Saat bertemu dengan Rara di rumah temannya yang sedang lamaran, aku membicarakan aneka topik, mulai dari konsep event, sampai rincian gaji yang ia inginkan kalau aku narik dia.
Aku ingin tahu konsep lain apa yang ada di bayangannya dengan beberapa contoh kasus yang aku berikan.
Dengan nominal yang lumayan besar yang dia minta, aku harus berhitung dulu, tidak berani gegabah dan langsung menyetujuinya. Tiga hari full aku benar - benar berhitung untuk pengeluaran Rara dalam sebulan bila ia bekerja denganku. Yap, karena dia akan memegang seluruh ballroom, dan kemungkinan dalam sebulan dia pasti akan ke semua kota dimana ballroom itu berada.
Akhirnya, aku memutuskan untuk segera mempekerjakannya. Aku harus menghubunginya dan mengiyakan permintaannya tanpa negosiasi lagi.
Saat aku telepon Rara untuk datang ke kantor, dia menolaknya. Setelah aku desak, ternyata dia sedang berlibur ke Jogja.
"Sampai kapan kamu di Jogja?" tanyaku.
"Saya kurang tahu Pak, karena saya sedang liburan." What? Dia tidak tau sampai kapan? Dia liburan atau pindah?
Ini sudah mendesak. Lebih baik aku menyusulnya sambil menyiapkan dokumen surat perjanjian kerjasama dengannya dan kusimpan di laptop. Nanti sekalian aku ajak dia untuk ke ballroom yang di Jogja, kalau bisa langsung terbang ke Bali.
"Ra, tapi kamu besok masih di Jogja kan? Kalau iya, besok pagi saya terbang ke Jogja."
"Masih Pak. Boleh Pak, saya tinggal di pusat kota kok."
"Oke tunggu saya ya. Saya akan mengabari begitu sampai Jogja."
Aku minta Hendra mengurus semua keperluanku untuk keberangkatan esok hari. Ya semua urusan mulai dari tiket pesawat, booking hotel, serta transportasi selama di Jogja.
Aku mengambil penerbangan ke Jogja paling pagi, ini memang permintaanku dan aku menginap di Mel Hotel yang berada dikawasan Gondomanan.
Begitu sampai Bandara Adi Sutjipto, aku sudah melihat Pak Atmo, supir Dballroom, yang menjemputmu.
Saat ini aku belum menginap di Dballroom Jogja, karena masih 90 persen pembangunannya. Meskipun begitu karyawan senior sudah mulai bekerja.
Di mobil aku whatsapp Rara dan mengabarkan kalau aku sudah sampai Jogja.
7.40
"Ra, saya sudah di Jogja. Saya menginap di Mel Hotel. Kita mau ketemuan dimana? Apa di cafe hotel tempat saya menginap saja atau tempat lain? " -send-
7.50
"Pak, kita ketemuan di mol yang ada di Malioboro ya. Di McDonald aja ya Pak.
7.52
" Oke. Jam 10 ya? -send-
7.54
"Jangan Pak. Jam 11 aja ya. Pleaseee.
7.55
Oke. Jam 11, McDonald Malioboro. -send-
Hhmmm, jujur aku sedikit bingung dengan Rara. Permintaan gajinya cukup besar, tapi minta janjiannya di restoran cepat saji, bukan di cafe - cafe seperti executive muda pada umumnya. Hahahaha dan aku mengiyakan saja lagi. Sepertinya aku akan mengenal sosok wanita yang unik nih.
Setelah check in, aku istirahat sebentar di kamar. Kata Pak Atmo, kalau mau ke mol bisa jalan kaki, tapi kalau naik mobil perjalanan paling lama sepuluh menit. Mana mungkin aku jalan kaki menjelang jam 11, yang ada mandi keringat.
Aku tidak bisa tidur, dikamar hotel juga tidak nyaman karena sendirian. Akhirnya jam 10 aku meminta Pak Atmo siap - siap. Lebih baik aku membuang waktu di Malioboro.
Setelah puas keluar masuk beberapa toko dan berbelanja celana batik dan aneka kaos, akhirnya sekitar jam 10.50 aku memutuskan untuk langsung ke tempat kami janjian.
Aku belum melihat sosok Rara. Lebih baik aku memesan makanan terlebih dahulu sambil mencari tempat duduk. Setelah aku membeli kentang goreng, big mac, dan lemon tea, aku memilih duduk di dekat jendela.
Jam 11.05 aku melihat sosok Rara yang masuk ke restoran dan langsung menghampiri. Dengan senyumanmya dia menyapa. "Maaf Pak, saya telat 5 menit. Susah cari parkir."
"Ya sudah, kamu pesan dulu saja," kataku saat ia meletakkan tas selempangnya di atas kursi.
" Iya Pak. Saya titip tas ya Pak." Dia meninggalkanku hanya dengan membawa dompet dan ponselnya.
Aku melihat dia bukan anak - anak lagi, tapi penampilannya sangat sederhana dan simple. Tapi memang, kalau mau diamati apa yang dia pakai branded semua, namun bukan branded tipe sosialita yang harganya puluhan juta, Rara ini seperti anak kuliahan yang mendapat fasilitas dari orang tuanya.
"Kita ngobrol santai dulu saja ya Ra. Selesai makan, saya baru keluarin laptop, bagaimana menurutmu?"
"Boleh Pak. Saya milih sini, memang biar santai. Kalau di cafe - cafe bintang lima takutnya terlalu resmi Pak. Maaf ya Pak, kita bergabung dengan anak abg sekarang," katanya memberi alasan atas pilihan tempat ini.
"Oh ya enggak masalah. Eh Ra, kamu bawa kendaraan?" tanyaku penasaran karena dia bilang susah cari parkir.
"Iya Pak. Saya ke Jogja ngoboy, naik mobil sama teman."
"Ooh. Begitu. Temanmu pria kan tapinya." Lah malah Rara ketawa sambil menggelengkan kepalanya.
"Perempuan juga Pak."
"Kalian berani ya? Kenapa tidak naik pesawat?" tanyaku penasaran. Karena kulihat teman - temannya orang berada juga waktu yang janjian di tempat temannya yang sedang lamaran kemarin.
"Kalau naik pesawat, di Jogjanya saya tidak bebas Pak. Mikirin uang lagi buat nyewa mobil kalau mau ke Solo, Semarang, atau tempat lainnya. Kami jadi tidak bebas."
"Ini saya jelas mikirnya, bensin, tol, penginapan, makan selama disini, belanja untuk oleh - oleh, sama foya -foya sedikitlah," katanya menambahkan.
"Memang kamu mau foya - foyanya apa?" tanyaku penasaran.
"Paling spa. Itu juga kalau sempet Pak."
Astaga, spa masuk katagori foya - foya untuknya? Jadi semakin penasaran dengan sosok wanita satu ini.
"Oke Ra, jadi gini, kalau saya menerima penawaran kamu dengan gaji yang sudah kamu ajukan, kamu bersediakan?"
"Hah? Mulai kapan Pak? Saya masih megang beberapa event yang penanggung jawabnya saya. Kalau Bapak bersedia saya sambil menyelesaikan hutang event, saya tidak masalah."
"Sebanyak apa? Dan sampai kapan? Tapi kalau kamu hanya tinggal menyelesaikan hutang pekerjaan yang sudah ada perjanjiannya, saya tidak masalah. Yang penting kamu laporan sama saya, jadi tidak ada yang bentrok juga dengan pekerjaan di Dballroom. Serta menghindari omongan tidak enak lainnya," kataku sambil membuka laptop.
"Oke Pak. Nanti jadwal pekerjaan yang sudah saya tandatangani saya kirim ke email Bapak, jadi kita bekerja dengan sistem keterbukaan."
"Ya, saya setuju dengan cara kamu. Tidak ada yang ditutupi dan harus terbuka. Karena kamu akan menjadi tangan kanan saya yang memegang event di semua Dballroom."
"Oke Pak, enggak masalah. Di empat kota kan ya? Saya minta desain ballroom nya semua ya Pak. Soft copy saja, biar bisa saya mainin di komputer."
"Nanti saya kirim soft copy-nya. Bagaimana kalau kita mulai berkeliling melihat? Senin kamu kemana? Kalau pagi kosong, kita bisa cek yang di Jogja."
"Senin pagi ya Pak? Lama enggak Pak? Maaf ya Pak, kalau saat ini saya agak bawel soal waktu. Karena saya kan misi ke Jogja buat liburan."
"Oh ya saya mengerti. Maaf, malah saya yang mengganggu kamu malahan. Kita usahakan paling lama dua jam, bagaimana?"
"Baik Pak. Deal ya, Senin pagi, paling lama dua jam."
Aku menjawab dengan anggukan dan senyuman ke wanita yang aku mulai tahu kalau dia sangat menghargai waktu.
"Ra, ini surat perjanjian karyawan untuk kamu, coba kamu baca dulu. Kalau ada yang perlu ditambah, langsung kamu ketik lalu di bold saja. Untuk penandatanganannya nanti di Jakarta kamu tinggal ketemu HRD."
Dia pun membaca dengan serius dan sesekali menanyakan kalimat yang tidak ia mengerti. Aku tenang, semoga pilihanku merekrut Rara tidak salah, dan menjadikan Dballroom semakin dikenal.
***
.
.
.
.
.
Semoga teman-teman suka dengan cerita Djorghi🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Zidan Abzar
aku mampir kesini thor
2021-09-28
1
Tini Laesabtini
Aku suka ceritanya...
2021-09-27
3
umi Affaba
thor visual nya tp org indo ya..
2021-01-27
0