"Aku ingin bercerai" Jawab Aluna dengan bibir bergetar. Berat, rasanya sangat berat mengatakan kata cerai. Namun, dia tidak ingin mentolerir penghianatan yang dia terima saat ini.
Wijaya menarik nafas berat, lalu menghembuskan kasar, "Bagas. Talak anak saya sekarang juga. Setelah itu kamu menikah bersama Sania" Ujar Wijaya dingin.
"Ayo mas cepat!" Seloroh Sania memaksa. Bagas menatap Sania ragu, lalu kemudian perlahan menatap Aluna yang nampak diam mematung dengan tatapan kosong. Aluna sepertinya sudah sangat siap, hingga Bagas mengira tidak ada tatapan cinta lagi dimata Aluna untuknya.
"Aluna. Ka-kamu saya Talak. Mulai hari ini, detik ini, kamu bukan lagi istri saya" Ucap Bagas.
Suasana mendadak menjadi hening, dan semua orang nampak hanya diam tak bersuara menyaksikan semua ini.
"Baik, Mas. Aku terima talakmu" jawab Aluna kemudian.
Sania yang mendengar itupun langsung tersenyum senang, "Akhirnya, Bagas menjadi milikku. Tidak sia-sia aku mendekatinya selama ini. Rasakan kamu Aluna. Apapun yang menjadi milikmu, itu juga akan menjadi milikku, hingga kamu tidak mempunyai kesempatan apapun untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia ini" Gumam Sania di dalam hati sembari menyeringai licik.
Usai mendengar kata talak di malam pertama pernikahannya, Aluna pun mendadak berdiri dan pergi ke dalam kamarnya begitu saja. Nenek melihat itu dan menjadi khawatir lalu buru-buru berdiri untuk menyusul. Namun sebelum itu, Nenek Asila menatap kedua orang di depannya dengan tatapan tajam.
"Aku tidak akan memaafkan kalian berdua karena sudah menyakiti cucuku" Kecam Nenek Asila, lalu pergi menyusul Aluna.
Semua orang tahu bagaimana menyedihkannya keadaan Aluna saat ini, jadi tak menyalahkan kemarahan nenek yang ditunjukan untuk Bagas dan Sania saat ini.
Keduanya pun nampak hanya diam tak menjawab, namun berbeda dengan Sekar yang nampak menatap anaknya, Sania, dengan menyeringai licik penuh arti.
Tepat jam satu malam. Pernikahan antara Bagas dan Sania pun di langsungkan malam itu juga. Tidak banyak yang hadir, hanya penghulu, serta kerabat Bagas dan juga tetangga disamping rumah.
Malam ini yang seharusnya menjadi malam pernikahan Aluna dan Bagas, namun kini berubah menjadi malam pernikahan untuk Sania dan Bagas.
"Pergi kamu dari sini Aluna. Sekarang, kamar ini sudah menjadi milikku dan Mas Bagas." Usir Sania kepada Aluna.
Kamar pengantin yang seharusnya menjadi milik Aluna, namun kini di ambil paksa oleh Sania. Aluna hanya bisa pasrah disaat Sania mengusirnya dari kamar pengantinnya dan Bagas dan dia hanya pergi ke kamar tamu untuk menenangkan diri.
"Kenapa kamu tega melakukan ini, Mas?" Aluna menangis sesenggukan di pojok dinding dengan kedua lutut yang ditekuk ke atas. Tubuhnya masih bergetar dengan diiringi suara tangisan yang menyedihkan.
Sungguh menyakitkan memang jika orang yang benar-benar kita percayai ternyata berkhianat bersama adik sendiri. Sejak kecil, Sania dan Aluna selalu bersama dan tumbuh dewasa bersama. Walaupun Sania bukan adik kandungnya, namun Aluna sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri. Tapi kejadian hari ini benar-benar membuat Aluna sangat hancur dan tak percaya. Dua orang yang dia percayai dengan tega berkhianat kepadanya tepat di malam pertama pernikahannya.
Kesal karena dia tidak mengetahuinya sejak awal, dan penyesalan itupun sudah tak ada gunanya lagi. Nyatanya, kebenaran itu ia ketahui setelah ijab kabul di malam pertamanya. Rasanya, Aluna ingin sekali mati saja daripada menanggung kesakitan ini.
"Aluna. Buka pintunya, nenek mau masuk sayang." Nenek Asila mengetuk pintu dan tak berhenti meneriaki Aluna dari luar. Hatinya sangat Khawatir, mengingat penghianatan yang diberikan Bagas kepada cucunya tersebut, pasti akan membuat mental Aluna semakin kacau dan terganggu.
Beberapa kali pun nenek mengetuk pintu, namun Aluna sama sekali tak berniat membukanya. Tangisnya pun semakin besar dan dia tak sanggup untuk bertemu siapapun saat ini.
"Biarkan saja dia, Bu. Aluna butuh waktu untuk menenangkan diri. Jika ibu masuk, itu akan membuatnya semakin sedih" Wijaya datang dan langsung menasehati ibunya.
Nenek hanya bisa menghela nafas berat, "Kasihan sekali nasib mu nak" Nenek sangat sedih. Namun, Mau tak mau dia harus mendengarkan ucapan Wijaya, dan pergi meninggakkan kamar Aluna yang masih setia terkunci dari dalam.
Sementara itu, Wijaya pun menatap pintu kamar anaknya dengan menghela nafas berat. Dia ikut sedih atas apa yang menimpa anak semata wayangnya tersebut.
Selama ini hubungan Sania dan Aluna sangat baik. Tentu saja kejadian ini akan membuat anaknya sangat terguncang. Namun apa daya dirinya, Sania juga putrinya. Jika Sania hamil tanpa suami, maka keluarga mereka akan semakin malu, apalagi anak yang ada di dalam kandungan nya nanti adalah anak dari suami kakaknya. Keputusan menceraikan Aluna dan Bagas adalah keputusan terbaik, walaupun akhirnya akan membuat luka untuk anaknya, Aluna.
.
.
.
Bersambung
Jangan Lupa Like dan komen 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
guntur 1609
Wijaya pun bodoh. anak kandungnya sengsara dibuat sm anak tirinya. tapi dia Terima saja. ia juga lah. karna Wijaya sdh dapat cepet dari mamanya Sania. jadi dia lupa sm luna
2024-12-17
0
ros
anak tiri Sama msk sllu jahat mcm Ni. jd X suka
2024-07-29
0
Resy
dasar perempuan GILA berhati busuk, memang patut mendapatkan laki-laki sampah seperti bagas
2024-02-16
0