Djorghi
Aku menyadari ini adalah kesalahanku. Ya, satu tahun yang lalu setelah ia selalu meminta fasilitas kartu kredit dari aku, akhirnya aku membuatkannya karena capek dengan teror yang Mimi berikan terus menerus.
Kesalahan lainnya adalah memberikan kartu kredit yang tanpa batas. Semua kulakukan karena aku sangat percaya dengan Mimi.
Ternyata apa yang dibelanjakannya tidak masuk akal. Salah satunya, ia belanja untuk sebuah tas yang mencapai harga dua ratus juta! Itu uang loh! Kalau untuk beli mobil, bisa dipakai setiap hari, lah ini tas yang digunakan sesekali saja. Sebulan sekali juga belum tentu ia pakai.
Bukannya pelit, tapi dalam hitung - hitungan yang aku pelajari selama bertahun - tahun kuliah, semua itu harus seimbang antara pendapatan, pengeluaran, serta kebutuhan.
Sekarang saja Mimi tidak kerja, alasannya gajinya kecil. Lingkungannya juga bukan dari kalangan burjois sebenarnya. Aku benar - benar dibuat pusing oleh kelakuan wanita terkasihnya ini.
Setelah aku ingat - ingat, Mimi memang pernah memakai tas bermerek itu, tapi aku tidak berfikiran kalau itu asli. Lalu tas itu akan dipamerkan kesiapa? Apa manfaat yang didapat dari tas tersebut? Orang-orang yang melihatnya mungkin menilai kalau itu adalah tas KW yang banyak dijual di Mangga Dua, seperti awal dugaanku saat melihatnya.
Ya bagaimana aku tidak berfikiran KW, kalau pergaulannya sendiri bukan dari kalangan jetset. Ternyata dia memakai tas tersebut karena jabatanku dan posisiku. Tapi ini jelas-jelas berbeda dengan kepribadianku, karena ayah dan ibu selalu mengajarkan kesederhanaan dan lebih baik menabung, kami sekeluarga tidak terlalu berfikir ke barang-barang yang mahal. Kalau kata ayah dan ibu, yang penting fungsinya, dan kalau bisa pakai produk UMKM dari daerah.
Aku memang kuliah di Jerman, tapi bukan berarti hidupku disana glamor. Tidak, jangan bayangkan itu. Aku malah bekerja mengantar koran keliling komplek perumahan menggunakan sepeda untuk menambah uang jajanku. Saat libur semester, aku kerja freelance sebagai tukang cuci piring di sebuah restoran.
Jadi, bisa dibayangkan dong stresnya aku ketika uang dua ratus juta habis untuk sebuah tas yang kelak lebih banyak tersimpan dilemari.
Akhirnya, semua fasilitas Mimi aku stop. Aku mau konsentrasi membayar semua hutangnya yang bejibun itu. Mimi marah besar, tapi aku pun lebih marah. Pertengkaran tidak terelakkan.
Mimi minta jatah bulanan, ketika tahu kalau kartunya sudah di blokir. "Oke aku transfer 50 juta, setiap bulan," kataku saat dia meminta ditransfer. Mimi tambah ngamuk begitu tahu jumlah yang diberikan aku. Apapun yang terjadi aku masih harus membayar hutangnya yang tidak sedikit itu sampai lunas.
"Saya semakin berfikir, baru tunangan sudah seperti ini, sangat merepotkan! Kami kenal sudah 2,5 tahun, pacaran 2 tahun. Apa jadinya kalau itu seumur hidup?" kataku ke sahabat karibku, Emran. Emran kali ini hanya sebagai pendengar dari ceritaku.
Tapi terkadang cinta mengalahkan logika. Aku masih berfikir, Mimi bisa dinasehati dan berubah. Aku selalu menyemangati diri sendiri untuk hubungan ini, tepatnya untuk cintanya ini.
***
Author
Saat ini sudah sepuluh hari Djorghi berada di Bali dari rencana tinggal selama dua minggu. Semua karyawan inti yang telah lulus seleksi sedang di beri aneka pelatihan. Hal ini karena Djorghi juga berharap penginapan ini memiliki daya jual tersendiri, selain tentu saja gedung pertemuannya yang terbagi beberapa ruangan.
Sudah lima hari Mimi tidak bisa dihubungi. Djorghi sudah bertanya ke semua teman - temannya serta keluarga, semua mengatakan tidak tahu. Akhirnya Djorghi kembali minta tolong ke orang kepercayaannya, Hendra yang berada di Jakarta untuk melacak keberadaan Mimi, karena Djorghi tidak bisa meninggalkan Bali.
Djorghi baru saja turun dari atas panggung setelah ia menyampaikan pidatonya dan langsung disambut oleh tepuk tangan para karyawan.
Disela-sela acara yang meriah, ia mengecek ponsel yang sudah bergetar dari tadi. Kaget membaca pesan yang baru diterima dari Hendra. Sesekali ia menggosok matanya untuk memastikan kalau tidak salah baca, foto undangan pernikahan Mimi dengan seorang pria yang tak dikenalnya, dan berlangsung hari ini!
Panik! Melihat foto undangan yang baru diterima, membuat Djorghi melangkahkan kaki menuju rooftop untuk menelpon Mimi.
"Sial! Ponselnya mati!" ujarnya sambil menendang batu yang ada diatas.
Djorghi pun langsung turun. Dia menelepon Hendra untuk menyelidiki semuanya, sejak kapan Mimi berhubungan dengan pria itu, serta data lengkap sang suami.
Sakit hati? Pastinya. Apalagi hutang piutang Mimi yang harus dibayar Djorghi belum lunas semua. Tapi perjalanan hidupnya harus terus berlangsung. Ia pun melangkahkan kakinya menuju kamar eksekutif yang memang dibuat khusus untuknya bila berkunjung ke Dballroom.
Dikamarnya, ia merasakan kekecewaan yang begitu dalam. Kemungkinan pertemuan Mimi dengan lelaki yang dilaporkan Hendra beberapa minggu lalu di mol kawasan Gandaria berhubungan dengan pernikahannya ini.
Hidupnya telah dimonopoli oleh Mimi dua tahun belakangan ini, ia ingin mengeluarkan isi hatinya ke sahabatnya, tapi Emran ada di Jakarta. Kurang sreg rasanya berbagi kisah melalui telepon. Tapi jangan suruh Djorghi ke bar, karena rokok pun tak disentuhnya.
Dia pun membuka aplikasi rumah makan dan memesan makanan yang tidak disediakan Dballroom. Makan, adalah salah satu pelarian yang tepat untuk saat ini, ia menyadari saat ini dirinya dibutuhkan oleh karyawannya dan bisnisnya pun harus terus berjalan.
***
Saat ini Djorghi tengah menikmati kelezatan burger dan kentang goreng yang ia beli dari restoran cepat saji yang berasal dari tempatnya Obama berada.
Sebenarnya, ini makanan tidak sehat. Tapi ini adalah makanan kegemarannya sejak ia duduk dibangku SMP saat tahun 90-an.
Tidak tanggung - tanggung, ia memesan langsung dalam jumlah yang banyak, 12 burger dengan aneka rasa yang berbeda, 5 kentang goreng. Untuk minumnya ia lebih menikmati kopi hitam yang bisa ia seduh sendiri dari coffe maker di kamarnya.
Ia harus tetap sehat dan kuat. Besok ia harus memberikan ilmu managemen waktu yang akan diterapkan di perusahaannya. Karyawannya harus bisa mengatur waktu secara efisien.
Tiga minggu lagi semua penginapan dan gedung pertemuan sudah dibuka secara serempak. Maka semua persiapan benar - benar harus matang tanpa terkecuali.
Saat sedang berfikir sambil memandang ombak di pantai melalui jendela kamarnya, ia mendapatkan whatsapp dari Hendra yang mengabarkan kalau semua data tentang suami Mimi sudah dikirim via email.
Setelah membuka email dan membacanya, ia menelepon Hendra, "Dra, ternyata laki - laki itu bukan siapa - siapa ya? Dan Mimi akan tertipu olehnya. Sudahlah, biarkan saja, tolong tutup akses Mimi ke saya. Bereskan semua yang memang harus dibereskan. Kamu mengertikan maksud saya?"
"Iya Pak, saya mengerti. Saya akan atur semuanya," jawab suara dari sebrang.
"Ya sudah, kerjakan. Terima kasih." Djorghi pun menutup teleponnya.
Urusan wanita mau tidak mau harus ia kesampingkan saat ini. Fokus ke usaha dan karyawan. Djorghi harus kembali minta pengertian keluarga untuk tidak menuntut dan menerornya agar segera menikah. Biarlah waktu yang akan bicara, dia percaya kalau memang sudah saatnya, ia pasti akan menikah.
***
.
.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Lia Kiftia Usman
aq baca ulang yg ke 3 thor...
suka karyamu..
2023-03-08
0
Nur hikmah
kasian djorghi
2021-08-01
0
Leni Fairus II
Dukung karya ku ya, Bidadari Surga Yang Dirindukan
2021-07-21
0