Lucky menutup sambungan telpon setelah mengatakan di Rumah Sakit mana anak yang hampir dia tabrak rawat saat ini. Laki-laki itu nampak termenung, dia menatap wajah anak laki-laki berusia 8 tahunan itu dengan tatapan mata sayu.
"Nama kamu siapa, Nak?" tanya Lucky merasa penasaran.
"Nama aku Lucky, Om," jawab sang anak balas menatap wajah Lucky Pratama seraya mengusap ke dua matanya yang sempat berair.
"Lucky? Astaga!" decak Lucky tersenyum getir dengan bola mata memerah.
"Nama Om siapa?" tanya Lucky kecil.
"Nama Om juga Lucky, Nak."
Lucky kecil seketika mengerutkan kening.
"Kenapa kamu sampai terkejut kayak gitu? Nama kita sama, kan? Mungkin, Ibu kamu ngefans sama laki-laki bernama Lucky, itu sebabnya dia menamai anaknya dengan nama itu," ujar Lucky seraya tersenyum cengengesan.
"O ya? Aku bangga memiliki nama Lucky, karena namaku sama kayak nama Om. Om Lucky baik, tanggung jawab lagi, andai saja Ayahku seperti Om," lirih Lucky kecil seketika memalingkan wajahnya ke arah lain dengan bola mata memerah.
"Memangnya Ayah kamu kenapa, Nak? Eu ... maaf, pertanyaan Om yang satu itu tak usah di jawab." Lucky menggelengkan kepalanya samar, meralat ucapannya.
"Ayahku jahat!"
Ceklek!
Pintu ruang pemeriksaan tiba-tiba saja di buka. Seorang wanita masuk ke dalam sana dan segera menghampiri Lucky kecil yang saat ini sedang berbaring. Dia bahkan tidak menatap wajah laki-laki yang saat ini berdiri tepat di tepi ranjang. Lucky Pratama menatap wajah wanita itu dengan tatapan mata sayu, ternyata tebakannya benar. Ibu dari anak ini adalah Starla, mantan kekasihnya. Dia memundurkan langkah kakinya pelan.
"Lucky, sayang. Kamu gak apa-apa, Nak? Astaga, lutut kamu? Kamu baik-baik saja, kan? Katakan, siapa orang yang telah menabrak kamu? Biar Ibu hajar tuh orang!" tanya Starla dengan nada suara lantang seraya memeriksa keadaan sang putra.
"Aku baik-baik saja, Bu. Aku gak apa-apa ko, Om Lucky langsung membawa aku ke sini," jawab Lucky kecil membuat tubuh Starla seketika melemas.
"Apa? Kamu bilang siapa tadi?" tanya Starla berdiri tegak dengan ke dua kaki yang gemetar.
"Om Lucky, kenalkan ini Ibuku. Namanya Ibu Starla," Lucky kecil mengenalkan sang Ibu.
Starla menoleh dengan perasaan gemetar. Ke dua matanya sontak berair, hatinya benar-benar bergetar. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangan tatkala melihat wajah laki-laki yang telah menabrak putranya.
Sementara Lucky Pratama balas menatap wajah mantan kekasihnya. Ketika dia berusaha menahan diri untuk bertemu dengan wanita ini, menahan rasa rindu yang terasa menggebu bahkan seperti akan meledak, kini wanita ini ada hadapan. Apakah ini takdir?
"Ka-kamu?" Starla dengan terbata-bata, tidak mampu meneruskan ucapannya. Satu tangannya mencengkram ujung ranjang agar tubuhnya tidak tumbang.
"Hai, mantan. Apa kabar?" tanya Lucky, mencoba untuk bersikap tenang di tengah gejolak batinnya.
Ingin rasanya dia memeluk wanita ini. Wanita yang telah membuat hidupnya masih melajang sampai sekarang. Dia mengulurkan telapak tangannya untuk bersalaman. Tatapan mata mereka seketika saling bertemu, jelas sekali terlihat bahwa keduanya benar-benar memendam kerinduan yang begitu mendalam.
Starla perlahan menerima jabatan tangan laki-laki itu. Rasanya masih seperti mimpi baginya. Telapak tangannya bahkan terlihat gemetar menggegam telapak tangan Lucky mantan kekasihnya.
"Kabarku ba-baik, Luck. Ka-kamu sendiri apa kabar?" tanya Starla dengan suara terbata-bata merasa gugup dan canggung.
"Seperti yang kamu lihat, saya baik dan sehat," jawab Lucky. Telapak tangannya menggenggam erat jemari Starla.
"Ibu, Ayah gak ke sini?" tanya Lucky kecil membuat keduanya sontak melepaskan jabatan tangan masing-masing.
"Eu ... Ayahmu jagain Rani di rumah, sayang," jawab Starla.
"Selalu seperti itu, Ayah tidak peduli dengan anak-anaknya," celetuk Lucky kecil membuat Starla seketika melirik wajah mantan kekasihnya seraya tersenyum cengengesan.
"Sayang, Rani sedang tidak enak badan. Makannya Ibu yang ke sini dan Ayahmu jagain adikmu di rumah," ucap Starla.
"Ibu, kenapa aku mengantuk sekali? Aku tidur sebentar ya. Tubuhku juga rasanya lemas banget," ujar Lucky kecil dengan nada suara lemah.
"Kata Dokter putramu tidak apa-apa, Star. Hanya lutut dan sikunya saja yang terluka. Saya benar-benar minta maaf, saya tidak sengaja hampir menabrak dia. Eu ... tapi kalau kamu mau menghajar saya seperti yang tadi kamu katakan, mari lakukan di luar. Jangan di sini, kasihan putramu mau istirahat," ujar Lucky membuat Starla seketika tersenyum kecil.
"Aku cuma bercanda tadi, hehehe!" jawab Starla tersenyum cengengesan seraya menggaruk kepalanya yang tiba-tiba saja terasa gatal.
"Biarkan Lucky istirahat, kita tunggu di luar? Ada banyak yang ingin saya katakan sama kamu, Star."
Starla mengangguk samar. Dia mengusap kepala sang putra yang kini telah memejamkan ke dua matanya lalu mengecup keningnya lembut. Setelah itu, dia pun berjalan keluar dari dalam ruangan diikuti oleh mantan kekasihnya. Keduanya duduk di kursi yang berada di depan ruangan tersebut. Untuk beberapa saat, mereka berdua hanya duduk dengan perasaan canggung. Baik Lucky maupun Starla merasa bingung harus memulai percakapan dari mana.
"Aku--"
"Saya--"
Keduanya secara bersamaan, lalu menahan ucapan mereka secara bersamaan pula. Mereka pun tersenyum kecil seraya memalingkan wajah masing-masing ke arah samping seraya memejamkan ke dua matanya.
"Kamu duluan, Star?" pinta Lucky.
"Tidak-tidak, kamu saja yang duluan," jawab Starla.
"Baiklah, saya hanya ingin bertanya. Apa kamu bahagia?" tanya Lucky menoleh dan menatap lekat wajah Starla.
"Hah? Apa maksud kamu, Luck? Tentu saja aku bahagia, aku memiliki 2 malaikat kecil. Rani dan Lucky, mereka adalah hadiah terindah yang dikirimkan oleh Tuhan untukku."
'Bohong, Star. Mana mungkin kamu bahagia memiliki suami yang ringan tangan? Wajah kamu saja membengkak, saya yakin itu karena tamparan suami kamu tadi,' batin Lucky, rasa sakit itu kembali mengusik relung hatinya.
"Kenapa kamu menamai anakmu dengan nama yang sama dengan saya?" tanya Lucky membuat Starla seketika tersenyum getir.
"Kenapa kamu diam saja?" Lucky kembali bertanya.
"Apa perlu aku menjawab pertanyaan itu? Ada banyak nama Lucky di dunia ini, memangnya kamu memiliki hak paten atas nama itu apa?" jawab Starla seraya tersenyum kecil.
"Benar juga. Saya pikir kamu menamai dia dengan nama Lucky karena saya, tapi ternyata bukan."
"Apa kamu sudah menikah?" tanya Starla.
"Saya belum menikah sampai sekarang."
"Lho, kenapa? Kamu sudah mapan sekarang. Mana mungkin gak ada wanita yang mau sama kamu, Luck?"
"Yang mau sama saya banyak jujur saja, tapi tidak ada wanita yang seperti kamu, Star."
"Hahahaha! Kamu bisa aja, mana ada wanita yang sama persis seperti aku. Menikahlah dan hidup bahagia, Lucky. Jangan sampai kamu menjadi perjaka tua nanti," ujar Starla seraya tertawa nyaring.
"Saya mau bertanya sekali lagi sama kamu. Apa kamu benar-benar bahagia, Starla? Saya rela melepas kamu dahulu karena kamu meyakinkan saya bahwa kamu akan hidup bahagia."
Starla seketika menunduk sedih. Bola matanya pun nampak memerah lengkap dengan buliran air mata yang memenuhi kelopaknya kini. Dada seorang Starla pun terasa sesak, bahkan sangat sesak.
'Tidak, aku sama sekali tidak bahagia, Lucky. Kenapa kita harus bertemu lagi? Pertemuan kita ini hanya membuatku semakin merasa menyesal karena telah salah mengambil keputusan saat itu,' batin Starla, buliran bening tiba-tiba saja bergulir tanpa dapat dia tahan.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments