Ternyata apa yang diharapkan Kinanti tak terjadi. Dia kira hari ini akan mulai pelajaran seperti biasanya sehingga dia akan fokus saja pada kelasnya tanpa harus memikirkan apa yang harus dia lakukan dengan teman-teman barunya.
Harapannya pupus saat sudah lebih satu jam dari bel masuk tadi, kelasnya tetap tak di masuki satupun guru, Kinanti sempat berpikir apa dia yang salah masuk sekolah hari ini, tapi kalau dilihat dari lingkungan sekolah yang tampak ramai seperti biasanya, mustahil apa yang dia pikirkan.
Akhirnya seperti yang sudah di tebak Kinanti hanya berdiam diri di kursinya dengan menelungkupkan kepalanya di atas meja.
Kinanti berpikir semoga dengan begini dirinya tertidur, namun lagi-lagi semua tak sesuai harapannya saat seseorang mengetuk mejanya.
"Ngapain sih, diem aja?"
Kinanti perlahan mengangkat kepalanya agar tegak dengan lawan bicaranya.
"Nggak apa-apa."
"Gabung yuk sama yang lain," ajak Faisal sambil menunjuk sekelompok temannya yang terlihat asik saling bertukar cerita.
"Ngapain?" Kinanti berusaha menolak halus dengan melontarkan pertanyaan karena dia telah menduga bahwa nanti akhirnya dirinya akan berakhir diam saja di kelompok itu.
"Kenalan sama yang lain? Kamu kenapa sih diem di pojokan gini, ngelamun terus tidur. Kalau kamu gini terus gimana orang-orang nggak mikir kalau hidup kamu tertekan banget gitu, nggak ada semangatnya sama sekali."
Kinanti sedikit terkejut juga kesal dengan perkataan Faisal, "Cukup! Lagian kamu kenapa sih ngurusin banget hidup aku, aku mau diem aja, mau jungkir balik juga suka-suka aku lah, dan juga anggapan orang tentang aku mau gimana juga, suka-suka mereka. Aku nggak peduli!" Kinanti kali ini entah kenapa meledak, tak seperti dirinya biasanya yang akan memilih diam saja.
Kinanti sedikit tak mengerti dengan tindakan Faisal dari tadi pagi yang menurutnya aneh, Kinanti juga bertanya-tanya sebenarnya apa yang membuat Faisal mendekatinya semenjak pagi tadi, apakah karena Faisal merasa kasihan padanya karena tahu sesuatu tentang dirinya?
Kinanti kembali menelungkupkan kepalanya.
Kalaupun ingin berteman dengan dirinya mengapa harus dengan cara yang membuatnya kesal. Kinanti jarang sekali memperlihatkan kekesalannya, biasanya dia hanya akan diam saja dan menanggapi sekedarnya, atau menerimanya begitu saja, namun entah kenapa Faisal membuatnya tak bisa mengontrol emosi.
"Ki."
Faisal menusuk pelan lengan Kinanti dengan jari telunjuknya.
Kinanti masih memilih untuk diam saja.
"Ki," panggil Faisal masih coba membujuk Kinanti.
Faisal jadi merasa bersalah, "Yaudah maaf. Tapi kamu emang selalu diem gini ya?"
Kinanti masih tak menjawab.
"Ki, maaf ya. Aku cuma mau temenan kok." Kali ini Faisal menggoyang-goyangkan rambut Kinanti yang terikat ekor kuda.
"Ki."
Belum sempat Kinanti protes terhadap apa yang dilakukan pemuda itu seorang guru masuk ke dalam kelas.
"Selamat pagi anak-anak."
"Pagi Bu!" Jawab teman-teman kelasnya dengan serempak, beberapa kursi yang tadi dirapatkan untuk bergosip, terlihat mulai dirapikan kembali seperti sedia kala.
Kinanti mengangkat kepalanya, dia melihat Faisal yang telah kembali ke tempat duduknya di barisan depan bersama Raka.
Kinanti merapikan rambutnya yang tadi sedikit longgar karena di goyang-goyang Faisal.
Ia masih merasa kesal, tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Faisal, untuk apa pemuda itu mau berteman dengan dirinya padahal teman sekelas lainnya juga sudah cukup banyak, dan ditambah lagi Faisal kan punya geng yang hits itu kalau kata Sarah.
"Alana Meisya Kinanti."
Kinanti seketika terkejut namanya di panggil.
"Hadir Bu."
"Silahkan perkenalkan diri kamu. Karena kita berada di kelas baru jadi harus memperkenalkan diri lagi," tutur Bu Indira selalu Wali kelasnya.
Kinanti merasa udara di sekelilingnya beku seketika, semua pasang mata di kelas ini menatapnya yang berada di meja paling belakang sendirian.
Tak ada pilihan lain dengan kaki yang ia rasa mulai bergetar Kinanti bangkit dari duduknya.
"Halo semuanya, nama aku Alana Meisya Kinanti, biasanya dipanggil Kinanti."
Beberapa orang di kelasnya tampak berbisik yang mana masih bisa didengar jelas oleh Kinanti.
"Yang di tinggal orang tuanya itu ya?"
"Eh emang iya? Kemana orang tuanya?"
"Oh yang tinggal sama neneknya?"
"Semuanya harap tenang!" Bu Indira coba menenangkan kelas yang mulai berisik.
Kinanti segera duduk, sebenarnya ia ingin segera pergi dari tempat itu namun tidak ada pilihan lagi untuk dirinya.
Ketenangan tak berlangsung lama, Kinanti kembali mendengar bisik-bisik yang kembali membicarakan dirinya.
Darimana pula semua teman kelasnya yang baru ini mengetahui hal tersebut, bahkan Kinanti tak pernah segamblang itu menceritakan kisah hidupnya.
Kinanti hanya bisa menatap ujung sepatu hitamnya yang sudah lusuh karena ia gunakan sejak SMP.
Ia tak berani menatap teman-temannya karena pasti sekarang ia dihujani tatapan kasihan, jujur Kinanti tak menyukai hal itu.
Namun Kinanti tak akan coba memberi klarifikasi atau apapun itu namanya, biar saja semua orang berspekulasi toh memang benar, hidupnya menyedihkan.
Kinanti tak sadar ada seseorang yang sedari menyadari ketidaknyamanannya.
"Udah woi! pada diam!"
Raka berdiri, suaranya terdengar kesemua penjuru ruangan membuat siswa dan siswi diam begitu saja.
[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments