Bertanggung Jawab

"Kenapa kamu diam saja, Star?" tanya Lucky menatap wajah Starla yang saat ini sedang menundukkan kepalanya.

Starla terisak. Dia mengusap ke dua sisi wajah tirusnya. Wanita itu pun mencoba untuk tersenyum, meskipun senyuman yang terukir dari ke dua sisi bibirnya hanyalah senyuman yang dipaksakan juga senyuman getir menyiratkan luka yang mendalam.

"Sebaiknya kamu pulang, Lucky. Terima kasih karena kamu sudah bertanggung jawab dan membawa putraku ke sini," pinta Starla dengan nada suara lemah.

"Saya belum membayar administrasi, Star. Saya ke kasir dulu ya," ucap Lucky dengan perasaan kecewa. Laki-laki itu berdiri lalu berjalan menuju kasir.

.

15 menit kemudian, Lucky kembali ke tempat di mana Starla berada. Dia seketika menghentikan langkah kakinya saat melihat seorang laki-laki sedang marah-marah di depan wanita itu, lebih tepatnya memarahi Starla. Ya ... dia adalah Akbar, suami mantan kekasihnya.

"Dasar bodoh, mana orang yang telah menabrak anakku, hah? Mana?" teriak Akbar, tidak peduli meskipun aksinya di saksikan oleh para Perawat juga pengunjung Rumah Sakit.

"Dia sudah pulang, Mas. Mas mau apa memangnya? Dia sudah bertanggung jawab," jawab Starla.

"Bertanggung jawab apanya? Seharusnya kamu meminta uang kompensasi sama dia. Gara-gara si bajingan itu, anakku hampir saja mati," teriak Akbar lagi, kali ini telapak tangannya menoyor kepala Starla secara berkali-kali.

Lucky tidak tinggal diam. Kali ini dirinya akan ikut campur karena dia adalah akar dari masalah yang sedang dihadapi oleh Starla. Lucky Pratama berjalan menghampiri dengan menahan rasa geram.

"Ada apa ini?" tanya Lucky.

berdiri tepat di samping Starla, menatap wajah Akbar mencoba untuk bersikap tenang. Sementara Starla seketika menoleh dan menatap wajah Lucky dengan tatapan mata sedih, dia tidak ingin laki-laki itu mengetahui bahwa suaminya selalu bersikap kasar kepada dirinya.

"Siapa Anda? Jangan ikut campur ya," ketus Akbar.

"Katakan, berapa uang kompensasi yang harus saya berikan agar Anda tidak bersikap seperti ini kepada istri Anda sendiri?" tanya Lucky mencoba untuk mentahan emosi yang sebenarnya ingin sekali dia ledakan.

"Jadi Anda orang yang sudah menabrak anak saya, hah? Dasar brengsek," teriak Akbar seketika melayangkan kepalan tangannya ke udara lalu mendarat tepat di wajah Lucky, membuat laki-laki itu seketika tersungkur di atas lantai.

Buk!

Bruk!

"Haaaa! Apa yang kamu lakukan, Mas?" teriak Starla segera berjongkok tepat di hadapan Lucky dan membantunya untuk berdiri.

"Apa yang kamu lakukan, Starla? Kenapa kamu malah menolong dia? Sini kamu, ke sini istri sialan!"

Grep!

Akbar mencengkram pergelangan tangan istrinya hendak menariknya. Namun, Lucky tiba-tiba saja melakukan hal yang sama, telapak tangannya meraih pergelangan tangan Starla membuat Akbar semakin merasa murka.

"Apa yang Anda lakukan, hah? Ada hubungan apa Anda dengan istri saya?" teriak Akbar seketika membulatkan bola matanya menatap tajam wajah Lucky Pratama.

"Lepaskan aku, Lucky," pinta Starla, bola matanya benar-benar memerah lengkap dengan buliran air mata yang memenuhi kelopak matanya.

"Tidak, saya tidak akan akan melepaskan kamu, Starla. Saya tidak habis pikir sama kamu, Starla. Ba--" Lucky seketika menghentikan ucapannya ketika melihat wanita itu menggelengkan kepalanya samar seolah memberinya sebuah isyarat.

'Ya Tuhan, apa yang harus saya lakukan? Saya benar-benar tidak bisa melihat Starla diperlakukan seperti ini?' batin Lucky memejamkan ke dua matanya, tidak tahu harus berbuat apa.

"Aku mohon lepaskan aku, Luck," pinta Starla, suaranya mulai melemah, buliran bening pun berjatuhan membasahi wajahnya. Wanita itu benar-benar terlihat tertekan.

"Lepaskan istri saya brengsek! Atau, jangan-jangan sebenarnya kalian saling kenal?"

Lucky sontak melepaskan genggaman tangannya. Tubuh Starla pun seketika di tarik oleh suaminya hingga dia berada di dalam dekapan Akbar. Wanita itu mengusap dada Akbar seolah sedang menenangkannya. Starla terlihat begitu sabar, dia sama sekali tidak melakukan perlawanan bahkan setelah dirinya di maki di depan semua orang yang berada di sana. Tidak lama kemudian, 2 orang petugas keamanan menghampiri mereka berdua setelah mendapatkan laporan tentang kegaduhan yang terjadi di dalam Rumah Sakit.

"Apa yang terjadi di sini? Apa kalian tidak malu berkelahi di dalam Rumah Sakit?" tanya salah satu petugas, menatap wajah Akbar dan juga Lucky secara bergantian.

"Mohon maaf, Pak. Kami berjanji tidak akan berbuat kegaduhan lagi, sekali lagi kami mohon maaf," ujar Lucky menelungkupkan telapak tangannya di dada memohon maaf dengan bersungguh-sungguh.

Sementara Akbar hanya diam tanpa sepatah katapun. Senyuman licik pun terukir dari ke dua sisi bibirnya. Laki-laki itu sedang menyiapkan rencana yang sangat matang untuk meminta uang konpensasi yang besar atas apa yang telah dilakukan oleh Lucky.

"Awas saja, sekali lagi kalian berkelahi di sini, kami akan melaporkan kalian bertiga kepada pihak kepolisian!" tegas petugas lainnya penuh penekanan.

"Baik, Pak. Sekali lagi kami mohon maaf," jawab Lucky seraya membungkuk sopan.

Petugas tersebut pun meninggalkan mereka bertiga. Lucky memutar badan seraya memejamkan ke dua matanya. Laki-laki itu benar-benar di landa rasa dilema. Apa dirinya akan membiarkan Starla terus bersama dengan laki-laki yang tidak punya hati dan perasaan ini? Atau, dia akan mengemis cinta dan meminta Starla untuk meninggalkan suaminya?

"Sebaiknya kita pulang, Mas. Keadaan Lucky juga baik-baik saja. Kata Dokter, dia sudah boleh pulang setelah lukanya di obati," pinta Starla kepada suaminya seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Lucky.

"Tidak, Lucky harus di rawat di sini selama beberapa hari. Kalau nanti di rumah dia sampai kenapa-napa, gimana?" tanya Akbar dengan nada suara yang sedikit di tahan seraya menatap sekeliling.

"Tapi dari mana kita mendapatkan uang untuk biaya perawatan di sini, Mas?"

"Dari mana lagi? Tentu saja dari si brengsek ini. Dia harus bertanggung jawab."

"Dia sudah bertanggung jawab, Mas Akbar. Lucky baik-baik saja, dia hanya terluka ringan."

"Maaf saya harus menyela pembicaraan kalian, tapi bisakah kita berbicara 4 mata, Mas Akbar?" sela Lucky membuat Starla seketika menoleh ke arahnya seraya membulatkan bola matanya.

"Jangan khawatir, Star. Saya hanya akan bernegosiasi dengan suami kamu," ucap Lucky lagi.

"Kita bicara di luar, dan kamu jagain putra kita di dalam," jawab Akbar penuh penekanan.

Lucky dan juga Akbar berjalan keluar dari dalam Rumah Sakit meninggalkan Starla yang saat ini mulai merasa khawatir. Sebenarnya apa yang akan mereka bicarakan? Satu harapannya saat ini, semoga suaminya tidak melakukan kekerasan kepada Lucky mantan kekasihnya.

Sementara itu, Lucky dan Akbar berdiri saling berhadapan. Akbar tersenyum licik, sedangkan Lucky menatap wajah laki-laki itu dengan tatapan mata tajam.

"Berikan saya uang sebesar 10 juta untuk biaya perawatan anak saya," pinta Akbar tanpa rasa malu.

"Saya akan memberikan lebih dari itu, tapi dengan satu syarat," jawab Lucky.

"Katakan apa syaratnya? Dasar tidak tahu diri, saya hanya meminta hak saya, kenapa harus pakai syarat segala?"

"Saya akan memberikan Anda uang berapa pun yang Anda minta asal Anda bersedia untuk meninggalkan istri Anda. Wanita sebaik dia tidak pantas menjadi istri dari laki-laki brengsek seperti Anda."

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!