sama mama."

Akhirnya kebingungan Raya terjawab. Dia tidak heran lagi, karena kafe tempat dia bekerja adalah sebuah tempat yang sering dikunjungi oleh Riko dan teman-temannya. Dia juga pertama kali bertemu Riko di kafe itu.

"Owwhhh ada yang liat, ya." Raya menjawab sambil tersenyum lucu.

"Mama ngomong apa sama kamu?" Riko penasaran dengan pertemuan mereka.

"Mama nggak ngomong apa-apa."

"Jangan bohong, Sayang."

Raya tidak ingin memberitahu kepada Riko bahwa mamanya datang untuk menyuruh dia meninggalkan Riko.

"Beneran, Sayang. Mama cuma nanya kenapa dia nggak tahu kalau kita udah nikah." Raya memberikan jawaban yang menurutnya aman.

"Aneh, kemarin udah minta restu secara baik-baik dimarahin, giliran udah nikah ditanyain."

"Huss, nggak boleh gitu, Sayang. Mereka itu orang tua kamu, loh. Bagaimana pun mereka, kamu nggak boleh ngomong gitu."

Riko hanya tersenyum lebar menampakkan gigi putihnya ketika Raya yang menegurnya. Setelahnya dia memasang wajah memelasnya dan juga memegangi perutnya.

"Aku lapar, Sayang," ucapnya manja.

"Aku udah masak buat kamu, kok." Raya berkata dan membawa Riko menuju ruang makan mereka yang terlihat sederhana. Raya benar-benar melayani Riko sebagai suaminya, dia mengambilkan makanan untuk Riko dan menyediakan semuanya. Sementara Riko hanya duduk menunggu sambil menopang dagunya dan memperhatikan sang istri yang sangat cekatan melayaninya.

"Yang, nongkrong yuk!" ajak Riko kepada Raya sekitar pukul delapan malam.

"Kemana?"

"Di tempat biasa, sama anak-anak juga."

"Aku tinggal aja, lagi males keluar."

"Bener, nih?" Riko memastikan karena dia ingin keluar malam ini.

"Hemmmm tapi kamu pulangnya jangan malam banget." Raya mengingatkan.

"Siip deh bu bosku!" sambil memberikan tanda hormat kepada sang istri.

Riko berpamitan dan akhirnya meninggalkan Raya sendiri di rumah. Dalam kesendiriannya, Raya kembali teringat akan perkataan mamanya kepadanya.

Apa mungkin dia sudah salah mencintai Riko? Salahkah dia sebagai orang yang usianya lebih tua dari Riko menerima Riko sebagai suaminya di saat laki-lai itu dijauhi oleh keluarganya?

Huffffff

Raya menggelengkan kepalanya beberapa kali, dia tidak ingin terjebak dengan pikirannya sendiri. Menjadi istri dari seorang laki-laki yang bernama Riko telah dia putuskan sejak lelaki itu menyatakan untuk memperistri dirinya. Sekarang dia dan Riko akan berusaha dan mencoba secara perlahan agar hubungan mereka bisa di restui oleh kedua orang tua Riko, karena hanya itulah yang menjadi penghalang dari mereka sekarang. Jika ditanya bagaimana dengan keluarganya, jika tidak menikah dengan Riko, maka dia masih hidup sebatang kara sampai saat ini.

*

*

*

Riko masih asyik duduk nongkrong di sebuah kafe bersama teman genk motornya, dan diantara mereka semua, hanya Riko lah yang telah menikah.

Mereka sekarang sedang fokus kepada handphone di tangan mereka masing-masing, karena mereka sedang bertanding bermain game secara online.

Seperti halnya anak muda pada umumnya, kadang mereka juga mengeluarkan suara berteriak di saat permainan itu gagal mereka mainkan.

"Come on, kita harus menang, Riko. lu harus usahain bisa mengalahkan para kurcaci tidak berguna ini."

"Ha, mana bisa. Apa kalian tidak tahu kalau kami adalah tim yang terkuat?"

"Akhhhh. Kenapa malah memukulnya."

Itu adalah beberapa perkataan yang diucapkan mereka ketika sedang bermain game secara online, dan ucapan mereka bisa di dengan secara langsung di telinga mereka.

Tring, tring, tring

Beberapa bunyi pesan masuk terdengar dari handphone Riko, tapi karena sedang asyik bermain, dia mengabaikan pesan itu.

"GO go go Riko, sedikit lagi, ayo hancurkan semuanya."

Di saat Riko sedang dalam pertahanan dan akan memenangkan gamenya, tiba-tiba layar handphonenya bertukar dengan memperlihatkan foto seorang perempuan yang sekarang sudah menjadi istrinya.

"Akhhhhhhhh, kacau ni bocah. Sedikit lagi mau finish, malah kabur." Teman bermain satu timnya sedikit kesal karena permainan yang sejak tadi mereka pertahankan, kalah dengan seketika karena Riko mendapat panggilan.

"Iya, Sayang. Aku pulang sekarang!" Riko sudah menjawab panggilan di handphonenya.

" Lu mah gitu, baru juga mau menang, udah main kabur aja."

"Sorry ... gue duluan, ya."

Riko beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan teman-temannya. Dia juga sempat melihat jam di handphonenya, jam baru berada di angka sepuluh. Sebelum menikah, biasanya dia akan pulang ke rumah di atas jam 12 malam.

"Sayang, besok-besok pulangnya jangan jam segini, ya!" Raya memeluk tubuh Riko saat dia sudah tiba di rumah dan ikut berbaring di atas ranjang bersamanya.

"Nggak lama kok, sekarang aja masih jam sepuluh loh, Yang."

"Iya, tapikan aku sendiri di rumah, nggak ada temannya. Lagian kamu juga besok harus kerja, jadi tidurnya nggak boleh terlalu malam."

"Hemmm kalau kita tidurnya jam segini, kayanya kita akan cepat punya bayi, Sayang."

"Ihhhh, Sayang. Kamu pikirannya ke situ mulu tiap malam." Raya berpura-pura untuk berkata manja, karena meskipun begitu dia juga menikmati kegiatan baru yang mereka lakukan di setiap malam itu.

"Biar kamu nanti ada temannya di rumah kalau aku tinggal kerja. Makanya sekarang kita harus ngebut bikinnya."

"Ha ha dasar lelaki mesum." Raya mengolok sang suami yang berkata begitu, mengatasnamakan agar cepat memiliki bayi padahal ingin menikmati.

"Mesum-mesum gini, tapi kamu suka, kan?"

Riko sudah bergerak pindah ke atas tubuh Raya dan mengukungnya.

Sekarang mereka sudah saling bertatapan, dan dengan gerakan pelan Riko mendekatkan wajahnya kepada Raya hingga ujung hidung mereka bersentuhan dan nafas mereka terasa saling menyatu karena berhembus dengan ritme yang sama.

Riko sudah menempelkan bibirnya ke bibir Raya, tapi dia sama sekali belum mengecupnya. Sementara itu, nafas Raya suara terasa memburu. Riko tetap mendiamkan bibirnya menempel di bibir Raya, tapi lama kelamaan Raya bergerak sendiri dan mengecup bibir Riko. Dia juga menarik kepala Riko agar lebih dekat dan bisa memperdalam ciumannya. Raya terus bergerak, sedangkan Riko seperti masih mendiamkannya.

Beberapa menit kemudian, Raya melepaskan pagutannya.

"Sayang ..." Raya merengek karena Riko sama sekali tidak membalas permainannya.

Riko tersenyum melihat tingkah Raya, meskipun Raya lebih tua darinya, tapi kadang Raya bisa jadi seorang yang sangat manja dan benar-benar menempatkan dirinya sebagai suami.

"Sekarang siapa yang lebih mesum?" Riko berkata sambil memainkan ke dua alisnya.

Wajah Raya terlihat cemberut mendengar perkataan Riko yang membuat sang suami tidak tahan melihatnya, dan dengan gerakan cepat dia menyambar bibir Raya kembali lalu menyesapnya dengan dalam. Hingga permainan itu berakhir dengan penyatuan tubuh mereka dan saling menyesap kenikmatan diantara keduanya.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KESALAHAN PASANGAN RMH TANGGA,, TDK MAU JUJUR & TRBUKA, SHINGGA PSANGANNYA MRASA HUBUNGAN MRK BAIK2 SAJA..

2024-02-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!